03. This is My Parents

25 5 5
                                    

Kinan melajukan motor maticnya dengan kecepatan tinggi. Setelah mengantar Rimar pulang, ia buru-buru menuju rumahnya yang memang masih satu kecamatan dengan Rimar. Ia melihat ke arah jam tangannya. Pukul 6 lebih. Bisa kena omel dirinya karena terlambat pulang. Iya, bagi orang tua Kinan, jam 6 sore sudah malam.

Benar saja. Ayahnya sudah menunggu di depan gerbang. Kinan memasukkan motornya ke garasi di bawah tatapan dingin sang Ayah.

"Dari tadi ditelpon ga diangkat-angkat. Mana hp kamu!? Kamu nggak tau kalau ditelpon!?"

Kinan menghembuskan napasnya lelah. "Hp Kinan mati, Yah," jawabnya. Ia melengang masuk ke dalam rumah. Malas mendengar omelan dan juga tatapan dingin itu.

"Mbaak Kinan!"

Kinan berbalik arah. Mendengar suara imut tadi, ia urungkan niatnya untuk mengurung diri di kamar.

"Hai Rara! Kapan datang?" Sapanya ramah kepada adik sepupunya.

"Tadi sore. Ayahnya Mbak Kinan yang mengajak Rara ke sini," jawab gadis manis yang baru saja berumur 5 tahun itu.

"Memangnya Rara besok tidak masuk sekolah?" Tanya Kinan. Ia mengikuti gaya bahasa Rara yang sangat baku.

"Tidak Mbak Kinan. Rara besok libur. Kata Papa, Rara harus ambil libur biar tidak stress."

Kinan tertawa mendengar celotehan anak kecil itu. Bagaimana mungkin anak umur 5 tahun paham arti stress.

"Stress itu apaan sih, Ra?"

"Rara juga tidak tahu. Stress itu bentuknya seperti apa Mbak Kinan?"

Mati! Kinan salah memberikan pertanyaan.

"Rara, Mbak Kinan mau masuk kamar dulu yaaa."

"Mbak Kinan, tidak solat?"

"Mbak lagi libur solat."

"Tapi, kata Papa, solat tidak boleh bolong-bolong, Mbak Kinan."

Kinan menghela nafas. Rara terlalu cerdas untuk anak seumurannya.

"Kalau sudah besar, cewek ada liburnya kok. Rara ke atas dulu ya, ke kamarnya Bang Moldi. Mbak mau ganti."

Sebelum Kinan sempat menutup pintu, Ibunya yang baru selesai solat dan masih menggunakan setelan solat lengkap, menatapnya dengan galak.

"Kalau sudah besar seharusnya sudah tahu aturan. Pulangnya malam banget. Anak gadis kok pulangnya malam-malam!? Memangnya nggak bisa apa kamu pulang duluan daripada teman-teman kamu? Kamu nggak tahu nanti bisa saja Ayahmu marah besar sama kamu!"

Kinan tidak menanggapi. Lebih baik diam saja. Mencari aman. Ia sibukkan dirinya berganti pakaian, kemudian melengang keluar dari rumah.

"Mau beli es krim buat Rara," alibinya.

Ia tidak peduli jika orang tuanya mendengar izinnya atau tidak. Ia hanya ingin menghindar dari rumahnya.

Moldi: Lo kena omel ya? wkwk

Kinan menatap ponselnya datar. Baru saja, ia menyalakan ponselnya, malah disambut dengan pesan dari Moldi yang menurutnya sangat menyebalkan.

Kinan: hm biasalah

Moldi: lo kemana aja si? Bokap sampe nelpon gue berkali-kali anjir.
Moldi: gue yang di luar kota juga ikutan kena omel jadinya.

Kinan: main bentar

Moldi: hp lo kenapa mati daritadi?

Kinan: lowbat. Lupa bawa power bank.

Moldi: sekarang lagi di kamar?

Kinan: kagalah.
Kinan: Mana betah gue di dalam rumah modelannya begitu.
Kinan: banyak setan kali di sana.

Moldi: wkwk ya sabar
Moldi: besok kuliah, lo jangan mau tinggal di sono
Moldi: kuliah di luar kota aja bareng gue
Moldi: bebas. Mo pulang mo main jamber, gas ae

Kinan: bacot dah!
Kinan: gue mo beli es krim dulu buat Rara.

Gadis itu memasukkan kembali ponselnya. Ia memikirkan kalimat-kalimat Moldi. Pantas saja, dulu Moldi sangat berambisi untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar kota. Alasan utama kakaknya memilih kuliah di luar kota  pasti ia ingin merasakan kebebasan. Kinan ingat betul, bagaimana orang tuanya yang sangat protektif untuk ukuran seorang cowok SMA jika bermain lebih dari jam 6 sore. Hal itu sering membuat suasana hati sang Kakak sering memburuk. Bukankah orang tuanya sangat berlebihan?

Saat ingin membuka pintu supermarket, tangan Kinan tertahan oleh panggilan dari seseorang yang suaranya sedikit asing.

"Lo, Kinan, kan?"

####

Hollaaa... bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya... Hari ini Delta update lagi. Semoga kalian menikmati cerita ini.
Please vote dan beri masukan yaaa teman-temaaan

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang