Setahun yang lalu.
Jeara tengah menjajakan gambarannya di jalan. Beberapa orang yang mengerti seni membelinya dengan harga lumayan tinggi. Setiap pulang sekolah Jeara melakukan hal yang serupa dan selalu mengabiskan setidaknya 15 atau 17 lembar dari kertas gambar yang dijualnya. Meski selalu membawa sisanya. Namun ia tetap bersyukur karena jumlah yang dijualnya selalu lebih banyak dari sisa yang ia bawa.
Sampai suatu hari, Jeara berhasil mengabiskan semuanya. Untuk menyenangkan dirinya itu pun, ia mengajak beberapa anak jalanan yang mengamen untuk makan di sebuah restoran yang mana pemiliknya sudah kenal dengan Jeara. Di dalam resto itu pun terdapat banyak gambaran Jeara yang dijadikan hiasan di dinding resto mereka. Saat itu resto yang masih dalam keadaan sepi mendadak ramai karena beberapa anak jalanan yang dipanggil Jeara untuk ikut makan bersamanya. Tidak lupa dengan beberapa orang yang mengenakan kostum badut.
Meski ada salah satu diantara pelayan itu yang memandang remeh ke mereka, namun tidak sedikit dari pelayan lainnya yang memperlakukan mereka sama saja dengan pembeli lainnya. Jeara tidak khawatir uangnya kurang, sebab ia sudah menyiapkan dari uang hasil kerjanya dihari sebelumnya untuk menambah kalau kurang. Ia juga tidak takut dengan uangnya yang akan habis seketika. Baginya, dengan membuat orang lain senang saja sudah membuat ia merasa lebih dari cukup. Toh, uang untuk menafkahi dirinya sendiri sudah ia sisihkan lebih dulu.
"Hei!" sapa seseorang di sampingnya. "Boleh saya duduk di sini?" tanyanya dengan menunjuk kursi kosong yang ada di samping Jeara.
Jeara menoleh dan dilihatnya anak itu sudah melepaskan pakaian badutnya. Ia tidak terlihat seperti anak jalanan seperti yang lain. Ia bahkan terlalu rapi untuk ukuran anak jalanan.
"Saya nggak perlu kamu traktir. Saya akan bayar makanan saya sendiri." ujarnya begitu Jeara mengangguk mengiyakan.
"Mikha." ujarnya dengan menyodorkan tangan ke Jeara.
"Jeara." sahut Jeara dengan menyambut canggung.
"Tidak perlu heran. Saya emang suka ngelakuin hal ini. Saya sama sekali tidak meledek kok. Saya cuma bantuin orang lain doang. Karena rasanya menyenangkan melihat orang lain tersenyum karena kita." katanya dan beberapa saat kemudian pesanan mereka semua pun datang.
"Kamu benar. Aku juga merasa lebih dari cukup saat melihat orang lain senang karena apa yang kita lakukan untuk mereka." ujar Jeara dengan menengok pada orang-orang di sekitar mereka yang lagi makan.
***
"Makasih Kak Je, sudah traktir kita makan di restoran. Makanannya enak banget."
"Benar, enak banget. Makasih juga ya, Kak."
"Jeara, terima kasih ya."
Berikutnya satu persatu setelah selesai makan mereka semua berterima kasih pada Jeara disertai dengan mendoakan yang terbaik untuk Jeara.
Jeara keluar setelah membayar semuanya.
"Merasa puas sekarang?" tegur cewek yang tadi menyapanya di dalam.
"Mikha?" ujar Jeara meyakinkan karena ia masih merasa asing dengan sosok anak itu.
"Ya. Saya. Baru juga habis bertemu tadi di dalam masa sudah lupa dengan nama saya."
"Bukan lupa. Takut yang kamu ajak bicara itu bukan ke aku saja."
"Ceh. Mau kemana kamu sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Its OK to Not be Okay [Completed]
Novela JuvenilTidak apa-apa untuk tidak merasa baik-baik saja.. copyright©votavato/ringjump2021