Home Made : 1. Window

6.8K 527 69
                                    

Bukan hari yang mudah, pulang larut di jam sebelas malam hampir ia geluti setiap hari dengan rasa lelah namun harus dilakukan. Ia yang menjadi tulang punggung keluarga, anak paling besar dari empat bersaudara. Harapan tinggi di pundak menjadikannya harus mandiri dan kuat menghadapi dunia kerja yang lebih kejam dari apapun yang pernah terpikirkan.

Park Jimin, menjadi tulisan dari tag nama di kartu identitas salah satu perusahaan furnitur. Menjadi seorang manager diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun. Iya sukses, terbilang memiliki karir cemerlang namun tetap kurang. Kedua orang tuanya selalu meminta lebih dari setengah gaji Jimin. Alasannya karena adik-adiknya butuh, keperluan mereka banyak dan uang menjadi sangat sulit di kampung halaman.

Jimin tidak protes, baginya yang penting apartemen kecilnya dan makanan selama satu bulan terpenuhi. Selebihnya ia berikan pada orang tuanya.

Hidupnya di sini tidak mudah, dunia kerja selalu membuatnya hampir menyerah. Di luar itu ia tidak memiliki teman untuk sekedar mengeluh atau bercerita kesehariannya. Jimin adalah orang yang sulit berinteraksi dengan orang baru di luar pekerjaannya.

Tas berisi berkas penjualan mingguan ia taruh di atas meja. Dirinya menghela napas, melepas dasi dari lehernya, membuka kancing kemejanya. Melempar kemeja bekas keringat kerja kerasnya hari ini ke dalam keranjang cucian.

Ia tidak punya hal lain untuk dilakukan selain makan dan tidur. Jimin tidak pernah melewatkan makan malam meskipun terlambat. Tubuhnya butuh tenaga, jika ia tidak makan hanya akan berakhir sakit dan gajinya akan dipotong karena tidak masuk kerja. Belum lagi surat dokter harus ditebus. Ia punya tunjangan kesehatan namun sayang jika ia gunakan.

Langkah kakinya pelan, ia membuka kaitan kancing celana dan melemparnya lagi ke dalam keranjang. Berjalan mendekati pintu kamar mandi dengan celana dalam menutupi privasi. Di apartemenya yang hanya memiliki dua ruangan, kamar tidur dan kamar mandi. Hanya ini yang bisa ia dapatkan dari sisa gajinya. Tak apa, Jimin bersyukur ia masih bisa menempati tempat tinggal yang layak.

Perabotan miliknya pun tidak banyak, hanya lemari kecil untuk pakaian dan meja pendek untuk makan. Tak ada kursi,  tempat tidurnya pun hanya kasur lipat. Cukup nyaman untuknya terlelap sampai esok pagi bangun dan kembali bekerja.

Ia menyalakan keran air untuk mengisi bak mandi, mengerutkan alisnya ketika melihat bak sudah terisi air yang mengepulkan hawa panas. Jimin berjongkok, menyentuh air itu. Seketika jemarinya merasakan hangat.

Rambatan dingin segera menjalar di sepanjang punggung hingga punduknya. Pori-porinya meremang. Ia mengambil handuk dan melilitkannya di pinggang.

Satu hal, Jimin tinggal sendiri.

Ia bergegas keluar, mengambil payung panjang miliknya di dekat pintu kamar mandi. Ia meneliti setiap sudut kamar di mana saja seseorang bisa bersembunyi. Ini sudah kelima kalinya. Sebanyak itu ia menemukan kejanggalan setiap ia pulang dari bekerja.

Makanan yang tersedia di meja, pakaian baru di lemarinya, lampu kamar yang seharusnya mati total karena korsleting listrik bisa menyala, wangi kamarnya yang berbau lavender, air hangat di bak mandi. Jimin tidak bisa mentolerir kebetulan yang terus-menerus terjadi. Jelas ada seseorang yang memasuki apartemennya.

"Siapa ..." air liurnya diteguk dengan sangat sulit, seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Ia duduk di tengah ruangan, tahu betul siapa pun yang menerobos sudah tidak ada. Tidak akan ada tempat bersembunyi di apartemen kecilnya ini.

Ia menaruh payung yang ia cengkeram erat di tangan kanan ke lantai. Mengacak rambut hitamnya hingga berantakan. Setidaknya, biarkan ia tenang di apartemennya. Biarkan ia melepas lelah harinya untuk tidur nyenyak. Biarkan ia bebas sedikit, bukan merasa ketakutan dan tidak aman karena  penguntit sialan yang sok perhatian.

 Biarkan ia bebas sedikit, bukan merasa ketakutan dan tidak aman karena  penguntit sialan yang sok perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"You're the prettiest i've ever found,"

"Good night, my lullaby,"






TBC.

Home Made | KookMin [Dalam Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang