9

14 4 18
                                    

Emil

Emil
|ra

Tiara
hm|

Emil
|cuek bener
|kenapa lo

Tiara
betmut|
gaada yg ngajak main|

Emil
|kebetulan nih

Tiara
lo mau ngajak gue main?|

Emil
|iyee
|sana siap siap
|gue otw

Tiara
bentar bentar|
mau main kemana?|

Emil
|udah ngikut aja

udah ngikut aja.

Itu adalah sebuah akal-akalan dari Emil Baskoro untuk mengajak Tiara ke sebuah tempat yang sudah pasti tidak akan disukai oleh gadis itu.

Perpustakaan.

"Kenapa ngajak gue, sih?" keluh Tiara sembari membaca buku tebal yang ditulis oleh Nerissa.

"Kan lo sendiri yang bilang lagi bad mood gara-gara gak ada yang ngajak main."

Tiara mendengus kesal. Daripada terus menanggapi Emil yang hanya akan membuatnya makin kesal, ia fokus membaca bacaannya sambil menutup kedua telinganya menggunakan earphone.

Tanpa disadari, Emil sering melirik buku yang dibaca Tiara. Ia tidak pernah tahu, jika gadis itu mempunyai buku kuno dengan sampul yang tak terlihat seperti buku yang beredar di pasaran.

Entah itu peninggalan turun temurun dari keluarga mereka, atau ia mendapatkannya dari penjual barang antik, Emil tidak terlalu memikirkannya.

Karena untuk saat ini, yang terpenting adalah tugasnya cepat selesai sebelum deadline.

Di perpustakaan yang bisa dikatakan cukup sepi itu, tiba-tiba suara pintu terbuka memecahkan keheningan yang membuat Tiara dan Emil menoleh ke arah sumber suara.

Pengunjung baru itu membuat Tiara sedikit terkejut.

"Kak Jay!" sapa Tiara dengan suara yang masih terkontrol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Jay!" sapa Tiara dengan suara yang masih terkontrol.

Mendengar suara itu, Jaya yang sebelumnya akan berjalan menuju pojok sepi perpustakaan kini menoleh lalu menghampiri Tiara dan Emil.

"Tia? Tumben kamu ke sini?" tanya Jaya.

Memang sedikit berbeda dari kebanyakan anak muda lainnya. Sedari dulu, Jaya memang lebih suka menghabiskan waktunya sendirian seperti membaca buku. Karena itulah, tak heran jika di rumahnya sendiri, terdapat ruangan yang didesain mirip dengan perpustakaan namun hanya diisi dengan buku-buku kesukaan Jaya.

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang