[✨Note 1✨]

2.5K 174 12
                                    

Revisi.

"Mama hari ini gak pulang gapapa kan sayang?" tanya seorang wanita paruh baya dari dalam sebuah nggenggaman telfon seorang pemuda bersurai coklat, poninya sedikit menutupi matanya.

"Tidak papa ma ... Solar sudah kebiasaan kok ... " ujarnya dengan senyuman tipis dan tampak wajah tampan dari poninya tadi yang cukup panjang.

"Sayang kamu gak marah kan? apa mama bawain bodyguard aja? Biar ada yang temenin?" tanya seorang paru baya yang dipanggil Mama oleh Solar?

"Enggak usah ma ... aku sendirian aja disini, lagian aku bakal dikamar doang kok ..." ujar Solar menolak dengan lembut tawaran ibunya karena ia tidak terlalu suka ada yang mengawasinya.

"Baiklah kalo ada apa-apa telfon mama ya!" perintah mama Solar dengan tegas, terdengar dari nada suaranya dia tegas dan juga khawatir dengan keadaan Solar serta merasa bersalah harus meninggalkan putra nya sekali lagi.

"Baik-baik ... , jangan khawatir." Solar menggangguki ucapan mamanya itu dari dalam telfon, ekspresi nya tampak tenang tapi tidak diketahui bagaimana perasaan nya sekarang setelah tau mamanya sekali lagi mengingkari janjinya lagi.

Telfon pun terputus anak yang bernama Solar itu pun menghela nafas dan mulai berjalan cukup lama. Ia memasuki sebuah kamar dengan pintu berwarna putih dengan logo matahari. Ia memasuki ruang itu dan ada sebuah kasur cukup besar rak buku besar 2 meja belajar yang bagus.

Ia menduduki kasur yang cukup besar itu , dan mulai merebahkan dirinya tidak lupa ia mengambil sebuah novel yang berjudul.

"The Love Story of a Wise Prince"

Menceritakan seorang protagonis yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan mempunyai saudara beda ibu. Ia mempunyai saudara enam dengan dua kakak juga dengan empat adik. Raja dan Ratu tidak terlalu menyukai si protagonis dan malah menyukai si antagonis. Antagonis itu pintar di bidang apapun ia bisa semuanya terkecuali bidang fisik. Kakak dan adik protagonis membelanya ketika antagonis memfitnahnya atau protagonis di marahi oleh Raja dan Ratu.

Sang antagonis geram akan hal itu dan akan meracuni sang protagonis.
Ketika akan makan malam kakak tertua mempunyai Indra penciuman yang tajam ia mencium sebuah bau racun dari minuman sang protagonis. Kakak tertua
menghentikan aksi ketika protagonis akan meminumnya. Ternyata benar adanya ada racun mematikan bisa membunuh dalam waktu tiga menit.

Semua kerajaan terkejut dan mulai simpati dan iba kepada protagonis, Raja dan Ratu juga mulai luluh dan itu membuat antagonis kesal.

Pada suatu hari antagonis mempunyai ide untuk mencelakai protagonis tetapi terciduk oleh Kakak kedua dan kakak ke empat membuat antagonis dijerat hukuman mati.

Sang pengawal pribadi antagonis mati-matian membela antagonis tetapi sudah tidak bisa lagi.

Antagonis pun di penggal oleh kakak tertuanya yang merupakan panutannya dan di pandang dingin oleh semua kakak-kakaknya. Sang protagonis ingin agar antagonis tidak di penggal cukup dipenjarakan agar sang antagonis tahu bahwa perbuatannya merupakan melanggar hukum kerajaan, tetapi protagonis di tidurkan atau dibuat pingsan oleh sebuah sihir.

Sebelum antagonis dipenggal ia tersenyum dengan ekspresi nya yang selalu percaya diri dan berkata. "Aku melakukannya karena aku haus kasih sayang." Tidak lama kepala antagonis dipenggal.

Ketika protagonis bangun tahu adiknya dipenggal ia menangis tersedu-sedu ia sangat tidak percaya akan apa yang dilakukan oleh kakaknya dan mulai menjadi perbadi yang dingin.

Karena rasa menyesalnya protagonis dan saudaranya mulai pecah belah dan mulai mencari tujuan masing-masing.

Dan Tamat.

✨Menjadi Tokoh Antagonis!?✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang