PART 18

809 71 0
                                    

Grey

.
.
.

🌸

.
.
.

🦄 Selamat Membaca 🦄

Ketujuh bidadari itu tengah berada di kamar Yaya.

"Gimana Ra, udah ketemu saudaranya kak Dwi?" Tanya Fiqa

"Kayaknya nggak jadi deh, iya kan Ra?' Tanya Beby

"Iya, udah keburu pulang orangnya, kata kak Dwi Ara disuruh ke rumah mereka, tapi Ara nggak bisa"

"Kenapa nggak bisa? Udah pergi aja Ra, bareng ka Dwi juga kan?" jawab Caramel

"Yah si lalod asal nyeletuk aja"

"Dih, kan emang Ara disuruh buat kesana" bantah Caramel yang tengah sibuk memakan cemilannya

"Caramel sayang, kamu lupa ngurus ijin keluar asrama itu susah banget" kekeh Mifta

"Oh iya ya, yaudah nunggu libur aja Ra"

"Liat situasinya gimana deh, lagian Ara juga ikhlas kok"

"Ya kamu nya emang ikhlas Ra, tapi mereka kan nggak enak sama kamu. Udah ditolongin tapi nggak tau orangnya"

"Betul tuh kata kak Jeklin"

Ponsel Ara berdering tanda notif masuk

1 massege from 0812xxxxxxx

Ara mengerutkan dahinya, nomer baru? Ini kan nomer pribadinya dan yang ia tahu tidak banyak yang mengetahui nomer ponselnya ini.

Ara mengerutkan dahinya, nomer baru? Ini kan nomer pribadinya dan yang ia tahu tidak banyak yang mengetahui nomer ponselnya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenam bidadari itu menatap Ara penuh Tanya ketika sejak tadi Ara sibuk dengan ponselnya dan tidak menjawab pertayaan mereka.

"Nggak jelas" ucap Ara setelah meletakan ponselnya dan sudah tau siapa orang yang menghubunginya itu.

"Dih, dia nya yang nggak jelas malah ngeluh gitu" ucap Beby

"Kenapa Ra?" Tanya Fiqa

"Hm? Ah itu, saudara sepupuhnya kak Dwi kayaknya"

"Ngomong apa Ra? Kakak sepupuhnya kak Dwi? Kalau gitu kakak dari cewek yang kamu tolongin dong? kakaknya cowok apa cewek?" Tanya Caramel si kepo

Mifta menghelah nafas "Dosen aja nanya nggak gini amat kayaknya"

"Cowok kayaknya"

"Kok kayaknya sih Ra, yang jelas dong" potong Beby

"Nggak tau, tuh baca aja" ucap Ara dan menatap ponselnya agar sahabat sahabatnya ini percaya dengan omongannya.

Mereka yang notabennya sangat sangat jarang menyentuh ponsel Ara pun saling berebut, ini kejadian yang langka.

Mereka seketika melotot setelah membaca pesan itu, Ara menutup telinganya ketika mendapat semprotan tiba tiba dari para sahabatnya, ia tidak tahu mereka akan merespon dengan seheboh ini. Dengan sigap ia menjawab semua pertanyaan mereka.

WHO ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang