Brak
Suara keras seperti benda jatuh membangunkan seisi rumah yang masih tertidur pulas dan langsung menuju ke suara terdengar.
Seorang gadis remaja tengah mengusap-usap punggungnya dengan wajah yang meringis kesakitan.
"Apa yang jatuh?" tanya seorang pria membuka pintu secara terburu-buru.
Luis, orang tua dari gadis yang sedang terduduk di lantai. Memiliki usaha yang terbilang cukup besar dan ternama, bahkan Luis sudah banyak melakukan ekspor ke luar negeri, walau kaya, Luis tidak pernah mendapatkan kekayaannya itu dengan mudah, dirinya putus sekolah saat SMP dan mulai dari itu Luis sudah mencoba-coba usaha dari mulai berdagang kue dan akhirnya mencapai kesuksesan yang ia rasakan sekarang.
Gadis itu tersenyum ke arahnya dengan wajah yang tidak bisa berbohong bahwa dirinya masih menahan sakit.
"Hehe... aku yang jatuh dari kasur pah." dengan susah payah berdiri, tangan yang masih tetap berada di punggung.
Neida Raya Nada. Gadis berusia delapan belas tahun, dengan rambut yang tidak terlalu panjang dan pendek tidak terlalu pendek, rambutnya sepanjang bahu lebih sedikit. Pernah menjadi primadona di SMA nya, karena wajahnya yang cantik, terutama lesung pipi yang selalu membuat orang lemas ketika melihatnya senyum, tapi dengan kecantikannya itu, Neida sangat lemah dalam bidang akademis, jika bidang olahraga sih sudah makanan sehari-hari bagi Neida, Neida juga beberapa kali mengikuti kompetisi basket, karena itulah dirinya memiliki porsi tubuh yang tinggi, tapi tingginya masih wajar untuk ukuran wanita.
Hari ini menjadi hari pertama dirinya akan masuk kuliah, dengan di sambut kesialan di pagi hari. Terlalu di manja adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Neida, tadi saja saat ada suara terjatuh dari kamarnya semua orang di rumah langsung menghampiri kamarnya, terutama kedua orang tuanya, lebih tepatnya sih papah nya.
Hidup dengan keluarga yang berada, bisa di bilang kaya. Apapun keinginan Neida pasti akan Luis kabulkan, kecuali satu.
"Pah, aku mau pelihara singa!!" rengek Neida kecil.
Hanya permintaan itu yang tidak bisa Luis kabulkan.
"Kamu nggak apa-apa? Perlu ke dokter?" Neida di buru pertanyaan khawatir oleh Luis.
"pah... aku udah besar, hari ini aku masuk kuliah, jadi cuma segini doang nggak ada apa-apanya dong."
"Mau kamu udah nenek-nenek juga papah pasti bakal tetap khawatir."
"Iya, iya. Aku nggak apa-apa kok, sehat, malah terlalu semangat sampai tadi aku mimpi berangkat ke kampus sama teman, terus nanti dapet pacar di kampus," masa remaja ku semoga sesuai ekspektasi.
"Pacar? Kamu nggak boleh pacaran, kalo mau langsung nikah, nggak ada pacar-pacaran ngerti!?"
Neida hanya bisa menarik nafas panjang dengan apa yang ia dengar.
Selama hidupnya Neida belum pernah merasakan apa itu yang namanya berpacaran, alasannya? Ya karena Luis super protektif. Beberapa kali ada lelaki yang menyukai Neida, tapi mereka langsung ciut ketika melihat Luis. Dan Neida juga sebenarnya tidak pernah memiliki kesempatan untuk dekat dengan laki-laki, karena setiap harinya Luis selalu mengantar jemput ke sekolah. Neida baru di izinkan membawa kendaraan sendiri adalah hari ini, tepat saat dirinya kuliah, itu pun harus melakukan perdebatan yang panjang dengan Luis, tentu sang bunda membantu Neida untuk membuat Luis percaya.
"Pah, Neida itu udah besar sekarang. Dia udah jadi gadis, udah punya gelar remaja, kalo kamu terus kekang dia, nanti dia nggak bisa kenal sama dunia luar, nanti hidupnya jadi selalu bergantung sama orang lain." Suara sang bunda terdengar membela Neida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang yang pertama
Teen FictionBena Bekasara. Lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi, dengan wajah yang datar dan sorot mata yang tajam seakan siap menerkam siapapun. Tidak lagi ingin merasakan cinta karena luka pertama yang telah dirinya terima. "Ben, kamu itu udah besar janga...