10. Si Hoodie Hitam

22 3 0
                                    

"Mati gue! Huwaa ini gimana ceritanya gue bisa telat siiiih!?. Mamaa, anakmu terkunci di luar."

Pukul 07:45. Gerbang sekolah telah terkunci rapat. Upacara bendera masih berlangsung di tengah halaman sekolah yang luas. Pembacaan Undang-Undang. Kinan dapat melihat itu semua dari luar pagar. Namun, ia tidak berani untuk maju ke depan gerbang. Takut kalau ia ketahuan telat oleh guru BK.

"Psst!"

Kinan celingak-celinguk mencari sumber suara.

"Dibelakang lo," ucapnya sedikit berbisik.

Disana, seorang laki-laki berhoodie hitam. Menggendong tas ransel warna abstrak. Ia melambaikan tangannya menyuruh Kinan mendekat. Laki-laki itu berada di warung samping sekolahnya.

"Gue?" Tanya Kinan.

"Sini buru!"

Kinan tidak kenal dengan laki-laki ini. Meskipun ia tahu, di balik hoodie hitamnya, laki-laki itu menggunakan seragam SMA, ada rasa ragu untuk mendekat. Meskipun ragu, Kinan tetap memundurkan motornya.

"Lo telat?" Tanyanya ke Kinan.

Kinan mengangguk. Mengiyakan. "Lo anak sekolah sini juga? Lo telat juga?"

"Nggak penting itu mah. Lo sekarang mau gimana? Masuk atau cabut?"

"Ya masuklah!" Jawab Kinan kesal.

Laki-laki itu terkekeh. "Santai dong. Lo taruh motor lo di warung ini aja. Gue tunjukin lo jalan masuk."

"Kalau motor gue hilang, gimana?"

"Gue belikan yang baru." Jawab laki-laki itu santai.

Kinan mengernyitkan dahinya. Ia masih tidak percaya dengan laki-laki di depannya ini.

"Nggak bakal hilang. Gue jamin dah. Aman sentosa di sini."

Kinan masih berpikir.

"Ck! Lama lo. Upacara bentar lagi selesai tuh. Kalau lo nggak mau, ya udah." Laki-laki itu melangkah menjauh.

"Eh tunggu! Iya deh gue ngikut aja asal lo bantuin," ucap Kinan pada akhirnya.

Laki-laki itu tersenyum. "Good girl," ucapnya di sela senyumnya itu. "Bu Iting, titip motor!" Serunya ke penjaga warung.

Kinan buru-buru memarkirkan motornya di depan warung. Upacara bentar lagi akan bubar. Ia mengikuti laki-laki itu berjalan terus ke belakang sekolah. Ia was-was. Kenapa pula ia harus mengikuti laki-laki yang tidak dikenalnya ini? Kalau terjadi hal yang tidak-tidak, bagaimana?

"Lo naik lewat sini. Tenang aja, disana udah disediain meja buat lo turunnya aman. Guru-guru jarang patroli ke daerah sini. Nanti, pas upacara bubar, lo bisa berbaur sama orang-orang itu."

Kinan mengangguk paham atas penjelasan singkat itu. Ia memandangi tangga yang akan membantunya naik. Tidak tinggi. Tapi, ia sedikit takut.

Laki-laki itu tahu gadis di depannya ini takut. "Tenang, gue jagain. Lo naik aja sono. Upacara bentar lagi bubar."

Kinan mengangguk. Tidak ada waktu lagi. "Jangan ngintip!"

Sebagai balasannya, laki-laki itu hanya mendengus.

"Lo nggak ikut naik?" Tanya Kinan saat ia sudah berada di atas tembok sekolahnya.

"Kaga. Gue mau cabut ke warung. Lo turun tiati. Ingat pakai topi sebelum lo berbaur nanti."

Setelah mengatakan semua itu, laki-laki itu melengang pergi. Padahal Kinan belum sempat mengucapkan terimakasih maupun bertanya nama.

####

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang