08. Understand Me

21 3 3
                                    

Sourced: Understand Me - Conor Maynard

1 jam berlalu begitu cepat.

"Ki, mundur yok! Waktunya balik," seru Delta sedikit berteriak.

Kinan menggeleng kuat. Gadis itu masih menikmati konser.

"Ayok balik, Ki!" Paksa Delta.

"Kan masih setengah jam lagi, gue masih mau di sini."

"Laper gue, lo juga belum makan. Hampir jam 11 ini. Kalau sampai selesai, bisa-bisa kita ga bisa keluar. Keluarnya nanti jam 12. Balik, ya,"

"Masih mau nonton," ucap Kinan sedih.

Delta tidak tega melihat wajah itu sedih lagi. Tapi ia harus tetap mengajak gadis itu untuk balik secepatnya.

"Gue janji, kalau ada konser ini lagi, kita bakal nonton dari awal sampai akhir. Ga ada skip-skip. Tapi malam ini, kita sekarang balik ya."

Mau tidak mau Kinan menurut. Apa yang Delta katakan tadi memang masuk akul. Kalau sampai selesai konser, ia tidak akan bisa keluar cepat.

"Tapi gue nggak mau pulang, De," ucap gadis itu saat mereka sudah berada di parkiran.

Delta yang sedang sibuk mengeluarkan motor Kinan dari barisan parkiran mengernyitkan dahinya. Setelah itu, ia mengangguk paham.

"Iya, kita nggak langsung balik kok. Kita makan dulu, ya," ucap Delta lembut seraya memasangkan helm Kinan.

"Memangnya jam segini ada yang masih buka?"

"Ada. Banyak. Lo ngekor gue aja. Tetap di belakang motor gue, biar gue bisa tetap pantau lo."

Kinan tersenyum. Ia baru sadar. Sejak awal masuk mainhall bahkan sampai keluar lagi, Delta selalu menjaganya. Bahkan saat dirinya tengah loncat-loncat, menikmati musik, Delta berusaha semaksimal mungkin menjaganya agar tidak terdorong oleh orang-orang yang di sampingnya.

"Ngelamunin apa, neng? Udah sampai nih," bisik Delta lembut.

Wajah Kinan memerah. Beruntung Delta tidak dapat membaca pikirannya. Kalau saja cowok itu tahu, Kinan sedari tadi melamunkannya, pasti tidak akan berhenti menggoda Kinan.

"Kok malah melamun lagi? Ayok, Ki! Gue lapar parah."

Kinan tersadar lagi. Ia buru-buru menyusul Delta yang hampir berada di ambang pintu masuk. Kinan melongo. Ia kira, tempat makan ini bakal sepi di jam segini, ternyata pengunjungnya sangat ramai.

"Lo nggak suka ya, gue bawa ke tempat gini?" Tanya Delta takut-takut karena melihat Kinan yang seperti sedang mengobservasi tempat tersebut.

Kinan menggeleng. Ia tidak masalah makan di mana saja.

"Beneran? Kalau lo nggak suka makan sate, kita bisa cari tempat lain."

"Nggak perlu, De. Gue suka kok. Ayok kita pesan," ujar Kinan semangat. Ini pengalaman baru baginya.

Seusai mereka memasan makanan, Kinan masih tetap melihat ke sekeliling. Hal itu membuat Delta jengah.

"Lo kenapa sih?"

"Gue.. terpesona," jawab Kinan.

"Jangan bilang, lo nggak pernah makan di sini."

"Bukan gitu. Gue kaget. Ini pertama kalinya bagi gue keluar malam. Ternyata hampir tengah malam, bukannya sepi tapi makin ramai. Gue kira, bakal sulit cari makan jam segini," jelas Kinan.

"Lo benaran nggak pernah keluar jam segini?"

Kinan menggeleng. "Jam segini bahkan dari sejam yang lalu, lampu di rumah gue harus sudah mati semuanya. Jam segini, gue udah mimpi kalau di rumah."

"Rumah lo persis pondok pesantren."

Kinan tertawa mendengar celutukan Delta di sela makannya. Cowok itu menyantap makanannya dengan lahap.

"Kadang gue malas buat keluar bukan karena nggak mau keluar. Tapi karena malas izinnya. Gue susah dapat izin. Bahkan saat gue izin dengan cara baik-baik, tetap aja gue nggak dikasih.

Kadang gue pengen ikut teman-teman gue yang kumpul bareng di salah satu kafe hits. Gue iri lihat mereka. Gue sempat mikir, bagaimana cara meraka izin ke orang tua mereka? Apakah mereka selalu dibebaskan melakukan hal yang mereka mau? Apakah orang tua mereka sangat percaya ke mereka? Kenapa orang tua gue nggak?

Teman-teman seumuran gue banyak menjelajah keliling kota, bahkan sampai keliling Indonesia. Sedangkan gue, gue cari tempat konser tadi masih harus buka google maps dulu. Mana gue tahu yang lain-lain. Gue cuma tahu jalan arah ke rumah gue, sekolah, tempat les, rumah om gue. Selebihnya, gue pasti pakai maps.

Gue selalu takut buat kesalahan. Karena ortu gue setiap gue salah, atau ada hal yang gue nggak bisa, mereka selalu marah. Mereka selalu remehin gue. Mereka nggak pernah percaya sama gue.

Hal itu buat gue selalu merasa nggak percaya diri dalam banyak hal. Gue takut salah. Padahal dalam belajar, salah itu bukan sebuah dosa. Tapi gue takut. Takut kena marah. Berujung mereka bakal remehin gue."

Delta menyimak dengan serius. Cowok itu kembali meneliti wajah gadis di sebelahnya. Wajah itu kembali bersedih. Wajah yang setengah jam lalu masih bersemangat, kini redup kembali.

"Orang tua lo terlalu sayang sama lo," ucap Delta akhirnya.

"Kalau mereka sayang sama gue, harusnya mereka ngerti gue."

"Sayangnya mereka ke lo memang terlalu berlebihan. Mereka nggak mau lihat lo kenapa-kenapa. Jadi mereka cuma ingin memastikan lo tetap baik-baik aja."

"Itu berarti mereka nggak percaya sama kemampuan anaknya sendiri. Bagaimana bisa gue berkembang kalau mereka sendiri masih nggak percaya sama gue."

Delta menatap Kinan. Memagang lengan gadis itu lembut untuk menenangkannya.

"Gue yang bakal selalu percaya ke lo. Cukup kan?"

####

Update sesuai harinya. Apakabar kalian? Semoga selalu baik yaak. Jangan lupa diberi vote dan komen komen juseyooo... terimakasih

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang