Bag. 9

13 2 0
                                    

"Tadi kamu pulang sama siapa?" tanya Suga.

"Aku diantar sama ayah dari temanku yang sudah meninggal. Badut yang kupakai itu adalah pemberian dari anaknya satu tahun lalu saat dia masih hidup. Makanya aku tidak pernah menggantinya meski sudah terlalu belel." sahut Jeara dengan sorot mata sedihnya.

"Maaf sudah buat kamu sedih."

"Tidak apa-apa. Kamu mau apa kemari?" tanya Jeara.

"Aku mau bilang bahwa mulai besok aku akan bersekolah di tempat kamu." ucap Suga tersenyum dengan ucapannya sendiri.

"Yang benar?" Suga mengangguk membenarkan.

"Yey, itu artinya aku punya teman baru di sekolah. Aku senang kamu memutuskan ke mari. Tapi, omong-omong apa kamu tidak apa-apa sekolah di sini? Fasilitasnya kurang dan tanpa AC seperti sekolah yang ada di kota."

"Itu jauh lebih baik dibanding dengan sekolah yang bagus namun tidak sebanding dengan perangai muridnya."

"Ya, kamu benar. Aku akan jamin tidak akan ada yang meremehkanmu di sini."

______________________

Esoknya setelah selesai memasang sepatu dan membuka pintu, Jeara dikejutkan oleh kehadiran Suga yang sudah berdiri dengan rapi di depan pagar rumahnya.

"Suga?"

Suga tak mendengar namun ia tahu bahwa Jeara sedang menyebutkan namanya. Ia lantas melambaikan tangan sembari berkata, "Aku lupa bilang tadi malam kalau mulai sekarang aku akan sering jemput kamu untuk berangkat sekolah bersama. Apa kamu keberatan?"

"Jeara!" panggil Venus setengah berlari.

"Hei!" sapa Jeara ketika Venus sudah berada di dekatnya. "Dia temanku, namanya Suga. Dia juga akan sekolah di sekolah kita. Sebagai murid baru." terang Jeara.

"Ini Venus. Temanku." kata Jeara pada Suga.

"Hai! Aku Venus." kata Venus dengan menggunakan bahasa isyarat lalu mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.

"Aku Suga." kata Suga dengan menerima jabatan tangan Venus.

"Maaf, tadi aku lihat Jeara bicara denganmu menggunakan bahasa ini. Jadi kupikir kamu pasti orang yang spesial." kata Venus tak ingin membuat kesalah pahaman.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu, kalian mau tidak berangkat dengan saya?"

"Naik mobil yang ada di jalan depan sana?" Suga mengangguk.

"Sekolah kita sebenarnya tidak jauh dari sini, Ga. Bagaimana kalau kamu ikut kami jalan kaki? Seru tahu sambil lewatin pantai sembari lihat matahari yang perlahan naik."

Suga mengangguk antusias.

"Tunggu. Masih ada dua laki-laki lagi. Nah, itu dia panjang umur. Raka! Yusuf!"

Mereka pun berkenalan satu sama lain dan berangkat sekolah bersama. Benar seperti yang dikatakan Jeara. Teman-temannya tidak akan melakukan hal buruk seperti apa yang terjadi di sekolah perkotaan kebanyakan. Meski Raka dan Yusuf tidak begitu mahir untuk berbicara bahasa isyarat. Namun mereka tidak kehabisan akal. Mereka menggunakan note pada ponsel mereka untuk saling bicara dengan mengetik secara bergantian. Suga tidak keberatan dengan hal itu. Ia baru tahu sekarang bagaimana rasanya memiliki teman yang mau dan mengerti dengan kekurangannya. Jeara memberikan senyuman manisnya saat tatapannya bertubrukan dengan Suga yang tertawa akibat obrolan mereka di note. Jeara senang melihat Suga senang.

Venus yang melihat itu hanya mengulumkan senyumnya.

"Jeara sudah besar ya sekarang." ucapnya.

"Maksud kamu apa?"

Its OK to Not be Okay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang