Bag. 16

9 3 0
                                    

"Saya akan pergi kalau sudah selesai." kata Jeara saat berhadapan dengan orang yang membeli banyak gambarannya. Kali ini gambarannya tidak dikemas seperti paket, melainkan dikirim langsung melalui dirinya dan bertemu dengan calon pembelinya.

Namun, ia tak menyangka kalau pembelinya kali ini adalah orang yang sangat tidak ingin ia temui lagi itu. Disamping ia tak menyukainya, juga karena Jeara merasa adanya pengaruh buruk yang dibawa oleh orang tersebut.

"Makanlah dulu sebelum pergi dari sini. Tak baik meninggalkan makanan yang sudah tersaji begitu saja." katanya dengan jenis senyuman yang seperti menyimpan banyak rencana licik. Jeara tak suka itu. Kesan baiknya saat kali pertama bertemu kini sudah tak lagi ada, sekarang justru tergantikan dengan wajah penuh mencurigakan.

"Anda saja yang habiskan. Saya tidak lapar, permisi." kata Jeara dengan beranjak pergi, namun terhenti saat tangannya berhasil di pegang oleh orang itu.

"Kali ini tidak akan saya biarkan kamu pergi begitu saja. Sekarang duduklah kembali selagi saya masih bicara dengan baik-baik." ujarnya dingin penuh ancaman.

Jeara menelan salivanya dengan agak susah, namun sedetik kemudian dia menepis begitu saja tangan orang itu lantas pergi begitu saja tanpa menoleh kembali.

"Brengsek, sekarang dia mulai berani saja." umpat orang itu pelan sambil tetap terlihat tenang saat ada beberapa orang yang sedang memperhatikan dirinya dan Jeara tadi.

Jeara tak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke toserba yang mana ada Venus bekerja di dalamnya. Ia lalu memesan makanan untuknya dimakan di sana.

"Mukamu kayak orang lagi kesal gitu. Kenapa?" tegur Venus saat tak ada pelanggan yang masuk lantas mengampiri Jeara yang sedang makan sambil emosi.

"Aku habis bertemu dengan orang yang beli gambaranku." sahut Jeara masih menatap lurus ke depan dan makan.

"Lah? Bukannya itu sudah jadi hal biasa buat kamu. Dibatalkan setelah melihat hasilnya secara langsung. Itu bukan berarti gambaranmu jelek Jeara, selera orang itu aja yang aneh. Buktinya, mural yang ada di toserba ini selalu dijadikan background untuk orang-orang yang mampir hanya untuk sekedar berfoto. Sudahlah, nggak usah terlalu dipikirkan." kata Venus sambil mengusap tangan kiri Jeara.

"Ck, masalahnya kali ini berbeda dari biasanya, Ven. Orang yang beli gambaranku itu bukan orang biasa." sahut Jeara dengan menoleh sebal ke wajah Venus.

"Siapa? Artis? Pejabat gila hormat? Bocil sok kaya? Atau manusia sok perfect kayak yang waktu itu?" Jeara menggeleng sambil agak mencebikan bibirnya ke bawah.

"Lan---" ucapan Venus terhenti ketika beberapa orang masuk untuk belanja. Ia lantas memberikan tatapan meminta maaf pada  Jeara, seraya kembali untuk kerja kembali dan Jeara hanya mengangguk kemudian kembali melanjutkan makanannya.

Jeara membuka ponselnya dan mencari akun dari orang yang tadi membeli karyanya. Ia berencana untuk memblokirnya agar tak ada lagi transaksi jual beli diantara keduanya berikutnya. Jarinya terhenti saat mendapati adanya sebuah foto yang begitu mirip dengan dirinya. Jeara pun mengklik demi melihat lebih jelas siapa wajah dari foto tersebut.

Meski itu adalah kali pertama ia melihat, namun rasanya begitu dekat sekaligus sakit. Dadanya tiba-tiba sesak tanpa ia mengerti apa sebabnya. Mungkinkah karena ia melihat foto wanita itu membuat perasaanya menjadi tiba-tiba seperih ini?  Jika mengingat omongan laki-laki itu tempo hari, bisa saja perasaannya saat ini ada kaitannya.

Laki-laki itu bilang, ia adalah adik dari ibunya yang selama ini meninggalkannya. Lalu, mungkinkah foto yang sedang dilihat Jeara saat ini adalah foto ibunya?

"Je, kamu masih lama nggak di sini?" tanya Venus tiba-tiba.

"Nggak, ini sudah mau selesai makannya. Kenapa?" tanya Jeara sambil menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas pinggangnya.

Its OK to Not be Okay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang