Hi
kalian apa kabar?
Udah lama ya book ini gak di update. ada yang kangen gak?
Ini akan berisi banyak narasi dan dibagi jadi dua bagian. Semoga yang baca tidak bosan
Seperti biasa, abaikan typonya. penulisnya mageran hehe
------- *** -------
Langit kali ini putuskan untuk bermuram durja, hingga hadirkan awan gelap dan hujan lebat sejak pagi, lalu menetap sampai sekarang. Cuaca yang dingin, harusnya buat orang-orang nyaman bergeung dalam selimut mereka, tak ingin diganggu.
Tapi beda halnya dengan Marc. Ia sudah bangun lalu menangis entah keberapa kalinya, hingga buatkan Chimon harus selalu ada disampingnya, untuk tenangkan Marc. Beberapa kali juga, Marc meminta Chimon untuk antarkan ke kamar mandi karena ia yang ingin BAB. Yang keluar saat Marc BAB, hanyalah berupa cairan, tak menggumpal seperti biasanya
"Huufff ..."
Helakan napas berat Chimon, ketika ia tatap termometer yang tunjukan angka 39°C, tandakan kalau suhu tubuh Marc makin bertambah, dari terakhir kali ia cek.
Chimon bingung harus lakukan apa sekarang. Ia sudah berusaha untuk turunkan deman Marc, dengan gunakan kompresan, selimutkan tubuh Marc dengan beberapa lapis selimut tebal dan yang baru saja ia lakukan sejam yang lalu yakni berikan Marc sirup pereda demam.
Tapi tak ada perubahan sama sekali, malah suhu tubuh Marc makin naik. Anaknya itu juga selalu katakan sakit di bagian perutnya. Sakit di perut itulah, yang buatkan Marc selalu bangun dari lelapnya.
"Mah..."panggil Marc dengan suara serak, akibat menangis sedari tadi.
"Iya nak, Marc mau apa sayang?"tanya Chimon ketika suara serak Marc, sampai ke pendengarannya.
Marc gelengkan kepala, tangannya naik untuk pengangkan perut"Perut Marc sakit Mah hikss..."
"Sakit banget ya nak, pake ini dulu ya. Dioles ke perutnya Marc."Chimon ambil minyak angin, untuk usapkan ke perut Marc"Kalau hujannya reda, kita ke rumah sakit ya, biar di periksa sama dokter."tambahnya sembari oleskan minyak angin ke perut Marc.
Marc gelengkan kepala lagi"Gak mau, nanti Marc di suntik."
"Engga di suntik di periksa aja, kenapa perutnya Marc bisa sakit begitu."
"Gak mau, Marc gak mau."di dorong tangan Chimon, lalu Marc balikan tubuh dan punggungkan sang Mama.
Tangan Chimon naikkan sebelah, pijat kepalanya yang sakit. Hadapi Marc yang rewe saat sakit itu tidaklah mudah, apalagi Nanon tak ada di sini untuk bantukan dia.
"Marc."panggil Chimon sayang, seraya tangannya gunakan untuk elus pundak sang anak"Jangan gitu dong. Mau ya nak ke rumah sakit, biar perutnya Marc di periksa, supaya dikasih obat biar perutnya cepat sembuh dan Marc gak kesakitan lagi. Kan bisa main lagi sama teman teman nanti."
"Tapi nanti Marc di suntik Mah, hiks hiks. Sakit loh tangannya, perutnya juga hiks hiks..."tangis Marc kembali datang, dan ia masih punggungi Chimon.
"Enggak akan di suntik kok, cuma diperiksa aja."rayu Chimon, berharap Marc palingkan wajah dan mau diajak ke rumah sakit.
"ENGGAK MAU, MARC ENGGAK MAU!! MAMA BOHONG."
"MARC!"emosi Chimon meledak, sampai buatkan ia bentak sang anak. Padahal sudah ia coba tahan sedari tadi.
Dengan takut takut Marc balikan badan, hingga dapat Chimon lihat bibir Marc menyebik, mata berkaca-kaca dan kemudian tangisan pun datang lagi.
"Huuee... huueee.... huueeee... Mama marah hiks hiks..."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY
General FictionSebuah kelompok yang bermimpi, tertawa, bermain dan mencintai bersama, selalu hadir tidak hanya di saat-saat indah. Sekelompok kecil yang melewati banyak hal luar biasa, entah di memori masa lalu atau masa sekarang. Mereka adalah Nanon, Chimon dan...