#np Runtuh - Feby Putri, Fiersa Besari
✤
"Lho, Mi, lo potong rambut ya?"
Lamia yang baru saja akan keluar dari kantin dengan teman-temannya menoleh pada segerombolan murid lelaki yang sedang duduk di pintu kantin. Ia menemukan Bima, yang baru saja berceletuk, tengah mendongak dari bungkusan snacknya.
Lamia menyentuh rambutnya sendiri—tak bisa untuk tidak tersipu karena Bima menyadari perubahan yang ada pada dirinya.
"Ya gitu deh."
"Cakep Mi," celetuk Abra, salah satu teman nongkrong Bima.
Lamia hanya tersenyum tipis, namun tidak dengan Bima yang segera melempar satu keripik ke arah Abra.
"Cakep cakep..., awas lo gangguin Mia," ucapnya galak. Tak lupa monolidnya yang melotot tak senang.
"Yaelah gangguin darimananya Bim? Orang gue muji doang. Kalau gangguin mah, udah gue katain kali si Mia."
"Udah Mi, keluar aja, gak usah ladenin cowok-cowok gak jelas ini," kata Kyna—teman Lamia yang sedaritadi berdiri di sebelahnya.
Lamia meringis dan kemudian melanjutkan jalannya pergi meninggalkan gerombolan lelaki yang masih asik berdebat itu. Meski bersahabat dengan Bima, ia dan lelaki itu juga memiliki teman nongkrong yang berbeda saat di sekolah. Apalagi tahun ini mereka tidak sekelas.
"Mia!"
Lamia yang tengah menyusuri koridor bersama teman-temannya itu menoleh, menemukan Bima kini berlari di antara murid-murid yang berkeliaran di koridor.
"Mi, kita duluan ke kelas ya kalo gitu," ucap Tiara. Ia tahu bahwa Bima pasti ingin berbicara dengan Lamia. Siapa sih di sekolah ini yang tidak tahu betapa lengketnya dua sahabat itu?
Lamia mengangguk dan membiarkan teman-temannya pergi lebih dulu. Saat Bima kini berdiri di depannya, Lamia melipat tangan di depan dada.
"Kenapa? Ada tugas lo yang kelupaan lagi?"
Bima menggeleng. Kemeja putih berlambang OSIS yang ia kenakan siang itu dibiarkan terbuka dua kancing teratasnya dan lengan digulung, menampilkan kaos hitam dengan lambang Metallica yang saat itu sedang jadi idola semua kaum adam.
"Bukan, tapi gue emang ada tugas Biologi buat jumat nanti sih," ringisnya. "Tapi bukan itu. Gue mau nanya nih, kabar temen kelas lo yang pintar main gitar itu gimana?"
Lamia menaikkan sebelah alisnya. Ia cenderung menjadi siswi teladan yang seragam sekolahnya jelas amat bersih dan rapi. "Arsanu?"
"Iya. Lo udah dapat jawaban dari dia belum?"
"Belum nih, dia gak masuk sekolah hari ini—eh, itu dia...!"
Bima menoleh pada arah tunjuk Lamia, menemukan seorang lelaki tengah berjalan ke arah mereka dengan seragam sekolah yang jauh lebih berantakan dari milik Bima. Ia tak mengaitkan satu pun kancing seragamnya, menampilkan kaos hitam yang sama persis dengan yang digunakan Bima hari itu. Bedanya, Arsa yang jelas merupakan pangeran sekolah itu mendapat tatapan kagum dari para siswi-siswi yang dilewatinya.
Saat berpapasan dengan Lamia, ia berhenti. "Hai Lamia. Tadi wali kelas nyariin gue gak?"
Lamia masih sedikit terkejut melihat Arsa yang tiba-tiba menyapanya—seakan ia bukan orang yang sama yang kemarin mendatangi Arsa dan menawarkannya bergabung di Band Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Myself | seulmin
Fiksi RemajaDari Lamia, untuk hatinya yang tak pernah memiliki kesempatan berbicara. Ⓒ February 2022