BAGIAN 4

1K 153 82
                                    

Jeka berlari di koridor rumah sakit dengan seorang gadis digendongannya, ah mereka tak hanya berdua, ada Juna yang tadi sempat Jeka telfon untuk menemaninya. Karena pemuda itu tak datang ke kampus tadi, maka dari itu Jeka memintanya langsung datang ke rumah sakit.

Kembali lagi ke Jeka dan sang gadis, gadis yang bercucuran darah di wajahnya itu memejamkan matanya, terlihat damai ditengah wajahnya yang penuh dengan luka dan darah itu. Jeka membisikkan kalimat-kalimat permohonan agar gadis itu tak menyerah dan tetap meresponnya. Ditengah larinya beberapa suster datang dengan mendorong bangkar, Jeka tanpa basa-basi langsung meletakkan tubuh Rosé di bangsal itu dan mendorongnya memasuki ruangan UGD.

"Jek lo tenang." Ucap Juna mencoba menenangkan.

"Gak bisa Jun, gue gak bisa tenang. Gue takut." Ucap Jeka menatap Juna.

Juna tidak tau harus merespon seperti apa, Juna sangat paham dengan apa yang Rosé alami dan Juna juga sudah bisa menebak apa penyebabnya. Juna tak habis pikir, bagaimana seorang pria bisa dengan teganya memukuli perempuan hingga terluka parah seperti itu? Astaga Jeffrey benar-benar gila!!

"Lo tau Jun? Kalau tadi gue gak datang, gue gak tau apa gue masih punya harapan lihat dia. Jeffrey hampir bunuh dia, Jeffrey mau pecahin kepala Rosé. Asal lo tau."

Keduanya menunggu di depan ruang UGD, dimana Rosé yang kini sedang ditangani dokter, Jeka dengan kekalutannya sedangkan Juna hanya menenangkan Jeka, tadi juga Juna sempat ke kantin untuk membelikan Jeka kopi, seenggaknya sahabatnya itu harus sedikit rileks agar pikirannya waras dan tak hilang kendali.

Waktu terus berjan, Rosé sudah setengah jam ditangani dokter. Hingga pintu UGD terbuka dan dokter keluar. Jeka dan Juna langsung menghampiri si dokter.

"Gimana keadaan Rosé dok?" Tanya Jeka tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya.

"Pasien mengalami trauma kepala ringan karena pukulan atau benturan, dan itu dapat menyebabkan efek sakit pada daerah pukulan atau benturan, selain itu dapat terjadi luka, perdarahan, benjolan pada daerah pukulan, serta mungkin keluhan pusing karena pukulan atau benturan. Keadaan pasien tidak terlalu parah, untungnya pasien segera dibawah ke rumah sakit jadi hanya perlu membersihkan dan menyembuhkan luka-lukanya saja dan memberikan penanganan untuk psikis pasien." Jelas sang Dokter.

Mendengar penjelasan dokter, Jeka dan Juna bisa menghembuskan nafasnya lega.

"Terimakasih Tuhan." Desah Jeka penuh kelegaan.

"Kita akan menyiapkan ruang rawat untuk pasien." Ucap sang dokter.

"Iya, terimakasih dok." Ucap Juna.

****

Apa yang dilakukan Jeffrey usai menyiksa Rosé habis-habisan?

Saat ini pemuda itu sedang duduk di sebuah cafe bersama seorang gadis, siapa lagi kalo bukan Jihan. Sahabat tercinta Jeffrey. Tadi Bram, Elang, dan Miguel sempat menyuruhnya untuk menyusul Rosé ke rumah sakit, mereka mendapat kabar dari Juna dan ketiga sahabatnya itu langsung mengajaknya untuk menyusul ke rumah sakit, namun baru akan menjalankan motornya tiba-tiba saja Jihan datang dan ingin ditemani Jeffrey untuk mencari makan, Jeffrey yang memang tak pernah bisa menolak permintaan gadis itu, hanya mengiyakan saja membuat Bram menggeleng tak percaya dengan sikap Jeffrey yang tak bertanggung jawab itu.

Jeffrey juga sempat menangkap raut wajah tak suka Miguel, namun Jeffrey mengabaikan itu, toh juga Miguel tak akan berani melawannya. Biar bagaimanapun Jeffrey tetap pemimpin mereka.

"Jadi gimana Jeff?" Tanya Jihan.

Jeffrey yang sedang memakan spaghetti nya itu, melirik Jihan.

PERMEN KARET ||JAEROSEKOOK||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang