1.1 : Pamit

688 92 1
                                        

Keesokan paginya, mereka akan berangkat menuju tempat yang nantinya menjadi hunian mereka yang baru dan di antar oleh pasutri receh ini. Namun, sebelum berangkat ke tempat baru itu, mereka harus mengurusi berkas-berkas di sekolah lama mereka.

"Mbak sama mas ke TU, kalian ke kelas kalian. Pamitan sama teman-teman mu sana!" Perintah Dewi dan meninggalkan mereka berdua. Keduanya menghela nafas, kenapa juga mereka mau saja menuruti penawaran mbaknya itu. Kalau saja bukan karena liburan itu, mereka tidak akan terhasut.

Mereka berdua lantas menuju kelas yang akan mereka tinggalkan. 12 IPA 4, kelas yang terkenal akan keributannya. Mereka segera menempati bangku mereka. Bima sebangku dengan Dito dan Sakti sebangku dengan Faiz.

Kelas sedari tadi hening, pasalnya Bima dan Sakti diam seperti tidak ada nyawa. Ini membuat satu kelas heran.

"Lu berdua kenapa dah? Tumben diem aja?" Tanya Dito yang melihat kedua kawannya yang sangat kusut wajahnya.

"Heh! Di tanya tuh jawab" ujar perempuan alpha yang duduk paling depan dari barisan Bima, Thania. Bukannya menjawab keduanya menghela nafas.

"Gua sama Sakti bakalan pindah sekolah" jawab Bima lantas satu kelas teriak kencang dan bisa sampai di ruang BK (ruangannya ada di pojok sekolah).

"Berisik lu pada" judes Sakti.

"Eh anjir! Bau feromonnya nyegat... WOY! SEMUANYA DUDUK! PAK KUMIS COK!" Teriak (kecil) omega manis, Reva. Lantas mereka semua duduk manis dan berperilaku seperti sedang belajar sebenarnya tidak. Feromon itu semakin kuat hingga membuat alpha & omega di sana hampir pingsan akibat feromon itu.

"Selamat pagi anak-anak, kalian tahu apa salah kalian? Kalau Bima dan Sakti yang berulah tidak apa, saya sudah biasa. Tapi kalau sampai mengganggu kelas lainnya, saya tidak tinggal diam!" Ucap guru yang berkumis tebal itu, Pak Haryo. Mereka semua meneguk air liur mereka, sungguh ini sangatlah menakutkan. Walau beta dan yang belum di ketahui second gendernya tidak dapat mencium feromon guru itu, tapi auranya sungguh tidak enak.

"Maaf pak, ini memang kesalahan kami dan itu tidak disengaja. Kami ada alasan mengapa kami berteriak" tutur lelaki di pojok depan yang merangkap sebagai ketua kelas, Ari.

"Beritahu saya, kenapa kalian berteriak seperti monyet lepas?" Astaga pak, itu murid anda mengapa di samakan dengan binatang. Yang lainnya cukup sabar.

"Begini pak, kami berteriak karena teman kesayangan kami yang setiap hari menjadi tontonan sekolah akan pindah dari sini. Kami sebagai teman sejati tentu saja merasa terkejut. Begitu pak" jawab Ari. Bisa di rasakan, feromon mengintimidasi Pak Haryo berangsur-angsur hilang. Semuanya bernafas lega, untung guru ini paham.

"Ouh, bilang dong. Ya sudah kalian lanjut acara perpisahannya. Dengan catatan jangan sampai mengganggu kelas lainnya!" Lantas Pak Haryo meninggalkan kelas itu riang dan semuanya terheran-heran.

"Fiks, bukan Pak Haryo!" Bantah mereka satu kelas.

"Kesurupan kali tu guru?" Sahut lainnya.

"Ca, lihat di luar coba. Tu guru masih waras kagak?" Orang yang di panggil 'Ca' atau nama aslinya 'Yemica' mengintip guru tadi dan sedikit terkekeh.

"Pantes, orang Omega tercantik dan termanis lewat, siapa lagi bukan-"

"-Bu Tya!" Seru satu kelas, dan semuanya tertawa. Sefamous itu lah guru fisika tersebut.

"Oy, Ti, Bim. Kalian ngapain pindah dah? Aneh banget! Kelas 12 kok pindah" ujar salah satu temannya, Vero. Teman yang lainnya juga ikut penasaran. Apasih alasan mereka berdua pindah?

"Hah, gua sama dia kena tantangan dari mbak Dewi" balas Sakti. Jawaban segitu mana mungkin membuat mereka puas.

"Tantangan apa tuh?"

"Jadi nerd" mendengar itu membuat satu kelas melongo dengan jawaban itu.

"Terus hadiahnya? Ga mungkin dong, tantangan tanpa embel-embel hadiah"

"Liburan di puncak 1 bulan" lantas kelas itu kembali ricuh, tapi berusaha menahan teriakan mereka agar tidak sampai ruang bk lagi.

"Woylah, gua juga pengen anjing. Ikut boleh gak?" Sahut Faiz.

"Gak" tolak Sakti

"Lha ngapa? Ga susah juga" ucap seorang omega perempuan di samping Bima, Caca.

"Lu semua menyusahkan" balas Sakti.

"Emang kenapa sih? Kek rahasia banget" Sakti hanya menghela nafas, teman-temannya sungguh kepo.

"Gak ada rahasia apapun" sahut Bima. Para kapal SakBim (renhyuck) di kelas mereka langsung berwajah mengerikan.

"Wow, jangan-jangan kalian... KAWIN LARI YA?!!" Teriak Rayna, omega perempuan berwajah china.

"Ngawur lu cok! Ya kalik gua sama kayak dia? Najis" sahut Bima.

"Gua juga ogah kali" tambah Sakti.

"Ce ilah, ntar juga lu pada bucin. Ya gak guys?!" teriak Rayna dan di setujui semuanya.

"Anjing lah lu pada" Bima ngambek, bukannya di bujuk semakin di olok.

"Sakbim ayo berlayar~"

"Cie cie, berduaan"

"Kawin lari nih"

"Cie ngambek. Ti lu alpha kan? Tuh omega lu ngambek"

"HEH! GUA BUKAN OMEGA! GUA ALPHA!" Tolak Bima, gak percaya dia omega! Dia alpha!

"Heh bocah! Orang tua lu beta-omega! Ga usah ngelak! Ayo berangkat!" Sahut seseorang dari luar, Mbak Dewi.

"Eh ada mbak Dewi. Apa kabar mbak?" Tanya Faiz.

"Baik kok Iz" balas Dewi. Sakti dan Bima sudah meninggalkan kelasnya. Tapi teman yang lain ikut bertanya.

"Mbak mau tanya nih. Sakti sama Bima pindah mau mbak nikah in muda ya?" Tanya Rayna dan di balas senyuman penuh arti dari Dewi. Satu kelas teriak dan berakhir di hukum Pak Haryo.

----------

Perjalanan menuju tempat baru itu memakan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Selama perjalanan, Bima dan Sakti hanya diam saja. Tidak, sebenarnya hanya Bima, Sakti memainkan ponselnya dari tadi. Leo memperhatikan adiknya yang sedari tadi melamun saja melalui kaca spion dalam.

"Dek, lu kenapa? Melamun mulu. Kesambet mampus" ujar Leo bercanda, tapi Bima masih saja diam.

"Heh bocah. Lu mikirin apa? Jawab noh kakak lu tanya. Jangan diem-diem aja lu!" Sahut Dewi. Entah ini efek kehamilan atau bukan, dirinya mudah marah.

"Gak kok mas" balas Bima.

"Bilang aja lu kepikiran, kalau lu omega" sahut Sakti tanpa memalingkan pandangan dari ponselnya dan mendapatkan tatapan tajam dari Bima.

"Apa? Ga salah kan gua?" Sakti hanya melirik sekilas di sambung melajukan bermain ponselnya.

"Loh? Bener kan? Kamu omega. Papa aja beta sedangkan mama omega. Kalau gua beta jadi lu omega" jelas Leo, Bima masih tidak mau percaya.

"Kok Mbak Dewi beta sedangkan ayahnya alpha ibunya omega?" Tanya Bima yang sepertinya ingin keadilan.

"Lu lupa? Dia emak tiri gua. Emak kandung gua beta. Makanya diajak ke kondangan malah asik main bakel sama Samsul" sinis Dewi.

"Mana gua tau. Ya maap mbak" maaf Bima, sepertinya tidak tulus bahkan terkesan tidak ada dosa sama sekali.

'Awas aja lu, gua bikin lu sengsara di sana' batin Dewi dengan wajah yang menakutkan dan membuat seisi mobil merinding.

'Semoga mbak Dewi ga buat hal aneh lagi' batin mereka berdua.

'Haduh, kapan ini selesainya. Ya Tuhan tolong hambamu ini. Selamatkan hamba dari ide gila istri hamba ya Tuhan' doa Leo.

----------

Chapter 1.1 : Pamit
Selesai ✓

Bima Sakti - RenhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang