------------------------------------------------------------Aku menoleh ke sumber suara dan menemukan Jeonghan tengah berdiri didepan pintu rumahnya. Aku menunjuk diriku sendiri sebagai kode bahwa aku yang ia panggil. "Iya, tak ada siapapun selain kau dan aku" ucapnya. "Mana Dokyeom? Katanya kalian mengerjakan project?" tanya Jeonghan.
"Huh... Uh.. Itu.. tadi Seungcheol ada hal mendesak jadi diundur" jawabku asal. Ia terlihat menyunggingkan smirknya. Aku hanya menunduk dan pergi berjalan menuju gerbang perumahanku meninggalkan Jeonghan. "Kau akan kemana?" tanya Jeonghan yang tiba-tiba berada disebelahku dengan menaiki sepedanya. "Minimarket depan" jawabku berusaha seramah mungkin.
Ia tidak mengayuh sepedanya namun menjalankannya dengan kakinya perlahan mengikuti langkah kakiku. "Uh.. Kau kenapa berada disebelahku?" tanyaku. Jeonghan mengisyaratkanku untuk melihat ponselku. Entah kenapa aku menurutinya dan menatap jam yang tertera di ponselku. Aku memahami maksudnya dan diam melanjutkan langkahku.
Sesampainya di minimarket kami berdua berpisah. Ia duduk terpisah denganku dan berjarak 2 meja dariku. Kami sama-sama menikmati apa yang kami beli dan tidak menghiraukan satu sama lain layaknya tidak kenal. Aku menikmati makananku sembari menatap jalanan yang masih belum sepi. Banyak sekali orang berlalu lalang dengan berbagai macam pakaian. Ada yang masih mengenakan seragam kantor, ada juga yang mengenakan baju rapi.
Street seeing memang menyenangkan ditambah lampu-lampu kota yang menyala dengan sangat terang. Ketika aku fokus dengan pemandangan didepanku, tiba-tiba bau alkohol menyeruak dihidungku. "Huh? Ada gadis cantik sendirian disini" ucap seorang pria yang ku taksir umurnya tidak jauh beda denganku. Ia bersama dengan 2 temannya memegang sebotol minuman alkohol dan diletakkan di mejaku.
"Siapa namamu? Kau mau bermain dengan kami?" tanya salah satu dari mereka. Tubuhku bergetar hebat ketakutan, aku menelan ludahku dan mengumpulkan keberanian untuk menjawab mereka. Namun rasanya tenggorokanku sulit untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Botol yang tadi ada diatas mejaku kini telah berpindah karena ada tangan yang meraihnya.
"Permisi" ucap sang pemilik tangan sembari memberikan botol alkohol itu pada pemiliknya. Jeonghan duduk di kursi sebelahku dan menatap pria-pria itu lekat. Mereka pergi setelah melihat Jeonghan duduk didekatku. Melihatnya aku bisa bernafas lega dan mengatur detak jantungku agar kembali normal.
Aku menatap Jeonghan yang tengah fokus dengan ponselnya. "Tak usah hiraukan aku, lanjut saja makanmu dan bicara padaku ketika kau sudah ingin pulang" ucapnya dengan tetap menatap ponselnya. Ya benar menurut Seungcheol, Jeonghan tampan dan proporsi badannya juga sesuai. Aku tidak dapat berbohong mengenai hal itu. Namun mengingat apa yang aku lihat tadi aku jadi sedikit berpikir ulang tentang Jeonghan.
Satu jam penuh tidak ada perbincangan apapun diantara kami. Jeonghan fokus dengan ponselnya, dan aku tetap mengamati jalanan didepanku. Aku menatap ponselku dan sudah pukul 11 lewat. "Uh.. Itu.. aku ingin pulang" ucapku ragu. Jeonghan menatapku sebentar kemudian mematikan ponselnya. Ia mengambil sepedanya yang ia parkir di tempat pertama ia duduk dan menghampiriku.
Kali ini Jeonghan tidak menaiki sepedanya, ia berjalan di jalan dan membiarkanku berada di trotoar. Bahkan hingga tiba didepan rumahku, tidak ada percakapan apapun yang terjadi antara kami. "Terima kasih" ucapku sebelum ia masuk kedalam rumahnya. Jeonghan hanya menatapku dan masuk kedalam rumahnya tanpa merespons apapun. "Ya sudah, aku sudah berterima kasih" ucapku.
Keesokan harinya sebelum berangkat sekolah aku sempat menoleh ke arah rumah Jeonghan. Hanya sekilas, dan entah untuk apa. Rutinitas pagi ku seperti biasa, berjalan keluar perumahan dan bertemu dengan Seungcheol di ujung jalan dan menunggu Dokyeom di halte bus. "Menu hari ini menarik, nanti kita makan di kantin ya" ucap Dokyeom.
"Memang apa?" tanyaku sembari meletakkan tasku disebelah meja. "Daging terus katanya ada onsen egg juga" jawabnya. "Wow, sejak kapan sekolah kita mempertimbangkan makanan seperti itu?" ucap Seungcheol. Aku hanya tertawa dan mengiyakan ucapan Dokyeom yang tadi. Entah karena pelajaran hari ini berat atau karena aku tak makan apapun dari pagi, perutku terasa sangat lapar.
Ketika bel sekolah berbunyi, kami bertiga bergegas menuju kantin dan mengambil makanan. Seperti ucapan Dokyeom, menu hari ini daging dan onsen egg. Melihat telur setengah matang di tempat makanku membuat nafsu makanku berkurang. "Ya sudahlah daripada aku tidak makan" gumamku lirih. Sebisa mungkin aku menyingkirkan telur di nampan makanku.
"Hey tetangga, aku boleh duduk disini?" tanya seseorang. Sebelum aku menjawab, ia telah duduk disebelahku dan meletakkan nampan makannya diatas meja. "Oh Hyung, kenapa kau tidak bersama anak-anak?" tanya Dokyeom. Jeonghan menghela nafas "Aku lapar, anak-anak tidak sopan itu memainkan makanannya lagi dan membuat nafsu makanku hilang" gerutu Jeonghan.
Aku mengernyitkan dahiku ketika mendengar Jeonghan mengatai temannya sebagai anak-anak tidak sopan. Padahal ia juga seperti itu, anak sopan mana yang tidak menggubris ucapan terimakasih seseorang. "Kalian tetangga?" tanya Seungcheol diantara keheningan kami ber4. "Iya, dia ternyata gadis pindahan disebelah rumahku" jawab Jeonghan cepat. Aku berhasil menghabiskan makananku hari ini meski sedikit memaksa. "Terimakasih tetangga, sampai berjumpa lagi" ucap Jeonghan.
Tanpa aku tahu ucapan itu benar-benar ia lakukan. Di suatu sore ketika aku sedang beristirahat setelah mengerjakan tugas sekolah, Jeonghan tiba-tiba muncul di jendela kamarnya. "Hey tetangga, apa password wifi rumahmu?" tanya nya. Aku hanya mengernyitkan dahiku dan menutup gorden kamarku perlahan. "Hey, kalau Eomma sudah membayar wifi rumahku pasti aku putus sambungannya dari wifimu".
Aku terperanjat ketika Jeonghan tiba-tiba berada di balkon kamarku. "Kalau aku beri password wifinya bisakah kau berhenti mengganggu ku?" tanyaku. Jeonghan membuka jendela kamarku dan mencondongkan tubuhnya ke arah dalam kamarku. "Hum.. aku tidak berjanji" jawabnya diikuti dengan smirknya. Aku tak merespons Jeonghan dan melanjutkan kegiatanku mengerjakan tugas.
Ia juga diam menatapku yang serius. "Bukankah kau seharusnya membuatkan minum untuk tamu?" tanya Jeonghan di sela-sela aku mengerjakan tugas. Aku menghela nafas "Tamu darimana yang datang dari jendela? Kau gila?" jawabku ketus. "Pergilah, jangan mengganggu ku" usirku. "Kau kenapa jahat sekali sih tetangga?" goda Jeonghan.
Aku melayangkan senyumanku yang ku buat-buat "Hey, aku punya nama.. berhenti memanggilku tetangga, panggil aku Y/N" ucapku. Jeonghan tetap diam di balkonku untuk waktu yang lama "Baiklah berikan ponselmu, pergilah setelah aku beri password wifinya" aku mengambil ponsel yang ada ditangannya. "Nah, apa susahnya sih.." ucap Jeonghan. Setelah mendapat password wifiku, ia pergi menuju kamarnya melalui dahan pohon besar yang berada diantara rumah kami.
Keesokan paginya aku menceritakan semua hal dari di minimarket hingga gangguan Jeonghan pada Seungcheol dan Dokyeom. "Pfffttt.... Kau apa?" tanya Dokyeom. Mereka tertawa puas melihatku yang kesal. "Padahal kau sudah mewanti-wanti dirimu" goda Seungcheol. Aku tidak menjawab mereka berdua dan hanya memasang muka kesal hingga tiba disekolah.
Didepan kelasku ramai gadis-gadis dan kebanyakan dari mereka histeris atau kadang terlihat salah tingkah. "Huh? Ada apa?" tanyaku pada Seungcheol dan Dokyeom. Kami bertiga memaksa masuk kedalam kelas dan aku terdiam di pintu masuk untuk sesaat.
"Kenapa kau disini?"
-----------------
Happy satnight y'all, i'll be updating setiap saturday night yaa buat nemenin kalian❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen's Appetence
RomanceA new story from sowhatuwait! Still NC21+ Cast: Y/N x Svt💎 Dikarenakan ini NC, Matured Content Jadi dimohon kesadarannya ya, kalau emang nggak suka dengan story NC please kindly leave✨🙇🏻♀️ Don't throw hate comments❤️ Enjoy Reading!