Home Made : 16. Closer

2.9K 286 120
                                    

Ini seperti mengelilingi dunia meski dunia yang dimaksudkan hanyalah pulau kecil diameter tak lebih dari dua kilo meter. Ia diizinkan berjalan-jalan sendiri setelah memberi Jeongguk ciuman selamat pagi.

Merelakan bibirnya sekarang bengkak dan kebas tungkainya melangkah menyusuri pantai dengan sandal jepit milik Jeongguk. Kebesaran namun masih lebih baik dari bertelanjang kaki. Ia melihat beberapa pohon kelapa, menghitungnya untuk sekedar menghilangkan bosan.

Dalam beberapa hari mungkin ia akan hafal dengan semua pohon kelapa di tepi pantai. Semisal yang jangkung setinggi dua meter dengan buah yang banyak, agak melengkung ke arah pantai Jimin menamainya dengan Mr. Long. Pohon lain berjarak beberapa meter hanya setinggi Jimin namun sudah memiliki dua buah kelapa yang matang, ia menamainya Mr. Petite. Pohon yang agak gemuk namun belum berbuah namanya Mr. Babo.

Ia duduk di bawah Mr. Long untuk berteduh dari terik matahari yang mulai menyengat. Kakinya pun sudah mulai pegal. Berjalan cukup jauh dengan dua kakinya ternyata semelelahkan ini meski hanya di sekitar pulau. Ia jadi paham mengapa Jeongguk menggendongnya ketika ia ingin jalan-jalan.

Pijatan di kaki ia berikan, ia akan menunggu sedikit sampai matahari tidak terlalu menyengat atau awan berbaik hati memberinya keteduhan. Mungkin menunggu Jeongguk yang sadar ia terlalu lama pergi dari waktu perjanjian.

Pemuda itu tidak mengikutinya karena tengah melakukan sesuatu, sepertinya selama mengurung Jimin kuliahnya berubah menjadi online. Kadang di tengah malam Jimin masih melihat punggung tegap Jeongguk di kursi dan jemarinya sibuk di atas laptop.

"Kau terlalu lama,"

Jimin mendongak melihat seseorang berjalan kearahnya. Celana pendek.di atas lutut yang longgar juga kaus besar tertiup angin menyingkap bagian perut.

Jimin mengarahkan matanya pada hutan di sebelah kanannya. Bekas cakarannya beberapa malam lalu masih ada di sana.

"Apa kakimu sakit?" pemuda itu berjongkok di depannya. Melepas sandal dari kaki dan menempatkannya di atas paha. Pijatan lembut dari jemari panjang membuat pipinya memerah. "Aku katakan padamu untuk menunggu jika kau lelah. Lihat kakimu sampai merah seperti ini,"

Dug dug

Dug dug

Dug dug

Dug...

Jari-jari tangannya meremas kulit pohon Mr. Long, tidak mengerti kenapa jantungnya derdegup sekencang itu. Ia memperhatikan pucuk kepala pemuda yang masih memijat kaki dengan gerutuan dari bibir.

Seakan menjadi dukungan, angin berhembus kencang dan menyibak rambut Jeongguk hingga garis wajahnya terlihat jelas oleh Jimin. Pemuda itu memang sangat tampan.

Apa yang ia pikirkan?

Kaki ia tarik begitu saja, Jimin memakai sandalnya. "Aku mau kembali," ia melangkah lebih dulu mengabaikan tatapan tajam Jeongguk yang memperhatikannya. Tungkai lebih lebar melangkah untuk menyamai langkah yang lebih dulu pergi.

Memberi satu kecupan kecil di tengkuk dan menggenggam tangan Jimin yang terkejut bukan main. Jeongguk mengabaikan tatapan resah dari Si manis, melangkah terus ke depan dengan tangan bertautan erat.

Jimin menatap tangannya, jari-jari mungil tenggelam di telapak besar juga jari-jari panjang Jeongguk, ia menunduk menyembunyikan rona kemerahan di pipi. Rasa hangat di tengkuk masih terasa dari bekas kecupan Jeongguk.

....

"Apa...apa ini harus?"

Merah muda dan biru, Jimin melihat gaun tidur yang Jeongguk siapkan di atas ranjang. Ia hanya memakai jubah mandi sementara Jeongguk memperhatikannya dari pintu kamar mandi. Pemuda itu baru selesai mandi setelah Jimin namun yang lebih dulu membersihkan diri masih belum berpakaian.

Home Made | KookMin [Dalam Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang