Bagian 1

1.6K 155 9
                                    

Suasana kampus hari ini masih sama seperti hari kemarin, masih ramai. Banyak Mahasiswa, entah memang berniat kuliah atau hanya sekedar nongkrong bersama teman setongkrongan mereka. Seperti yang dilakukan Rosé, si gadis dengan rambut blonde dan wajah cantik juga tubuh ideal itu kini sedang menikmati segelas es teh dan sepiring gorengan bersama teman-temannya di warung sebrang kampus, Rosé yang tadi telat bangun memilih membolos satu mata kuliah di jam pertama. Malas rasanya harus menjadi pusat perhatian karena hal yang tak berguna.

" Lo gak ada kapoknya ya kek gini? Entar berantem lagi, pukul pukulan lagi. Itu memar di kening aja belum ilang." Irene berucap sembari meneliti wajah si gadis berambut blonde yang duduk di depannya.

"Biarin aja kali Rene, orang si Rosé menikmati semua siksaan si bangsat." Ucap Lisa sembari menggigit gorengannya.

"Kenapa gak putus aja sih? Gue yang gak ikut ngejalanin aja capek." Kini Yeri ikut bersuara.

Gadis itu melirik Yeri malas.

"Lo sendiri kenapa gak berhenti aja ngejar Mark yang udah jelas pacar kakak lo sendiri?" Rosé membalikkan ucapan Yeri.

"Ya masalah gue kan beda sama lo, gue masih bisa berjuang gak rugi juga gak ada yang terluka juga fisik gue." Balas Yeri.

"Sama aja lo berdua ah." Irene menunjuk Rosé dan Yeri.

"Sama lo juga yang selalu ditinggalin, diselingkuhin sama laptop." Kekeh Lisa.

Irene melirik sinis Lisa.

"Lo juga bego, lo digantungin dengan status persahabatan, cuma cewek bego yang mau aja bertahan padahal gak dikasih kepastian." Balas Irene.

Keempatnya lalu terkekeh dan tertawa, menertawakan nasib sial mereka yang terjebak percintaan bodoh seperti sekarang ini, mereka benar-benar dibutakan dengan cinta hingga mengabaikan rasa sakit fisik dan hati mereka. Padahal mereka cantik jelas dengan mudahnya mereka akan mendapatkan pengganti dengan cepat, namun para gadis bodoh ini malah memilih mempertahankan rasa sakit mereka ya sebut saja itu sebagai kekasih. Gadis gadis naif ini masih memiliki harapan kalau suatu saat pria mereka akan sadar dan memahami perasaan mereka dan kisah mereka akan berakhir happy ending.

Rosé menyipitkan pandangan kala melihat segerombolan cowok yang satu jurusan dengannya berjalan ke arah warung.

"Rene tebak, nama siapa yang bakal mereka panggil untuk pertama kali?" Tanya Rosé pada Irene, sedangkan Irene langsung mengikuti objek yang dimaksud Rosé.

"Gue pegang Lisa deh." Jawab Irene dengan mengeluarkan uang seratus ribu dan menaruhnya di atas meja.

"Oke gue pegang Yeri." Ucap Rosé sembari mengikuti apa yang Irene lakukan.

Lisa dan Yeri mengabaikan mereka, mata keduanya berbinar menatap sang pujaan hati yang sedang berjalan ke arah sini.

Ketika para pemuda itu sudah dekat, tampak seorang lelaki mengayunkan tangan menyapa Lisa yang dibalas gadis itu. Melihat itu Irene langsung melirik Rose dengan tersenyum miring sedangkan Rosé hanya diam saja sembari menikmati es teh miliknya.

"Hai Yeri, kok disini? Gak masuk kelas?"

Rosé dengan senyuman miringnya mengambil uang taruhan mereka lalu menatap Irene remeh.

"Hai Mark. Iya ini baru dateng langsung ke sini tadi mau masuk tapi kayaknya udah telat jadi langsung ke sini." jawab Yeri, Mark mengangguk mengerti.

"Loh Rosé mau kemana? Baru aja kita gabung." Ucap Seorang pemuda bernama Miko, teman Rosé.

"Ada urusan, duluan guys." Ucap Rosé lalu pergi begitu saja meninggalkan sahabatnya bersama para lelaki.

"Lis udah dari tadi? Gue tadi jemput tapi cuma ada Gisel doang di rumah, katanya lo udah berangkat duluan. Tumben lo gak nungguin gue?" Lisa melirik tangannya yang kini digandeng Bram agar dirinya duduk di samping pemuda itu.

PERMEN KARET ||JAEROSEKOOK||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang