Part 04

936 81 20
                                    

"Sebuah hubungan akan selalu diakhiri oleh perpisahan, baik perpisahan dengan cara baik-baik ataupun dengan cara terburuk sekalipun."
-Samudra Maheswara

Happy reading...

"Keysa suka sama kakak, dari kakak ngajar dikelas Keysa dan pas Keysa masih jadi maba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keysa suka sama kakak, dari kakak ngajar dikelas Keysa dan pas Keysa masih jadi maba."ujar sosok perempuan dengan menyodorkan coklat kearah Samudra, Samudra melirik orang-orang yang berkumpul saat ini.

Samudra tak menjawab ucapan Keysa, ia menarik tangan Keysa untuk menjauh dari sana. Setelah merasa tempat ini jauh dari orang-orang yang tadi melihat kejadian tersebut, Samudra menarik napasnya.

"Lo tau masa lalu gue kan? Lo tau kalau gue masih sayang banget sama sosok masalalu yang pernah hadir di hidup gue, menurut gue lo tau itu semua. Dan lo masih yakin ngunggapin perasaan lo ke gue dengan keadaan lo yang masih terhitung maba, ditambah lo ungkapin perasaan lo di depan para kating-kating lo. Lo sadar sama tindakan lo?" Jelas Samudra.

"Ta..."

"Jawabannya enggak, dan gak akan pernah." Saut Samudra sebelum pergi dari sana.

"APA KEYSA HARUS SAKIT SAKITAN SEPERTI MANTAN KAKAK BIAR BISA DI SUKAIN? APA KEYSA HARUS SEPERTI MANTAN KAKAK YANG MENGEMIS CINTA KAKAK AGAR KAKAK BISA MELIHAT KEYSA? APA KEYSA HARUS MENJADI HAZEL, MANTAN KAKAK YANG PALING KAKAK SAYANG SAMPAI DETIK INI"Teriak Keysa yang membuat langkah kakinya terhenti dan menoleh kearah Keysa dibelakang sana.

"Lo bisa menyentuh pelangi dan ngasih ke gue? Enggak kan, sama halnya dengan itu. Lo gak akan pernah bisa nyentuh ataupun ngasih ke gue pelangi itu, lo gak akan pernah bisa menjadi seorang Hazela Abraham dan gak akan pernah bisa buat gue bahagia seperti Hazela." Ujarnya dengan menatap mata Keysa dengan tajam, Keysa yang merasa tatapan Samudra semakin lama semakin tajam memutuskan tatapannya dan pergi dengan sana.

Samudra menghela napas panjang sebelum meraih handphonenya dan melihat walpaper handphonenya yang menampilkan dirinya dan Hazel yang saat itu sedang bergandengan tangan dengan senyuman.

"Maaf, kalau aku nyakitin kamu atau perempuan lain. Aku gak bermaksud seperti itu, tapi keadaan yang memaksa aku lakuin ini."

•••

"Lo nerima Sa?" Tanya Dion.

"PJ (pajak jadian) GAK NIH?" Teriak Devan sembari merangkul bahu Samudra.

"Kita harus rayain atas ke berhasilan Samudra karena sudah gak jomblo lagi." Saut Galaksi yang mendapatkan anggukan dari yang lain.

"Gak, gak perlu. Simpan duit kalian dan duit gue, gak ada hubungan yang baru, hubungan gue masih sama Hazel." Jelas Samudra

"Sa, berapa lama lagi lo move on?" Tanya Dion

"Sampai napas terakhir gue, sampai gue bisa kembali bertemu dengan Hazela."

"Sa..."

"Gak mungkin kan? Atau masih lama, gak tau kapan. Sama halnya dengan pertanyaan lo, gue gak tau gimana takdir gue kedepannya." Jelas Samudra sembari memakai earphone di kedua telinganya dan duduk di bangkunya."

"Gagal lagi."

"Bener, kapan Samudra bisa lupain masa lalu? Gue rasa semua udah selesai, penderitaan Samudra udah cukup." Ujar Dion yang mendapatkan anggukan dari Galaksi dan dan Devan.

"Om Abraham, Bianca dan Ervan aja bisa memulai kembali hidupnya, kenapa Samudra sangat sulit?" Saut Nathan.

"Gue juga bingung, kenapa dia sesakit itu"

"Gue akui dia salah, dan gue selalu berharap orang-orang yang buat Hazel sampai gak bernyawa dapatin karma yang gak dia duga-duga, tapi kenapa gak semua yang kenna? Kenapa cuman Samudra doang? Dan itu sudah berlangsung sudah beberapa tahun belakangan ini." Saut Galaksi.

"Gue pikir dia pemeran utama yang membuat Hazel seperti ini, nyatanya dia cuman secondlead, dia cuman korban yang kita lihat sebagai pelaku."sambung Galaksi.

•••

Samudra memarkirkan motornya dan masuk kedalam rumahnya yang sangat gelap, beginilah suasana ketika ia pulang kerumahnya. Semua barang sudah tak berada di tempatnya, seperti kapal pecah saja. Ia membereskan tipis-tipis ruang tamu rumahnya.

Plak

Lemparan botol plastik kearah kepalanya membuat Samudra meringis.

"ANAK GAK TAU DI UNTUNG!" Teriak sang bunda dengan kembali melempar segala barang kearah Samudra.

"TERLALU NAIF AKAN CINTA! APA YANG BISA CINTA BERIKAN?! CINTA GAK BUAT KAMU KENYANG! CINTA GAK BUAT KAMU BISA BERSENANG-SENANG." Teriaknya.

Samudra mengacuhkan ucapan dari sang bunda, ia kembali fokus membersihkan ruang tamu.

"ANAK BIA*AB" umpatnya dengan melemparkan kembali bingkai foto kearah Samudra, bahu Samudra sangat sakit saat mendapatkan lemparan tersebut, Samudra mengambil bingkai foto keluarganya yang saat ini sudah sangat retak, mungkin beginilah suasana dalam keluarganya. Samudra hanya dapat meringis dan berjalan kearah tempat yang membuat pandangan bundanya tak melihatnya.

"Jangan nangis, laki-laki gak bisa nangis. Apalagi lo cowok cih, gitu aja nangis, yang bunda katakan emang benar. Lo bodoh karena lepasin sebuah permata demi sosok perempuan yang sudah tiada dari lama." Ujar sang adik yang entah sejak kapan berada di belakangnya.

"Kalau lo di posisi gue, apa lo bakal lupain sosok lelaki yang paling lo sayang dan memulai kehidupan baru dengan lelaki yang sudah hancurin lo secara tragis?"

"Iya, pemikiran gue gak dangkal seperti lo dan ayah. Pemikiran gue itu mirip dengan bunda, mikirin masa depan kayak gimana. Apa yang bisa dia kasih kalau gak punya duit? Biaya perbulan gue siapa yang kasih? Banyak hal yang gue butuhin dan semua itu bisa gue dapatkan dengan uang. Apalagi lelaki yang gue sayang udah pergi ninggalin gue jauh, ngapain gue semenderita itu? Sikap gue yang gak nerima orang-orang dan masih keadaan terpuruk gak buat di kembali, gue masih punya kehidupan, masih banyak masalah yang akan gue temui sedangkan dia, kehidupannya sudah berhenti, masalahnya pun sudah berhenti."

"Dengan ngorbanin kakak lo? Adik gue yang selalu gue suap dan ajakin jalan-jalan sederhana kemana? Mata lo ketutupan dengan harta dari Bianca dan lo lupain kesehatan mental kakak lo sendiri, kesahatan tubuh kakak lo, lo gak natap betapa hancurnya gue dan betapa berusahanya gue biar bisa bahagiain keluarga ini."

"Bahagiain? Apa yang lo bahagiain? Gak ada, duit yang lo kasih gak cukup sama sekali buat gue dan bunda. Duit yang lo kasih cuman buat sekali jalan itupun duit transportasi."

"Lo sama ayah itu cuman laki-laki yang gak punya martabat sebagai lelaki, luluh dengan seorang perempuan. Lo tau penghambat seorang pria gak bisa sukses? Perempuan dan cinta. Dia lemah sama itu, sampai akal sehatnya gak bisa berjalan." Jelasnya sebelum pergi dari sana meninggalkan Samudra diam mematung di belakang sana.

"Dia ngomong seakan-akan sudah sangat paham akan situasi di dunia ini! Masih kecil begitu sudah mikir hal dangkal kayak gitu? Gila!" Kesal Samudra sebelum pergi ke kamarnya dengan mengendap-endap agar sang bunda tak melihatnya lagi.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang