"Jadi temen-temen, kita di sini mau open rekrutmen buat kalian yang pengen ikut ekskul taekwondo. Ada yang berminat?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya, sudah pasti banyak sekali kaum hawa yang mengajukan diri untuk bergabung. Apalagi di depan kelas ini sudah berjajar rapih kumpulan cowok yang cukup terkenal di sekolah.
Strategi yang sangat bagus.
Sebenarnya Lydira ingin sekali ikut. Ia tak ingin menyia-nyiakannya bakat yang dimiliki. Tapi setelah melihat makhluk yang sedang bersandar di pintu kelas, keinginannya untuk bergabung sudah terkubur dalam-dalam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jevan Kalidas, orang yang pernah mengomentari salah satu postingan Lydira waktu itu.
Entah apa motivasinya datang kemari. Padahal saat ini, ia sudah duduk di bangku kelas dua belas.
"Dir, lo beneran gak ikut? Sayang tau."
"Gak. Ngeliat orang-orangnya aja langsung gak minat."
Tiara terkekeh geli. "Kak Jevan maksud lo? Ya elah, Dir. Masa gara-gara dia doang, lo langsung mundur."
"Nih, ya. Kalo dia macem-macem, injek aja muka tampannya."
"Itu yang di belakang, tolong jangan ngobrol sendiri," teriak salah satu dari mereka yang benama Jeano.
"Oke temen-temen, makasih buat waktunya. Sementara ini dulu yang saya catat. Kalo masih ada yang mau gabung, bisa langsung pc nomor ini."
Sebelum meninggalkan kelas, Jeano menuliskan nomor seseorang di papan tulis. Setelah itu, pandangan Jeano sempat menyorot Lydira dan Jevan, lalu pergi begitu saja.
"Eh, tapi ya. Aneh banget tau. Kak Jevan gak ikut keliling. Cuma di kelas ini doang dia ikut. Fiks sih, lo jadi mangsa buaya selanjutnya." Kini Athena ikut angkat bicara.
Tiara memukul kepala Athena. "Lo jangan bikin Dira tambah takut."
"Gak usah di dengerin. Sekarang yang paling penting, lo banyak-banyakin cari prestasi. Jangan sampe tiga tahun lagi, gue liat lo di twitter lagi open BO."
Meskipun terkesan sembarangan, tapi omongan Tiara ada benarnya juga.
"Gak, ah. Yang ada gue dijadiin buronan sama Sasa."