[3] Incendiary 19+

7.9K 219 16
                                    

---------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------------------

Selama perjalanan menuju restoran aku tidak mengajak Seungkwan berbicara. Pikiranku masih bertanya-tanya mengenai pesan tersebut. Sebelum aku marah-marah aku ingin memastikannya sendiri setelah ini. "Oh iya klien ini kenalanmu darimana?" tanyaku. Seungkwan terdiam sesaat sambil menatapku sesekali. "Dikenalkan oleh temanku" jawabnya.

Aku hanya mengangguk dan tidak bertanya apapun. Meski Seungkwan beberapa kali menatapku, aku tidak akan menggubrisnya. Hingga tiba di restoran tempat kami bertemu, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutku. "Reservasi atas nama Nona Koo" ucap Seungkwan kepada waitress. 

"Mari saya antarkan" jawab waitress itu. Ia membawa kami pada sebuah private room untuk 5 orang. Saat masuk sudah ada seorang pria dan seorang gadis cantik. Ia membiarkan rambutnya tergerai bebas. Melihat kedatangan kami, kedua orang tersebut berdiri dan menyapa kami. "Sudah cukup lama ya Tuan Boo" ucap gadis itu.

Setelah menjabat tangan Seungkwan, tatapan gadis itu beralih ke arahku. "Kau?" tanya nya. "Jeo Y/N" jawabku dan menjabat tangannya. "Aku Koo Eun Jung dan ini partner project baruku Kim Mingyu". Entah kenapa aku tak suka smirk Eunjung, rasanya ada yang aneh darinya. "Ya jadi seperti biasa kalau ada project dengan bunga asli akan kuserahkan pada istriku" ucap Seungkwan sambil merangkulku. "Apakah hasil kerjanya bagus?" tanya Eunjung.

"Tidak sopan jika membahas project dengan berdiri, kalian berdua silahkan duduk" Mingyu memberikan gestur untuk duduk. Selama membahas bagaimana dekor dan tim yang akan dikerahkan untuk project ini, Eunjung berkali-kali meremehkan kualitasku. "Hah.. aku percaya padamu Seungkwan, tapi aku tak ingin hanya karena dia namamu jadi jelek" ucapnya.

Aku kehilangan kesabaran menghadapi gadis ini. Tanganku merogoh tasku dan mengeluarkan business cardku. Sebenarnya florist yang kudirikan sudah cukup terkenal. Ada banyak event organizer yang bekerja sama denganku. Seungkwan salah satu event organizer yang bekerja sama denganku. Dari situlah kami mengenal satu sama lain.

"Kau tahu kan Hei Ran Florist, kalau kau sudah sering menghandle project kau pasti kenal dengan nama itu. Aku pemiliknya dan kualitas dari pekerjaanku tidak perlu kau ragukan lagi" jawabku dengan menyunggingkan senyum terpaksa.

"Jam terbang toko ku juga tidak dalam hitungan bulan, toko bunga ku telah berdiri sejak 8 tahun yang lalu" imbuhku. "Kalau kau meminta tema fresh garden aku juga menyediakan bunga dari toko bunga istriku" lanjut Seungkwan. Eunjung menatapku tajam, dan aku sama sekali tidak goyah ataupun takut. Kami melanjutkan membahas mengenai project ini.

Berulang kali Eunjung memukul lengan Seungkwan dalam artian menggodanya. Atau terkadang ia mengeluarkan pick-up lines pada Seungkwan. Beruntung sekali Seungkwan tidak menanggapinya. Meski begitu aku sangat kesal, rasanya aku ingin menyiram ocha yang ada didekatku padanya.

"Kita lanjutkan setelah ini, aku perlu ke kamar mandi" ucap Eunjung sembari menahan tangan Seungkwan yang akan menekan tombol next pada presentasi yang ia buat. Setelah Eunjung keluar dari ruangan, aku menghela nafas panjang. "Kau ternyata pemilik florist terhebat itu" sanjung Mingyu. "Aku selalu kagum dengan hasilnya, kau juga sangat pandai memilih tim" imbuhnya.

Aku tersenyum "Terimakasih" jawabku singkat. "Aku pernah mengunjungi tokomu, bunga disana sangat cantik.. sepertimu" aku terdiam mendengar ucapan Mingyu. Tangan Seungkwan yang tadi berada diatas meja sembari memegang laptopnya kini beralih ke pahaku. Ia meremasnya pelan. "Apa-apaan itu tadi" bisik Seungkwan. Aku menatapnya dan mengangkat bahuku.

Untuk membunuh waktu menunggu Eunjung, aku memainkan ponselku. Mingyu juga fokus menatap ponselnya, sedangkan Seungkwan memberi notes pada presentasinya tadi. Saat aku fokus bermain ponsel, ada jari yang menggesek gspotku dari balik celana dalamku. Aku menemukan tangan Seungkwan dan dressku tersingkap hingga memperlihatkan celana dalamku. 

"Ya! Bagaimana kalau ketahuan" ucapku lirih. "Kita kan suami istri, kenapa kau harus takut" aku menatap Seungkwan tajam setelah ia menjawab seperti itu. Jari-jarinya kini menyusup kedalam celana dalamku. Ia menyentuh gspotku secara langsung. Tubuhku terkejut karena sentuhannya, sepertinya Mingyu juga menyadari hal itu. "Kau tak apa?" tanya Mingyu.

Sebelum aku menjawab, Seungkwan mempercepat gerakannya. Aku tahu ia sedang cemburu sehingga ia bersikap seperti ini. "I..iya, lanjutkan.. saja kegiatanmu" jawabku sambil berusaha tersenyum. Aku berulang kali mencoba mendorong tangan Seungkwan, tetapi ia selalu berhasil menyentuh kembali gspotku.

Agar desahanku tidak terlepas begitu saja, aku menggigit bibir bawahku atau menggigit jari-jariku. Seungkwan juga sangat pandai berlagak seperti tidak ada apa-apa. Ia tahu bahwa aku sangat lemah apabila disentuh dibagian gspotku. Tubuhku bergetar beberapa kali akibat rasa geli menjalar kesemua bagian tubuhku. 

"A..aku akan keluar" bisikku lirih. Seungkwan tersenyum dan mempercepat gesekan tangannya. Aku menundukkan kepalaku dan meremas tangannya saat cairanku keluar. Seungkwan melepaskan tangannya dari kemaluanku setelah memastikan bahwa aku keluar dengan memegang lubangku. Ia kembali melanjutkan kegiatannya menambahkan notes di filenya.

Tepat saat kegiatan Seungkwan selesai, Eunjung datang. Ia kembali dengan lipstik merah dan slit dressnya yang semakin naik. Bau parfumnya menyeruak memenuhi ruangan. "Mianhae kalau aku sangat lama" ucapnya sambil mengedipkan mata kearah Seungkwan. "Aku yang akan ke kamar mandi, permisi" kataku. "Aku lanjutkan rapatnya ya" aku menatap Eunjung yang sudah duduk didepan Seungkwan. 

Ia memegang tangan Seungkwan untuk melihat laptop milik Seungkwan. "Lanjutkan saja, kalau aku tidak cocok silahkan cari florist lain" jawabku sambil tersenyum. Aku tahu saat aku melangkah keluar ruangan, Eunjung menyumpah serapahku. Meski sedikit khawatir ia akan benar-benar mengganti tim floristnya, aku sedikit percaya diri dengan hasil kerja timku.

Kemaluanku yang tergesek saat berjalan menuju kamar mandi masih terasa geli. Seungkwan benar-benar hari ini sangat protektif, apa ia tak sadar bahwa aku juga khawatir kepadanya. Aku berpikir banyak tentang apa yang harus kulakukan pada Eunjung selama di kamar mandi. Setelah membersihkan diri, aku mencuci tanganku. Air dingin yang mengaliri tanganku membuat hatiku sedikit tenang.

"Gadis jalang itu, kalau saja projectnya tidak memiliki nama yang bagus sudah ku siram ocha sedari tadi" gumamku. Aku menatap pantulan diriku dicermin dan menata rambutku. "Kau cantik, jadi jangan khawatir akan kalah dari gadis jalang itu" kataku. Aku keluar dari kamar mandi dengan hati yang mantap.

Saat baru melangkahkan kaki, ada seseorang yang berbicara padaku. "Iya kau memang sangat cantik". Aku menatap sang pemilik suara dan menemukan Mingyu tengah bersandar didekat pintu kamar mandi. "Sejak kapan kau disitu?" tanyaku. "Sejak kau keluar, aku sengaja mengikutimu" jawabnya santai.

Aku tidak menggubris Mingyu dan melanjutkan langkahku untuk kembali. Tapi tangannya memegang lenganku erat. "Kau tak mau kembali bersamaku dan berbincang bersama?" tawarnya. "Tidak, terimakasih" aku melepas pegangannya dilenganku dan meninggalkannya. Dengan kakinya yang panjang itu, Mingyu berhasil menyamai langkahku.

"Aku tahu kau tadi melakukan apa bersama Seungkwan" ucapannya membuat langkahku berhenti dan menatapnya sesaat. "Lalu? Lagipula aku sudah menikah dengannya.. meski kau tahu aku tidak terkejut" jawabku. "Bagaimana kalau Seungkwan juga melakukan itu kepada gadis lain?".

Memang salah aku mau melakukan project ini. Kedua klien penanggung jawab project ini benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa mereka menghandle project besar. Apa mereka juga melakukan hal-hal seperti ini untuk mendapatkan project ini. "Dengar, jangan berbicara macam-macam atau aku benar-benar tak mau menghandle projectmu" ancamku. Mingyu mengangkat bahunya "Terserah, tapi kau lihat saja sendiri"

Saat aku membuka pintu, pemandangan didalam ruangan membuatku membeku. Seungkwan masih berada dikursinya, tapi Eunjung berada didepan Seungkwan. Lutut kanannya ada diantara kaki Seungkwan, ia memegang dada Seungkwan. Menyadari keberadaanku, Seungkwan mendorong Eunjung agar menjauh. Diujung bibir Seungkwan terdapat noda bekas lipstik merah samar.

"Y/N-ah"

---------------------------------

Haloo! Maaf ya semalem lupa update hihi:((

Seventeen's AppetenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang