11. Gara-Gara Motor

13 3 0
                                    

Bel berbunyi nyaring. Seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas. Wajah mereka berseri-seri senang. Tidak seperti saat mereka datang. Wajah tertekuk. Muka bantal. Mata sayu. Namun, berbeda dengan Kinan. Saat datang ke sekolah wajahnya tertekuk. Saat pulang pun, tetap tertekuk juga. Itu karena ia tidak nyaman berada di rumahnya sendiri.

"Ki, bukannya lo ditungguin Kak Kaz di warung?" Tanya Rimar. Gadis itu sudah siap melajukan motornya untuk pulang.

"Gue nggak kenal dia siapa. Takut diapa-apain. Mending gue pulang," jawab Kinan sambil mencari motornya.

"Halah, giliran diajakin Delta ngekonser sampai tengah malam, lo berani."

"Itu mah beda cerita, maemunah!"

"Beda apanya? Malah gue lebih bisa ngejamin, lo lebih aman sama Kak Kaz daripada sama Delta."

Kinan menatap Rimar sinis. Ia tidak suka kalimat Rimar. Ia tidak tahu saja bagaimana ia diperlakukan oleh Delta.

"Mending lo jalan aja deh sono!" Suruh Kinan dan langsung melengang pergi dari Rimar.

Kinan kembali menyusuri parkiran mencari motornya. Tempat yang biasanya ia memarkirakn motornya ternyata kosong. Tidak ada motornya di sana. Gadis itu mencoba mencari kembali ke lain area. Tetap tidak ada.

"Aneh. Motor gue kok nggak ada?"

Kinan memeriksa kantongnya dan seluruh isi tasnya. Ia tidak menemukan kunci motornya juga.

"Kunci juga nggak ada. Berarti tadi pagi gue memang naik angkot," pikirnya.

Kemudian, gadis itu tanpa beban menunggu di halte untuk menunggu angkot sesuai rute rumahnya.

####

"Bang!" Sapa Kinan riang saat melihat Moldi rebahan di atas sofa ruang tamunya.

"Uy bocah! Baru pulang lo?" Tanya Moldi.

"Hooh. Bang, motor gue di pake nyokap ya? Kok nggak ada di garasi?"

"Hah? Motor?" Tanya Moldi bingung.

"Ah rebahan aja dah lo, Bang! Lo mah nggak tau apa-apa. Gue mau masuk kamar. Bye!"

Moldi hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat tingkah-laku sang adik.

"Perasaan nyokap belum balik deh," gumamnya.

####

"Nggak cabut lo?"

Kaz menyesap rokoknya dalam. Kemudian menghembuskannya. Asapnya menyebar ke arah angin berhembus.

"Duluan aja. Gue ada urusan," balasnya.

"Oke."

Kaz memandang ke arah temannya yang menjauh. Tinggal dirinya seorang diri di warung ini sekarang. Ia meilirik jam tangannya. Harusnya, saat ini sekolah sudah kosong. Bahkan kegiatan ekstrakulikuler sudah diharuskan bubar. Tapi, tetap saja. Sosok yang ditunggunya tidak muncul juga.

"Ck! Itu cewek kok belum nongol sih?" Gumamnya.

Matahari akan tumbang di ufuk barat sana. Tidak mungkin ia akan menunggu lebih lama lagi. Dengan berat hati, Kaz melangkahkan kakinya menuju sekolah.

"Kaz? Mau ngapain kamu?" Tanya satpam yang berjaga.

Kaz melirik sebentar. Kemudian menimang mana yang lebih baik. Mengecek sendiri ataukah bertanya saja.

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang