"Eh liat, itu yang pegang kamera yang pake kaos polos, ganteng banget ya." Bisik seorang mahasiswa baru yang duduk tepat di belakang Neida.
"Tapi, matanya nyeremin, kaya ngajak ribut terus." Balas seseorang juga yang duduk di dekat Neida.
"Justru itu yang bikin menarik, kalo ngedeketin dia jadi punya tantangannya tersendiri."
Dua orang yang sedang membicarakan Bena tepat di belakang Neida membuat Neida sangat terganggu. Neida masih kesal dengan pertanyaan Bena sebelumnya, yang menanyakan Neida anak rektor atau pemilik kampus hanya karena memiliki nama yang sama dengan kampus.
"Eh liat-liat dia datang, harus cantik, mau di rekam." Bisikan pengganggu mulai kembali memenuhi telinga Neida.
Neida melirik ke arah Bena yang benar saja sedang menuju ke arahnya untuk mengambil gambar setiap barisan peserta.
Perlahan Bena semakin mendekati Neida, Mungkin Bena sedari tadi merasakannya, ada tatapan sinis yang terus menatap dirinya, tentu saja itu adalah tatapan mematikan dari Neida yang masih kesal kepada Bena.
Saat Bena sedang merekam barisan Neida.
"Kak, rekam ke sini kak, jangan lama-lama disitu." Perempuan yang sedari tadi berbisik di belakang Neida memanggil Bena untuk segera merekam dirinya.
Neida melihat Bena menghiraukan panggilan perempuan tersebut, mungkin Neida tidak tau, Bena memang sangat dingin kepada orang yang tidak ia kenal, atau bahkan ke temannya sendiri pun Bena sangat dingin, kecuali pada Ibra karena sudah Bena anggap keluarnya sendiri.
Setelah setelah merekam barisan Neida, Bena langsung menuju ke barisan belakang Neida tepat dimana perempuan tadi memanggil dirinya, Neida melirik ke arah belakang, dan melihat perempuan tadi dengan seenaknya menutupi peserta lain dan memaksa Bena untuk mengambil rekaman dirinya saja.
Nggak punya otak. Kesal Neida dalam hati.
***
Acara penyambutan telah selesai pada jam empat sore dan semua peserta sudah di perbolehkan untuk pulang. Acara ini hanya di adakan satu hari, memang ke depannya masih ada acara, tapi hanya acara pengenalan kecil tentang fakultas yang diambil, dan itu pun tidak di wajibkan, lebih tepatnya setiap fakultas akan membuat stand untuk memperkenalkan fakultas.
Neida langsung beranjak pergi bersama Elsa menuju parkiran motor, mereka berdua memilih fakultas yang sama itulah kenapa parkiran motornya pun berada di tempat yang sama.
Sial kembali menghantui Neida, motornya tidak bisa keluar karena berada di tempat yang paling dalam, beginilah nasib jika terlalu rajin. Terpaksa Neida menunggu di parkiran dan Elsa pun meninggalkan dirinya karena memiliki janji dengan seseorang.
"punya temen sialan, nggak setia kawan banget, senggak nya nungguin bentar kek, ini langsung pergi gitu aja," Gerutu Neida.
Neida menghilangkan rasa bosannya dengan memainkan handphone melihat-lihat apa saja yang trending di media sosialnya, begini-begini Neida selalu menjadi paling pertama mengetahui hal trending.
Trending no 1: warga desa kertas di hebohkan dengan musim tuyul yang kembali menjadi teror.
Neida menahan tawa ketika membaca salah satu berita trending dan parahnya lagi berita seperti itu bisa masuk ke dalam trending nomer satu.
"Dunia emang udah ngaco." Gumam Neida yang masih menahan tawa. Emang tuyul ada musimnya gitu?
"Bra, lu yang bawa motor lagi ya?" suara terdengar di sela-sela Neida yang masih menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang yang pertama
Teen FictionBena Bekasara. Lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi, dengan wajah yang datar dan sorot mata yang tajam seakan siap menerkam siapapun. Tidak lagi ingin merasakan cinta karena luka pertama yang telah dirinya terima. "Ben, kamu itu udah besar janga...