Part 1

108 14 0
                                        

"Pagi bun"seorang pemuda berlari menuruni tangga.

"Adek,jangan lari-lari,entar jatuh trus nangis"tegur sang bunda,Maiya Akari

"Zean udah besar bun"protes Zean mengerucutkan bibirnya.

"Badan aja besar,tapi kelakuan tetap bocah,percuma"celetuk Maiya.

Zean memegangi dadanya dramatis,bundanya ini memang duplikatnya,mulutnya sangat tajam bagai katana.

"Pagi"sapa sang kepala keluarga,Zeno Akari,sebenarnya marganya ialah Hadiningrat tetapi dia lebih memilih Akari karna hubungannya kurang bagus dengan ayahnya.

"Pagi bro"balas Zean.

Zeno dan Zean salam ala laki,ga peduli dengan Maiya yang sudah melotot terkejut.

Pletak!

Pletak!

"Duh bun/sakit bun"ringis Zeno dan Zean bersamaan.

"Makanya ga usah kek gitu,apaan tuh bro-bro an?"ketus Maiya menata makanan di atas meja.

"Iri ya bun ga bisa gini?"goda Zean diangguki Zeno.

"Balas lagi,bunda tempeleng pake panci,mau?"Maiya tersenyum manis.

Zeno dan Zean kompak menggeleng kaku,senyuman Maiya yang satu ini sungguh menakutkan.

Cklek!

"Kakak pulang"ucap seorang gadis berjalan lesu sambil menarik kopernya.

"Anak siapa sih itu,pulang-pulang kayak korban begal?"Maiya mencubit lengan suaminya,putri sendiri dihina.

"Makan dulu kak,baru istirahat"titah Maiya,Zein hanya mengangguk.

"Sini kak"Zean menepuk-nepuk kursi di sebelahnya lalu menaruhkan naik beserta lauk pauk di piring.

"Kebanyakan dek"ucap Zein.

"Gapapa kak,biar kakak gemuk.Kakak kurusan sekarang"sedih Zean.

Zein tersenyum,adiknya ini memang perhatian dengan hal sekecil apapun.

"Gimana kak?lancar ga?"tanya Zeno sembari memakan opor ayamnya.

"Iya pa,lancar kok trus kesepakatannya juga lebih menguntungkan ke kita"jawab Zein,mengunyah tenang daging rebus dalam mulutnya.

"Wah,putri papa emang the best"senang Zeno.

"Iyalah,anak bunda"sewot Maiya.

"Ga kayak papanya yang malah duduk anteng aja,serahin semuanya ke anaknya"sindir Maiya,Zeno meringis.

"Iyaiya,papa salah,lagian papa kan ngajarin kakak biar bisa pimpin rapat sendiri"bela Zeno

"Tapi ga sampe pergi keluar negeri juga pa,kasian putrimu.Gimana kalo dia diculik atau kenapa-kenapa di sana?hah?"amuk Maiya.

Zeno menghela nafas,Maiya memang overprotective ke Zein karna anak sulung sekaligus anak perempuan.

"Iya,ga lagi deh"pasrah Zeno,lebih baik mengalah daripada istrinya makin ngamuk.

Sedangkan Zean dan Zein tidak menanggapi dan fokus ke makanan.Zean yang tidak ingin terlambat ke kampus dan Zein yang ingin cepat-cepat istirahat.

"Terima kasih atas makanannya"Zean menaruh pelan sumpitnya lalu menyatukan kedua tangannya di dada.

Tradisi yang dilakukan oleh orang Jepang jika ingin makan atau selesai makan.

"Terima kasih atas makanannya"Zeno melakukan hal yang sama lalu mencium pipi sang istri dan putrinya.

Harta,Takhta dan KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang