Hampir malam tetapi Tara tidak juga membuka matanya. Sejak di temukan hingga pulang sekolah dan kini sudah berada di rumah, Tara tidak juga siuman. Chandra amat sangat khawatir, siapa yang telah membuat Tara pingsan lama seperti ini? Ia harus segera mencari pelakunya. Kemudian dirinya keluar dari kamar Tara untuk mengambil minum. Pikirannya sedang kacau.
Dirinya berada di bawah menuju dapur, mengambil segelas air dan hendak ke ruang makan. Tapi dirinya terkejut saat ingin berbalik. Seseorang memeluknya dari belakang. Melirik orang tersebut, dia adalah Tara, baru saja siuman.
Chandra menaikkan satu alisnya, bingung. Sebenarnya dia senang sama gemas, soalnya Tara manja sama dia. Kan dia lemah iman kak, apa lagi posisinya saat ini.
Mencoba membalik tubuhnya agar bisa melihat Tara dari depan, sedikit susah karna Tara memeluknya begitu erat.
"Bim" panggil Chandra dan mendapatkan dehaman halus Tara. Mleyot sudah Chandra, kakinya hampir berasa seperti jeli. Ingin segera membalik badan dan mengusap rambut milik Tara. Modusnya nak, astaga.
Setelah berhasil membalik tubuhnya, ia meletakan gelasnya di meja dapur dan memeluk Tara. Lelaki yang sedikit pendek darinya walau hanya berbeda 1 cm.
Menurutnya, Tara saat ini sangatlah menggemaskan. Tidak ingin menghilangkan kesempatan, ia memeluk Tara semakin erat jangan lupa mengusap rambut dan punggung Tara.
"Ada apa? mau minum?" tawar Chandra. Tara menggelengkan kepalanya, namun seketika ia merasakan kaos di pundaknya basah. Tara menangis?
Ia segera mengangkat wajah Tara dari pundaknya. Dan benar saja, Tara menangis, bahkan sekarang semakin deras tangisnya. Chandra panik bukan main, ia mengusap air mata Tara, tapi tidak berhasil, air mata itu terus mengalir.
"Hei, kenapa?" Tanya Chandra lembut sambil menangkup pipi Tara, jangan lupa mengelus pipi itu. Tangis itu kini berganti menjadi isakan. Tara sedikit mulai tenang, lantas Chandra mengajak Tara untuk duduk dulu di ruang makan.
"Kita duduk dulu, terus lu cerita sama gue. Kenapa lu nangis"
Setelah itu, Tara menceritakan kejadian yang ia alami tadi (bisa di baca di part sebelumnya). Tara menunduk, takut akan raut wajah Chandra saat ini. Wajah datar, tatapan yang begitu tajam, dan wajah memerah menahan emosi. Bukan manusia perempuan itu. ia segera berdiri untuk mengambil hpnya untuk memberitahukan hal ini kepada mbak Dewi, namun di tahan Tara.
Sebelah alisnya naik, Tara masih menunduk. Chandra mengelus tangan Tara seakan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tara mengangkat kepalanya, wajah yang meninggalkan jejak air mata itu menatap mohon kepada Chandra agar tidak diberitahu kepada sang kakak, karena ia tengah hamil dan tak ingin membuatnya terlalu banyak pikiran.
"Oke, gue gak akan kasih tau Mbak Dewi. Tapi lu harus ngasih tahu gue kalau ada apa-apa" peringat Chandra dan di angguki Tara.
Gerakan tiba-tiba membuat Chandra terkejut (lagi). Tara memeluknya kembali, jangan lupa ini jauh lebih manja. Menyandarkan kepalanya di dada si aries.
"Al~ aku lapeerrrr" rengek Tara, bahkan memanggil nama panggilan kecil mereka. Chandra terkejut dan membalas pelukan itu. Mungkinkah ini pre-heat? Jika iya, ia harus menghubungi Raffi. Tapi sebelum itu ia harus bersama Tara dulu sebelum menjauh selama 1 mingguan.
"Rara mau makan apa?" Tanya Chandra yang ikut memanggil nama kecil mereka.
"Mau mi ayam, bakso mercon tapi yang gede!, nascing 5 bungkus aja, gulai ikan mas, ayam geprek, naspad ga pake daun pepaya sama sate padang. Minumnya pucok rasa tiramisu, coca-cola, terus sama jajanan! Mau martabak sama terang bulan, cheetos, mister potato, roti soes, pocky semangka, sariroti coklat 2, sama jelly yang banyak! Oh ya sama samyang, yang bungkusnya warna pink"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima Sakti - Renhyuck
FanfictionBima dan Sakti adalah sahabat sejak kecil, bukan sahabat seperti pada umumnya tetapi mereka terlihat seperti musuh. Suatu hari istri kakaknya memberikan sebuah ide gila dan yang lebih gila mereka menyetujui itu. Nerd, definisi seseorang dengan paka...