BAB 1. Bena Bekasara.

55 27 6
                                    

"Kak Bena, bangun udah pagi ini." suara perempuan terdengar samar di alam tidur Bena.

"Kak Bena..." suaranya sekali lagi dengan teriakan dan tangan yang menggoyangkan tubuh seorang laki-laki yang tengah tertidur pulas di atas kasurnya.

Dengan kesadaran yang tidak sepenuhnya pulih laki-laki itu menggerakkan tubuhnya dan perlahan duduk diatas kasurnya. Namanya Bena Bekasara, seorang anak pertama dari tiga bersaudara atau lebih tepatnya saudari? Yang tadi membangunkannya salah satu dari adik kembarnya.

"Jam berapa Ki-" Bena berhenti berpikir sejenak, "Kamu Kinashi atau Kirani? Atau Ki siapa itu yang paranormal?"

"Ih, adik sendiri aja nggak bisa bedain." tendangan mendarat di kaki Bena.

"Aku Kirani, Kinashi tadi pergi keluar," Lanjutnya.

Kinashi Putri Eka dan Kirani Putri Dwi merupakan kedua adik kesayangan Bena, walau Bena tidak pernah mengucapkannya, tentu karena malu, tapi di dalam lubuk hatinya yang sangat dalam sekali Bena sangat menyayangi kedua adiknya itu. Kinashi dan Kirani memang susah di bedakan apalagi ketika di rumah, jika di luar sih masih gampang untuk di bedakan, karena selera style mereka sangat berbeda, Kinashi lebih ke arah tomboy sedangkan Kirani terbilang sangat feminim. Mereka berdua memiliki perbedaan umur yang lumayan jauh dengan Bena, sekarang Bena sudah menjadi mahasiswa semester tiga dan mereka baru saja menduduki bangku pertama Sekolah Menengah Atas atau SMA.

"Hmm... Kirani." kok bisa tendangannya sakit banget batin Bena sembari mengusap kakinya terus menerus.

"Udah jam delapan, kata ibu kak Bena tadi minta bangunin tapi ibunya lagi masak jadi suruh aku." Kirani mulai beranjak pergi meninggalkan kamar Bena.

Dengan kesadaran yang mulai terisi penuh karena tendangan dari adiknya, Bena meneguk air putih yang sudah di sediakan oleh adiknya itu, dan langsung beranjak turun ke lantai bawah untuk menyantap sarapan yang sudah ibu sediakan.

Setibanya di dapur Bena langsung memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang, walau Bena semasa SMA dikenal sebagai anak nakal, tapi jika dengan ibunya Bena masih seperti anak kecil yang sangat membutuhkan kasih sayang walau memang memalukan karena di usianya yang sekarang itu merupakan hal yang tidak pantas untuk di lakukan. Apalagi di luar rumah Bena terkenal dengan sikap dinginnya dan mata tajam yang sering diartikan sebagai mata pemburu yang siap menerkam mangsanya, karena mata itu juga Bena merupakan orang yang tidak berani di ganggu semasa SMA begitu pula ketika dirinya menjadi mahasiswa baru, para senior tidak pernah berani menatap langsung ke matanya, tapi tidak hanya karena matanya saja emang sedari awal Bena pandai dalam berkelahi. Tapi itu bukan sesuatu yang harus Bena banggakan, karena beberapa kali dirinya berkelahi membuat ibunya menangis karena masalah di sekolah yang Bena dapatkan. Lalu? apakah bisa di bayangkan bagaimana jadinya ketika orang-orang yang takut kepada Bena melihat Bena yang begitu manja kepada ibunya sendiri yang bahkan tidak mau melepaskan pelukan.

"Ibu masak apa sekarang?" tanya Bena dengan tangan yang tidak melepaskan pelukan nya.

"Semur daging." dengan tangan yang terus mengaduk panci yang berisikan semur daging.

"Ben, kamu itu udah besar jangan lengket terus sama ibu, malu sama adikmu itu, cari pacar makannya terus nikah nanti dia yang kamu peluk jangan ibu terus," Sambungnya.

Diandra adalah wanita yang paling Bena sayang, bagaimana tidak, Diandra adalah ibu dari seorang Bena anak nakal yang sudah beberapa kali menghabisi orang yang mengganggu dirinya, hanya Diandra yang masih sabar merawat Bena itulah kenapa Bena sangat menyayangi Diandra, dan Bena pernah menyakiti dirinya sendiri karena pernah membuat Diandra menangis, Bena tidak pernah ingin melihat ibunya menangis entah itu oleh siapapun Bena pasti langsung menghabisi orang yang membuat wanita kesayangannya itu menangis termasuk dirinya sendiri.

Tentang yang pertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang