[✨Note 13✨]

990 104 4
                                    

Solar sekarang sudah berada hampir dekat dengan Utara dan mereka sudah kemah sehari setelah itu melanjutkan untuk pergi ke Utara.

"Gila, aku lapar sekali! "gerutu Blaze sedikit mengeraskan suaranya yang secara tidak sengaja. Halilintar yang mendengar hal itu mendengus kesal dan berseru.

"Jaga kesopanan mu Blaze!ingat kau itu pangeran! " ucap Halilintar menekankan bagian 'pangeran'. Blaze memutar bola matanya dengan malas dan memandang ke arah Solar dengan malas juga karena terlihat Solar dan Haiden yang sungguh akrab seperti kakak adik.

"Cih aku jadi kangen Ice" gerutu Blaze dari lubuk hatinya terdalam.

"Haiden, memang kamu tahu dimana letak Bunga Althena? Itu bunga langka lho" ucap Solar dengan nada penasaran sekaligus khawatir nanti kalo bunganya gak ketemu terus Haiden di penggal karena berbohong kan dia jadinya ikut is dead. Haiden tersenyum menyeringai membuat Solar merinding seketika. "Sus"pikir Solar yang merasakan bulu kuduknya berdiri seketika.

"Tentu saja saya tahu, anda hanya perlu santay dan juga percaya kepada saya saja" ucap Haiden mendekatkan mulutnya ke telinga Solar. Lantas dengan reflex Solar terdiam dan bulu kuduk nya seketika naik saking ambigu nya  yang di lakukan oleh aki-aki di depannya ini.

Halilintar mendengus kesal sambil melototi Haiden karena saking dekatnya bibirnya ke wajah Solar (menurut penglihatan nya). Jadi..

(Solar)

          (Halilintar)

   (Blaze)

Solar dibiarkan didepan agar Halilintar bisa fokus melihat apa yang Haiden lakukan. Meskipun Solar telah memberi saran agar dia di tengah saja karena Halilintar ingin mengawasinya bukan? Tetapi, ditolak dengan alasan ingin melindungi Solar dari belakang saja, aneh rasanya sangat aneh.

"Jika bukan karena ibunda Ratu, Gempa, dan juga Bunga Althena, aku akan langsung menebas kepalanya saat ini juga!
"batin Halilintar dengan aura yang gelap dan menakutkan.

"Mengapa kak Hali seperti ini? " tanya Blaze yang merinding merasakan aura kakak pertamanya itu meskipun tadi dia shock karena melihat Haiden sangat orang asing sungguh dekat wajahnya ke wajah Solar (menurut penglihatannya).

"Berhenti mendekatiku, jangan-jangan kau belok? Udah belok pedofil lagi" ucap Solar dengan pelan mendorong tubuh Haiden agar lebih menjauh sedikit. Dan Solar terkejut karena merasakan roti sobek.

"Iri" hanya itu yang dapat menjelaskan mimik muka Solar dan juga dalam hatinya yang dongkol karena ingin berotot seperti kakak-kakaknya ah, madsudnya kakak-kakak Cahaya maupun Haiden. "Dunia tidak adil! " gumam Solar tanpa ia sadari dan ada Haiden yang merasa punggungnya dingin dan dadanya sekarang yang seperti nya panas membara.

"Aneh sekali" batin Haiden dengan senyuman simpul nya. Dan lanjut fokus dengan jalan di depannya.

Hampir dua hari mereka berkuda dan sesekali mereka bertenda atau menginap di sebuah penginapan. Saat menginap kami di pesankan agar menjaga rahasia jika kami adalah seorang pangeran. Hal itu sangat gampang di mata Solar yang sebenarnya dari awal seorang rakyat jelata meskipun rada kaya sih. Terkecuali Halilintar dan Blaze yang sangat jarang mereka keluar istana hanya saat tahun baru, perayaan karnaval, pertemuan para bangsawan, dan lainnya yang menurut Kerajaan itu penting

"Kak Halii bagaimana jika kita istirahat??aku sangat lelah.."ucap Blaze yang akhirnya malah tiduran di pundak kudanya meskipun untungnya kuda tersebut diam saja dan tidak melempar Blaze.

"Blaze, ini baru setengah hari ayo kita lanjutkan agar semakin cepat kita ke istana" ucap Halilintar memijat keningnya pusing melihat adiknya yang dari tadi menggerutu karena Halilintar berkata 'baru setengah hari'.

✨Menjadi Tokoh Antagonis!?✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang