BAGIAN 9

798 120 2
                                    

Rosé menatap dalam gadis di depannya yang kini masih mengobatinya, sedangkan yang ditatap berusaha fokus pada kegiatannya. Jujur saja ia gugup ditatap sebegitunya oleh Rosé, keduanya hanya kenal sebatas saling tau nama dan status saja tak lebih jauh ditambah teman-teman dekat gadis itu juga seringkali melayangkan kebencian kepadanya entah sekedar tatapan mata, sikap, bahkan ucapan.

Rosé masih menatapnya meskipun ia sudah membereskan kotak-kotak obat dan membuang kapas-kapas yang ia gunakan mengobati luka Rosé.

"Ehm udah selesai, gue duluan ya Rosé." Pamitnya yang malah membuat Rosé mencekal lengannya untuk menahan.

"Kalau lo suka Juna kejarnya jangan setengah-setengah, lo gak butuh Jeffrey kan Han? Lo cuma butuh Juna kan?" Rosé membuka suara membuat Jihan yang sedaritadi menghindari tatapannya kini balik menatapnya.

"Rosé lo gak marah sama gue?" Tanya Jihan yang malah membuat Rosé menaikan alisnya.

"Buat apa? Gue gak pernah ada masalah sama lo. Gue udah tau semua soal chat itu Jihan, makannya gue bilang ke lo, lo kalau emang butuh Juna jangan nanggung kalau ngedeketin. Jeffrey gak bisa memahami lo Jihan tapi gue rasa Juna bakalan bisa, jangan pernah nyerah untuk kebebasan lo sendiri." Ucap Rosé lagi.

Jihan menatap dalam Rosé yang kini sedang bersiap pergi dari ruang kesehatan.

"Kenapa lo ngomong gini ke gue?" Tanya Jihan.

"Gak ada tujuan apa-apa, gue cuma males drama mulu dan hidup lo yang penuh drama itu harus nemuin titik terang untuk nemuin happy ending jadi gue bantu ngebuka pikiran lo aja." Ucap Rosé santai langsung pergi meninggalkan Jihan yang termenung sendiri.

"Sorry Rosé." Ucap Jihan dalam hati.

Melihat kepergian Rosé, Jihan segera berbalik ingin keluar juga dari ruang kesehatan namun langkahnya itu terhenti kala matanya menangkap sebuah benda pipih diatas ranjang yang tadi ditempati Rosé, segera Jihan mengambilnya dan menyimpannya ke dalam tasnya.

****


Karena insiden tadi pagi benar-benar menghancurkan mood Rosé untuk kuliah, sekeluarnya ia dari ruang kesehatan tadi ia langsung melangkahkan kakinya menuju keluar kampus, ia mengurungkan niatnya untuk berkuliah, ia akan membolos dan langsung pulang mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sakit di beberapa bagian.

Jeffrey sialan!

Tak melihat beberapa temannya dalam perjalanannya keluar kampus, Rosé jadi tak bisa meminta tolong titip absen mengizinkan sakit, biarlah absennya kosong yang penting ia bisa merebahkan tubuhnya dan menjauhi Jeffrey untuk sementara. Sebenarnya Rosé agak tak rela untuk ikut ikutan absen juga menerima bekal dari Jeka, huft, masakan Jeka adalah favoritnya.

Langkah Rosé yang saat ini menuju halte depan kampus terhenti kala ia melihat mobil berwarna putih dengan logo kuda jingkrak itu terpakir tak jauh darinya, Rosé langsung mendekatinya dan mengetuk jendela di pintu pengemudi, begitu pintu terbuka muncul lah seorang pria dewasa dengan balutan jas mahalnya dan tak lupa sepatu pantofel hitam yang menambah kesan rapihnya dan Kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya.

"Abang ngapain di sini?" Tanya Rosé.

"Abang udah chat kamu padahal mau jemput kamu Ayah mau ketemu, tadi pagi Abang ke kosan kamu tapi katanya kamu udah berangkat kuliah jadi Abang langsung samperin ke sini, abang udah chat kamu lagi tapi melihat respon kamu kayaknya kamu arsipin chat abang lagi." Jawab Chandra, Kakak Rosé.


Rosé yang mendapat omelan bernada lembut itu hanya menampilkan cengirannya. Chandra meneliti Rosé dari atas sampai bawah, matanya menajam begitu matanya tak hanya menemukan luka yang sudah diplester di kening Rosé namun lengan adiknya yang memerah.

PERMEN KARET ||JAEROSEKOOK||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang