[✨Note 4✨]

1.3K 138 9
                                    

Revisi.

Disisi Solar.

Sekarang Solar sedang berfikir keras akan banyak hal yang akan terjadi dimasa depan. Bagaimana caranya? Cahaya dan Ice cukup dekat. Hanya saja tidak sedekat itu. Mungkin karena sering diberikan misi bersama karena itu mereka cukup dekat?.

Ya, Cahaya di novel cukup dekat dengan Ice karena mereka sering kali diberi tugas atau misi bersama. Membuat mereka berdua cukup dekat. Thorn pun begitu mereka cukup dekat hanya sekedar dekat tidak lebih dari rekan, sepertinya?.

Setelah di berfikir-fikir lagi sekarang dia berumur sekitar lima belas tahun dan empat tahun kemudian dia akan dieksekusi mati oleh kakak tertuanya.

"Hei!" Terdengar sebuah panggilan dari ambang pintu.

"Ada apa yang Mulia pangeran Mahkota?"
tanya Solar sopan. Dia sudah cukup terbiasa meskipun terkadang dia cukup kaku mengucapkannya.

"Ayo berlatih" ujar Halilintar.

"Baiklah."jawab Solar, dia mengangguk menatap ke arah Halilintar dengan ekspresi datar dan tenang.

Halilintar mulai pergi dan diikuti Solar
tidak ada yang berbicara hanya hening dan kecanggungan yang mengisi mereka. Sekali lagi Halilintar merasa aneh dengan Solar. Karena biasanya Solar akan excited dengan Halilintar dan mulai berbicara banyak dan memuji-muji dirinya ataupun dirinya sendiri.

Tetapi,sekarang? mereka sama-sama diam. Membuat kecanggungan semakin terlihat. Orang-orang disekitar mereka saja cukup takut.

Oh ayolah, Solar sedikit takut dengan Halilintar karena dia yang mengeksekusi Cahaya tanpa ada perasaan bersalah ...
Membuatnya mengurungkan niatnya untuk mengajak Halilintar untuk berbincang.

Mereka sampai ditempat latihan terlihat lima pangeran ada disana yang menatap mereka berdua dengan ekspresi dan tatapan berbeda-beda.

Halilintar pun mulai memberi isyarat agar Taufan maju. Solar juga tau siapa yang maju karena tidak ada yang cukup berbeda dengan di Novel membuatnya sedikit, sangat sedikit santai.

"Baiklah adik bungsu!kali ini aku lah lawan pertamamu!" ujar Taufan dengan senyuman riang, nada dan gelagat tubuhnya terlihat percaya diri.

"Baiklah ... terimakasih karena mau menjadi lawan disaat aku masih pemula dan sangat lemah. Dibandingkan kakak-kakakku yang sangat kuat"ujar Solar dengan ekspresi datar dan tenang. "Juga tidak ada perasaan ketika mengeksekusiku" batin Solar tersenyum miris untuk mengingat endingnya atau ending Cahaya.

"Baiklah Papan Luncur Udara Taufan" ucapan yang cukup dikenali oleh Solar. Solar sudah sangat tau bagaimana cara mereka menyerang dan juga kelemahan mereka. Karena entah kenapa di Novel dijelaskan sangat detail tanpa ada kekurangan.

"Baiklah ... jangan ada yang membunuh atau membuat luka fatal, karena ... "Halilintar pun menjeda kata-katanya, dia memejamkan matanya sebentar sebelum menatap ke arah Taufan dan Solar dengan ekspresi datar dan tatapan tajam dan dingin. "Kerajaan tidak membutuhkan yang namanya kekurangan" desis Halilintar dingin dengan memandang tajam mereka berdua bahkan di sekitar Halilintar dapat merasakan aura intimidasi milik Halilintar.

"Baik"jawab Taufan tersenyum lebar tampak tidak peduli.

"Dalam hitungan ketiga kalian akan menyerang satu sama lain" ujar Fang dengan ekspresi datar, posisi tubuhnya tetap tegap dengan tatapannya mengamati semuanya.

"satu ... "

"dua ...."

"tiga!"

Seru Fang dengan cepat Taufan melepas beberapa bebola angin tetapi dengan cepat Solar menghindar seperti itu bukan serangan apa-apa. Mereka bertujuh cukup terkejut karena dengan mudahnya Solar menghindar seperti itu bukan apa-apa.

✨Menjadi Tokoh Antagonis!?✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang