Bab 13. Bagian dari semangat (2)

13 2 0
                                    

"Satisfying banget lihat lo ngedekor cake tadi."

"Itu kesempatan langka. Lo ga bakal dapatin kesempatan yang lain lagi," balas Kinan sambil melangkah keluar ruangan.

"Hmm thanks to the motorcycle, then."

"Kok?"

"Kalau motor lo ga rusak, gue nggak bakal punya kesempatan yang tadi. Iya kan?"

Kinan tertawa. Ia setuju dengan ucapan Delta.

"Oh iya, motor lo gimana?"

"Nanti gue perbaiki di bengkel dekat tempat les. Santai ae."

"Gue antar aja lo ke rumah, mau?"

"Lo kan tahu, rumah gue itu kek mana."

"Pesantren."

Kinan dan Delta langsung tertawa bersama. Selera humor mereka ternyata sama dan sangat receh sekali.

"Ki, mau balik?"

Pertanyaan dari Teddy membuat gadis itu spontan menghentikan tawanya. Ia buru-buru mengangguk.

"Iya coach. Sudah hampir jam 7 malam. Coach sendiri?"

"Urgent," balas Teddy sambil menunjuk ke arah seorang klien.

Kinan mematung melihat seorang yang berada di depannya. Kaz. Kakak kelas yang menyebalkan.

"Dia? Mending ga usah dikerjain aja punyanya dia mah, coach!" Canda Kinan yang langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Kaz.

"Lo kenal dia?"

"Kinan kenal dia?"

Kinan mengangguk patah-patah untuk menjawab pertanyaan dari Delta dan Tedy yang hampir berbarengan.

"Cukup tau aja sih," jawabnya pelan.

Tidak mau terjebak di sana terlalu lama, Kinan menggandeng tangan Delta dan membawanya keluar.

"Bye Coach!" Serunya.

Tedy menggelengkan kepalanya melihat anak didiknya itu. "Katanya nggak pacaran tapi kok gandengan?"

####

Delta melihat ke arah Kinan melalui kaca spion motornya. Wajah Kinan terlihat riang. Jarang sekali Delta melihat gadis ini seperti ini.

"Lo bahagia?" Tanya Delta memulai percakapan.

Kinan mengangguk. Mengiyakan.

"Memangnya, lo nggak capek? Pagi sekolah, siang sampe malam begini les. Nggak capek kah?"

"Hmmm capek. Tapi capek gue hilang kalau gue sudah mulai ngedekor kue atau ngebuat kue."

Delta tersenyum. "Bagus deh. Akhirnya, ada juga hal yang didukung orang tua lo yang bisa buat lo bahagia."

Wajah Kinan meredup. "Orang tua gue, nggak tahu soal ini," ujarnya pelan.

Delta memberikan waktu sejenak untuk Kinan. Ia tidak ingin memaksa Kinan bercerita jika memang gadis itu tak ingin.

"Gue baru berani mengambil keputusan ini beberapa bulan yang lalu. Gue nekat. Sengaja ambil les setengah dari jam biasanya di salah satu hari yang menurut gue sedikit luang. Les baking apalagi ngedekor tuh mahal, tapi gue sisihin uang saku juga sisa uang bayar les yang di tempat ini buat bayar les di coach Teddy," Kinan memulai ceritanya.

"Gue nggak berani bilang ortu gue. Ekskul aja ga dibolehin ikut kecuali ekskulnya menunjang akademik gue. Apalagi ikutan les beginian. Dipikiran mereka tuh ngapain sih ikutan les cara masak kue, kan belajar di sosmed juga bisa. Gue nekat ambil les ini. Kalau gue cuma mengandalkan akademik gue, gue nggak bakal bisa berkembang, De. Gue tahu apa yang gue suka, skill apa yang gue punya. Dan gue punya rencana besar untuk hal yang gue sukai. Tapi satu, gue belum dapat dukungan dari keluarga gue tentang hal ini."

Delta menatap sekali lagi wajah gadis itu "kenapa lo nggak bicarakan baik-baik ke ortu lo, Ki?" Tanyanya pelan.

"Buat apa? Gue udah tahu jawabannya," Jawab Kinan sambil menghembuskan nafas berat.

Delta tersenyum. Mencoba meraih tangan Kinan dan menggenggamnya erat. "It's okey, Ki. Lakuin apa yang lo suka. Gue bakal selalu dukung lo. Jadikan gue bagian dari semangat lo, bisa kan?"

Malam itu, dari genggaman tangan hangat Delta, Kinan mulai tersihir. Kalimat Delta langsung masuk dan tersimpan rapi di memori kepalanya maupun hatinya. Padahal memori itu juga yang bisa menghancurkannya suatu saat

#####

Hollaaaa..... Long Time No See Guys. Semoga masih ada yang menunggu cerita ini yaaa... Setelah vakum hampir berbulan bulan. Padahal katanya cuma seminggu...

Nih dikasih foto lagi ngejamet sama si Delta. Rambutnya model cepmek



Oke maklumi yak, si Kaz lagi buru-buru nganter pesanan emaknya. Jadi ngepap asal aja

DELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang