Part 10

29 8 1
                                    


Jakarta, 18 Oktober 2019

Sepuluh hari menjelang demonstrasi massal yang akan dilakukan oleh mahasiswa, kawan buruh, tani, dan masyarakat miskin kota.

Ketika Saras sedang duduk diruangannya, terdengar ketukan pintu yang tidak lain adalah Daniella. Daniella menyampaikan bahwa di depan Sekretariat ada seseorang yang ingin menemui Saras, entah siapa orang tersebut.

Saras pun keluar dan menghampiri orang tersebut. Ternyata ia adalah salah satu perwakilan dari serikat buruh yang akan ikut akai pada tanggal 28 nanti. Namanya Pak Said yang bersama rekannya bernama Bu Sum. Mereka berjabat tangan dan Saras segera mempersilahkan Pak Said dan Bu Sum untuk masuk ke ruangannya.

Di dalam ruangan Saras, Pak Said menyampaikan terkait rencana aksi tanggal 28. Pak Said bermaksud untuk mengajak ngobrol Saras dan Daniella agar mereka semakin memiliki satu pikiran yang sama dalam menjalankan rencana aksi nanti.

Daniella pun segera menghubungi Rangga, Abi dan Aga agar menghampiri mereka di ruang Saras. Tidak lama kemudian ketiga orang tersebut sudah berada di ruangan Saras.

Kini Pak Said menceritakan beberapa hal terkait kemungkinan besarnya gelombang demonstrasi yang akan datang nantinya. Pak Said pun juga menyampaikan bahwa ia merupakan salah satu karyawan yang gajinya belum diturunkan sejak tiga bulan lalu, sedangkan Bu Sum adalah seorang karyawan yang tidak mendapat cuti hamil dari tempat kerjanya.

Kemudian Pak Said pun menyampaikan, "Mba Saras, beserta teman-teman disini. Sebelumnya saya ingin berterima kasih karena kalian mau berjuang menyuarakan suara kami juga. Disini saya datang untuk mempertegas kembali bahwa kita harus memiliki tujuan yang sama supaya suara kita benar akan didengar oleh para pejabat itu, karena kegagalan kemarin membuat gejolak amarah yang cukup besar dari serikat buruh dan tani juga. Kami merasa kita juga harus lebih berhati-hati dan mempersiapkan banyak hal terutama antisipasi terkait kemungkinan adanya kerusuhan. Jujur saja, sejak kejadian September lalu di serikat kami seringkali dipantau oleh orang yang kami tidak pernah lihat sebelumnya di daerah kantor serikat. Jadi saya rasa kita juga memang menjadi sasaran empuk, apalagi saya juga sudah mendengar kabar terkait adanya orang mencurigakan yang juga mencari-cari mba Saras. Lucunya, kabar ini sudah sampai ke telinga teman-teman buruh yang bahkan tidak kenal dengan intel manapun".

Saras terlihat terkejut dengan pernyataan akhir dari Pak Said. Ia pun langsung menatap mata Daniella, Aga, Rangga, dan Abi satu-persatu. Tetapi mereka semua menggeleng, bertanda tidak mengetahui apa-apa terkait bocornya peristiwa itu.

Rangga pun kemudian melanjutkan pembicaraan, "Pak Said dan Bu Sum terima kasih sebelumnya karena sudah repot-repot menghampiri kami di kampus padahal harusnya kami yang menghampiri kawan-kawan serikat buruh. Terkait rencana aksi tanggal 28 nanti saya sangat setuju perlu ada sinergitas yang lebih kuat lagi dari seluruh peserta aksi. Saya sendiri bersama teman-teman BEM juga sudah mempersiapkan rundown dan pemetaan untuk lokasi paramedis, paralegal, jalur evakuasi tambahan, serta alat komunikasi berbasis radio (HT) untuk mengantisipasi juga terjadinya tindakan yang sama seperti September lalu. Yakni pemutusan jaringan komunikasi di area demonstrasi. Untuk saat ini sejujurnya kami cukup terkejut juga bahwa berita orang mencurigakan yang mencari-cari ketua kami ternyata sudah menyebar padahal kami sangat menutup rapat. Bahkan anggota kami saja tidak semuanya tau. Saya rasa selama satu minggu kedepan, kita harus bertemu dua hari sekali untuk mengkaji lebih dalam dan membuat gerakan ini semakin besar".

Saras melanjutkan lagi, "Pak Said dan Bu Sum, terima kasih banyak atas segala informasinya. Ini sangat berarti buat kami terutama teman-teman tim pengkaji. Saya setuju dengan segala usulan yang ada dalam ruangan ini karena kita memang tidak bisa menganggap sepele sedikit pun usaha pemerintah untuk menggagalkan rencana kita. Orde paling baru ini cukup membuat saya sendiri terkejut dengan segala cara yang mereka lakukan untuk membungkam rakyatnya sendiri".

Diskusi terus berlanjut sampai sekitar pukul 12 malam. Kemudian karena merasa tidak enak, Saras pun menyelesaikan pertemuan tersebut dan meminta Abi untuk menyimpan nomor Pak Said dan Bu Sum agar mereka dapat saling berkabar dengan lebih mudah. Setelah itu Pak Said dan Bu Sum pun berpamitan dengan Saras, dkk.

Saras, Daniella, Aga, Rangga, dan Abi kembali masuk ke dalam ruangan Saras untuk melanjutkan pembahasan rencana aksi serta bocornya berita tentang Saras ini.

Aga menjelaskan, "Ras, nampaknya memang gue rasa ada intel di kampus kita ini dan lo tau gue selalu curiga sama siapa".

Kemudian Rangga menyambung, "Ras gue tau siapa orang yang nyebarin berita ini. Gue tau ini dari anak buah bokap, dan gue dengan berat hati setuju dengan kecurigaan Aga selama ini karena memang itu semua berdasarkan penyelidikan anak buah bokap gue Ras. Rama itu intel Ras yang emang sengaja mantau pergerakan kita dengan ngedeketin lo. Gue baru dikabarin kemarin, jadi gue harap lo berhati-hati sama dia".

Saras pun terkejut, ia menjawab "Gue ga nyangka. Walau emang banyak hal yang gue ga tau di dunia ini, tapi gue ga nyangka dengan kondisi sekarang. Begitu cepatnya perubahan yang terjadi dan gue dengan posisi ini. Jujur gue takut, gue siap kalau gue harus mati seketika karena membela suara rakyat ini. Tapi gue lebih takut kalau ada yang sampe nyerang nyokap gue. Gue ga tau harus gimana karena gue yakin intel-intel anjing ini pasti mengendus gue sampai keluarga dan latar belakang gue".

Daniella mencoba menenangkan Saras, "Ras wajar kalo lo takut atau panik sekarang. Tapi tenang aja, gue berani jamin ga akan ada yang berani nyentuh nyokap lo. Gue akan minta anak buah bokap buat ngawasin rumah lo setiap dua hari sekali. Lo ga perlu khawatir dan ga perlu bilang gue berlebihan untuk kondisi sekarang ini".

Saras kemudian menjawab kembali, "Thank you banget Niel, sumpah kalian semua baik banget. Gue ga tau harus gimana balesnya".

Namun tiba-tiba Abi menanyakan sesuatu yang cukup membuat isi ruangan terkejut. "Kak Daniella, kak Rangga. Emangnya orang tua kalian siapa sih? Apakah mereka beneran berpihak pada kita kak? Maaf sebelumnya kalau gue lancang karena jujur aja di saat kayak gini, gue ga merasa ada yang layak dipercaya seutuhnya".

Rangga pun langsung menjawab pertanyaan Abi. "Bi, tenang aja. Bokap gue sama bokapnya Daniella itu berangkat dari nol. Walaupun mereka pejabat juga tapi mereka ga bangsat kayak yang lainnya. Gue tau kok waktu itu siapa aja yang berperan bikin aksi September kemarin sampai rusuh, bahkan gue juga tau siapa yang merintah petugas di lapangan buat bawa senjata dan sampai bikin Bima pergi. Gue paham memang sekarang pasti masyarakat umum akan krisis kepercayaan sama pemerintahnya, tapi kita juga ga bisa pukul rata. Masih ada harapan supaya orang-orang yang baik dan benar itu berada di posisi yang tepat supaya membela rakyatnya".

Perbincangan itu berlanjut sampai pukul 03.30 WIB dini hari. Saras pun mengajak semua yang masih di Sekretariat untuk segera pulang karena sudah hari Sabtu dan Saras ingin bertemu dengan Ibunya di rumah. Saras pulang bersama Aga, dan Daniella bersama Rangga karena rumah mereka searah.

Sepanjang perjalanan, Saras kembali hanyut dalam pikirannya. Ia bernubuat untuk dapat menjadi penyambung lidah rakyat yang baik selagi ia berada dalam posisi titik didih dari idealismenya — tentu saja karena ia adalah seorang mahasiswa.

Ketika sampai di rumah, Saras melihat Ibunda sudah tertidur di kamarnya. Ia pun tersenyum melihatnya, dan ia bergumam dalam hati kecilnya

Ibu
Kalau aku hilang, tetaplah tenang
Mungkin aku sudah berbaring diantara bintang
dan namaku akan tetap kau simpan
Sampai jauh, jauh di kemudian hari.

JANGAN DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang