09. Abang

25 3 2
                                    

Delta dengan setia mengantar Kinan sampai depan komplek perumahan Omnya. Meskipun Kinan keukeuh tidak ingin diantar, rasa tanggung jawabnya sebagai cowok lebih keukeuh dari keinginan Kinan itu. Tidak mungkin ia akan membiarkan seorang gadis pulang tengah malam sendirian.

"Gue yang ngajakin lo, gue juga yang harus balikin lo dengan keadaan utuh," ujar Delta.

"Ihh tapi nanti orang-orang komplek kalau ada yang tau, bisa gawat gue nanti."

"Gue antar sampai depan komplek, gimana? Deal?" Tawar Delta yang langsung disetujui oleh Kinan.

Pukul 12 malam lebih. Jalanan komplek sudah sepi. Kinan sudah berpisah dengan Delta. Alih-alih ia merasa takut, Kinan justru bersenandung riang. Mungkin ini adalah hari dan malam yang paling bahagia untuknya. Itu semua karena Delta.

Ia merogoh sakunya mencari kunci gerbang. Sambil bersenandung riang.

"Ehem."

Kinan menghentikan gerakannya membuka pintu gerbang. Perasaannya mulai tidak enak.

"Darimana aja?"

####

Moldi: Ki, abangmu otw dekkuu. Wait

Usai mengirimkan chat, Moldi bergegas melajukan motornya. Malam ini ia sengaja pulang ke kotanya untuk menemani Kinan yang bermalam di rumah Omnya. Itu perintah dari Ayahnya. Moldi dengan senang hati menurut. Selama itu bukan hal yang membuatnya pulang ke rumah, ia akan dengan senang hati menerimanya. Kebetulan ia sedang berada dekat dengan kotanya. Hanya saja, ia enggan untuk pulang ke rumah.

"Lah, baru jam 9 lebih, kok lampunya dah mati? Ga yakin gue, Kinan berani sendiri dengan lampu yang mati," gumam Moldi.

Ia merogoh ponselnya. Alisnya langsung menukik tajam. Chat yang ia kirim masih bertanda ceklist.

Moldi: uy bocah
Moldi: dah ngebo lo?

Ceklist.

Moldi mengehembuskan nafasnya. Tidak biasanya WhatsApp adik kecilnya tidak aktif.

"Masa iya koutanya habis?" Gumam Moldi sendiri.

"Tapi kan, rumah Om pake Wi-fi. Masa Om belum bayar Wi-fi?"

Cowok itu mencoba menghubungi adiknya melalui telpon biasa.

"Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan co-"

Moldi mulai khawatir. Ia takut Kinan sedang mengalami masalah di dalam sana.

"KI! ABANG DI LUAR. BUKA GERBANG WEY!"

"LO TIDUR? BANGUN BEGO!"

Tidak ada jawaban.

Moldi mulai menggedor gerbang. Sebenarnya, ini pilihan yang nekat. Bisa saja tetangga di sekitarnya terganggu. Namun, perasaan khawatirnya ke Kinan mengalahkan rasa khawatirnya ke hal-hal yang lain.

"KI! BUKA! SEBELUM GUE DISIRAM TETANGGA NIH!"

"Anjir! Tu anak emang kalau udah ngebo, batu amat. Eh tapi, kalau cuma ngebo ya Alhamdulillah. Kalau tu anak kenapa-kenapa ya Astagfirullah. Bisa dibunuh gue."

Saat Moldi ingin berteriak lagi, salah satu tetangga depan rumah Omnya keluar.

"Eh maaf tante, maaf kalau mengganggu," ucap Moldi buru-buru membungkuk sopan.

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang