9 : Nasi Goreng Shani

987 119 16
                                    


Gracia berjalan lesu memasuki kelas yang terlihat sudah begitu ramai, hari ini dia sedikit terlambat berangkat kesekolah, matanya bahkan terlihat menghitam seperti seseorang yang tidak tidur beberapa hari

Dia memang baru tertidur tepat setelah adzan subuh berkumandang, semalaman dirinya disibukkan dengan mencari informasi mengenai Fibroadenoma Mammae (FAM) atau yang lebih sering dikenal dengan Tumor Jinak Payudara

Kepalanya bahkan hampir dia benturkan pada tembok setelah mengetahui apa saja kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika terkena FAM. Dia tidak bisa membayangkan sesakit apa yang dirasakan Shani saat ini, bagaimana bisa dia menyembunyikan rasa sakit itu selama ini.

"Masih pagi udah lemes aja lo Gre" Gracia mendongak menatap Desy yang duduk didepannya

"Belum tidur gue"

Kembali menelungkupkan wajahnya Gracia mengabaikan beberapa pertanyaan sama yang dilayangkan beberapa sahabatnya yang baru saja duduk dibangku masing-masing

"Gre besok jadi kan?" Olla menepuk bahu Gracia

"Jadi lah bisa digantung gue kalo gak nepatin janji" Jawabnya dengan nada tinggi hingga membuat beberapa orang menoleh kearahnya

"Shani udah masuk Rumah Sakit ya, hari ini?" Gracia dan Olla menoleh kearah Feni yang baru saja masuk kedalam kelas, keduanya mengangguk memberi jawaban

"Nih laptop lo"

"Heheh makasih Fen" Gracia meraih laptop yang berada di tangan Feni dan menyalakannya

"Nyengir lo, gimana kemarin?"

"Apanya?" Gracia menaikkan sebelah alisnya tidak paham dengan pertanyaan dari Feni

"Shani anjir, kemarin kan tuh anak ngambek"

Gracia terdiam mengingat kejadian kemarin sore dimana dirinya harus berlari mengejar yang sudah melangkah jauh.

Payah Gracia mengutuk dirinya yang lemah karena baru berlari sebentar saja dia sudah kelelahan. Menumpukan kedua tangannya di kedua lutut, nafasnya masih tak beraturan, didepannya Shani masih terlalu jauh, gadis itu kenapa harus memiliki ritme jalan yang sangat cepat

"Shan"

tepat sebelum memasuki area parkiran Gracia berhasil memegang pergelangan tangan Shani dan menghentikan jalannya

Wajah datarnya masih diperlihatkan, Shani masih marah. "Cepet banget sih kalo jalan, heran"

Shani memutar malas bola matanya "Apa?" Gracia tersentak mendengar nada ketus dari Shani

"Ayo, aku anterin pulang" Gracia menarik tangan Shani menuju parkiran motor

Shani menghempaskan genggaman itu setelah mereka sampai diparkiran, matanya menatap Gracia sendu. Ada rasa cemas dimata itu, bahkan Shani menarik nafas panjang menggigit bibirnya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh

Melihat itu Gracia dibuat panik seketika, dia sempat berpikir jika sikap acuhnya tadi yang membuat Shani seperti sekarang, semarah itu kah gadis yang lebih tinggi dari nya itu padanya?

"Kamu tau gak sih, segimana aku paniknya sekarang? Kamu tau gak sih rasanya mikirin besok aku bakal bangun lagi apa ngga pas udah masuk ruang oprasi? Yang aku butuhin itu kamu tenangin aku! Bukannya malah nyuekin aku kaya tadi!" Akhirnya tangin Shani pecah, dia menekan setiap kata yang dia utarakan dihadapan Gracia yang kini tengah terpaku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang