Gracia berjalan dengan lesu, tertunduk kebawah. Inginnya tidak masuk sekolah tapi mau tidak mau suka tidak suka, ini adala kewajibannya sebagai seorang pelajar dan mengesampingkan rasa lelah akibat bergadang selama dua hari untuk mengedit projek film kelasnya
Meski dibantu oleh Feni yang juga ikut menginap di kostannya dan secara bergantian ikut mengedit namun rasa letih itu tetap terasa. Ingin berkata kasar dan memaki teman-teman kelasnya yang seolah tidak peduli, setidaknya jika tidak mau membantu mengedit kasih suply makanan, bukan hanya memberi semangat saja, karena itu jelas tidak mengenyangkan.
Langkahnya berbelok kearah koperasi sekolah dan membeli beberapa roti untuk mengganjal perutnya yang kosong itu. Kembali melangkah kearah kelasnya sambil memakan roti, Gracia sedikit berlari saat didepannya terlihat ada Jinan yang juga sedang berjalan ke kelas, mensejajarkan langkahnya dengan Jinan yang sedang menunduk membaca selembar kertas
"Apaan tuh?" Jinan menoleh kearah Gracia dan menunjukkan lembaran yang sedari tadi menjadi fokusnya pada Gracia
"Jinggle, Angsa hitam? Kapan nih tandingnya? Tim basket cowok masuk final dong?" Jinan mengabaikan semua pertanyaan Gracia yang beruntun itu
"Ntar malem, dresscode item Gre, sabi lah nonton"
"Ayo, Shan ikut nonton yah?" Ajak Gracia yang baru memasuki kelas dan sudah menghampiri Shani yang sepertinya baru sampai juga di kelas
"Boleh, tapi pulangnya nginep yah biar aku gak di marahin sama Mama karena pulang malem" Gracia dan Jinan mengacungkan jempolnya tanda setuju dengan apa yang Shani minta
Setelah sepakat Jinan menghubungi salah satu temannya untuk membeli 3 tiket masuk untuk menonton pertandingan basket yang akan diadakan malam nanti
Tidak perlu diragukan lagi jika berbicara tentang suportivitas dan kekompakkan siswa-siswa sekolah ini karena mereka akan selalu hadir dalam pertandingan seperti ini untuk mendukung dalam setiap perlombaan yang di ikuti.
Malamnya
Lautan orang-orang dengan baju hitam sudah mulai memenuhi tribun sebelah kiri sedangkan tribun sebelah kanan diisi dengan pendukung lawan yang jumlahnya lebih sedikit berbanding jauh dengan pendukung sekolah Gracia.
Gracia terus berada dibelakang tubuh Shani berjaga-jaga jika ada beberapa orang yang membuat keributan, dengan begitu dia bisa mudah melindungi Shani jika dirinya berada tepat dibelakang gadis itu.
"Haus gak?" Gracia menawarkan botol minum yang sempat ia beli tadi pada Shani, Shani hanya tersenyum dan menggeleng
"Diem disini aja jangan jauh-jauh nanti ilang" Shani memutar malas bola matanya mendengar ucapan berlebihan dari Gracia
Gracia benar-benar selalu berada di belakang Shani selalu siaga, menjaga gadis itu seperti Shani adalah sesuatu yang harus dijaga ketat dan akan berakibat fatal jika tergores sedikit saja. Hingga pertandingan selesaipun dirinya tetap menjaga Shani dari belakang memegang tangannya erat dan menarik gadis itu saat berdesak-desakan keluar dari tribun. Memang sangat berlebihan sekali Gracia ini.
Tepat di jam 12 malam Gracia masih tetap terjaga tidak bisa tertidur seperti Jinan dan Shani yang sepertinya sudah terlelap itu. Gracia berada ditengah diantara Shani dan Jinan. Sungguh dirinya sangat tidak bisa tertidur jika lampu menyala seperti ini
Karena tak kunjung mengantuk Gracia pun mulai mencoba meraih ponselnya yang berada di meja samping tempat tidur, sialnya itu terlalu jauh dan membuatnya harus terpaksa bangun. Karena tidak ingin membuat gerakan yang membuat Jinan dan Shani terbangun, Gracia mencondongkan tubuhnya dan membuat tubuhnya berada tepat diatas Shani