Home Made : 17. Hold

2.9K 283 120
                                    

Suara yang ia dengar mengusik tidurnya yang lelap. Membawa sedikit demi sedikit kesadaran lalu kelopak matanya terbuka untuk menyesuaikan cahaya dari lampu ruangan. Manik cokelat tua menangkap punggung lebar bersandar di kursi. Mengenakan kaus hitam juga earphone di telinganya.

Jimin terbangun pun pemuda itu tidak sadar. Ia memperhatikan apa yang tengah di lakukan pemuda Jeon. Layar laptop yang menyala menunjukan rambut bergerak-gerak, ia tebak pemuda itu sedang berbicara dengan seseorang.

Dengan sedikit mengendap ia berjalan ke kamar mandi, ia menghapal setiap akar dari kemarahan Jeongguk seperti diganggu saat melakukan sesuatu maka pemuda itu akan marah.

Dua hari lalu tanpa sengaja Jimin bersuara ketika Jeongguk sedang melakukan panggilan telepon dan ia tidak akan mau melihat tatapan nyalang menakutkan ketika ia digauli pertama kali di tempat ini. Pemuda itu memang tidak melakukan apapun padanya dihari itu karena ia berusaha sangat keras hingga membiarkan bibirnya bengkak bukan main untuk dicumbu seharian.

"Jimin,"

Kaki berhenti melangkah, ia menoleh pada Jeongguk yang masih memunggunginya. Ia tidak salah dengar jika namanya disuarakan. Pemuda itu menoleh dengan tatapan bosan.

"Aku memanggilmu,"

"Ah-iya?" Jimin mengelus lengannya dengan tidak nyaman. Gerakan tangan Jeongguk menyuruhnya untuk mendekat. Kakinya kembali melangkah untuk menuruti kemauan pemuda itu. Berjalan hingga sampai di samping Jeongguk duduk.

Pipinya di penuhi rona merah dan sangat terkejut ketika Jeongguk menarik pinggangnya hingga terjatuh di pangkuan yang lebih muda. Gaun yang ia kenakan tersingkap dibagian paha menjadi tempat telapak tangan Jeongguk bertengger nyaman.

"Sapa temanku," bisikan Jeongguk membuat Jimin menggeleng dan makin menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jeongguk. Tubuhnya sedikit bergetar dan jantungnya bertalu cepat. Siapapun yang Jeongguk panggil dengan teman, ia tidak mau tahu. Rasa malunya membuat seluruh tubuhnya bergetar di atas pangkuan pemuda yang mengelus pahanya santai.

Mungkin di depan Jeongguk ia sudah mulai terbiasa memakai gaun tidur yang tidak diperuntukan untuk seorang pria. Namun untuk dilihat orang lain ia tidak siap.

"Jimin,"

"Hiks...tidak mau, kumohon jangan..."

"Apa kucing milikmu itu pemalu?"

Suara dalam dari speaker laptop menambah ketakutan Jimin. Kedua lengannya memeluk leher Jeongguk.

"Diam, Taehyung," hunus pedang imajiner dari tajamnya garis mata Jeongguk membuat pria di layar laptopnya menyeringai tipis. Mata mengamati sosok di atas pangkuan yang memberinya punggung. Ia memperhatikan lekuk di balik kain tipis gaun tidur biru muda yang hampir tak memiliki fungsi.

"Mama akan sangat histeris melihatmu menculik anak orang,"

Jeongguk menenangkan Jimin dengan mengelus punggungnya. Mengambil jaket yang ia taruh di atas meja untuk menutupi tubuh Jimin yang sejak tadi menjadi perhatian Taehyung.

"Aku tidak menculik siapapun. Jimin pacarku,"

"Dia ketakutan melihatku, what have you done to him?"

Elusan Jeongguk tak berhenti. Kedua lengannya kini memeluk Jimin yang tampak lebih tenang namun tetap menggeleng ketika ia memintanya untuk menunjukan wajah.

"Bantu aku agar papa tidak kirimkan orang untuk mengawasiku,"

"Kau tahu itu sulit. Papa sangat menyayangimu, lagi pula melihatmu sekarang ini membuatku ingin mengatakan pada papa untuk memperketat pengawasannya padamu," lirikan Taehyung pada pria di pelukan Jeongguk menjelaskan maksud kalimatnya.

Home Made | KookMin [Dalam Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang