7

43K 3.2K 24
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Sahna merebahkan tubuhnya di bantu oleh Umi Lea sesampainya di kamar setelah pulang dari rumah sakit. Ia melirik jam menunjukkan pukul sebelas malam.

"Tidur ya ... ?" lembut Umi Lea seraya mengusap lembut kening Sahna.

Sahna tersenyum tipis lalu mengangguk, "Tapi Umi temenin Sahna bobo ya?"

Dari balik cadar Umi Lea tersenyum lalu membaringkan tubuhnya di samping sang putri. Sahna tersenyum senang lalu memeluk Umi Lea.

Umi Lea tersenyum kala mendengar dengkuran halus Sahna. Baru lima menit membaringkan tubuh, gadis itu sudah terlelap.

Ceklek

Pintu kamar Sahna terbuka, terlihat Abi Abram berjalan kearah ranjang. "Adek udah tidur Mi?" tanya Abi Abram pada Umi Lea seraya mengusap kepala sang putri.

"Udah, Bi. Barusan aja," jawab Umi Lea.

Abi Abram mengangguk, "Mas ke kamar duluan."

Umi Lea tersenyum lalu mengangguk, "Iya, Mas. Malam ini aku nemani Sahna, takut ada apa-apa."

Abi Abram mengangguk lalu mengecup singkat dahi Sahna dan juga Umi Lea sebelum berlalu.

Umi Lea tersenyum tipis memandang wajah damai sang putri lalu mengecup singkat dahi Sahna.

***

"Dek? Bangun sayang, solat subuh." ucap Umi Lea seraya mengusap puncak kepala Sahna.

Sahna melenguh, perlahan ia membuka matanya. Sahna tersenyum tipis menatap sang Umi Lea yang tengah tersenyum dari balik cadarnya.

"Pagi Uminya Sahna!" semangat Sahna, merasa suhu panas tubuhnya sudah tidak sepanas kemarin.

Umi Lea terkekeh geli lalu mengecup dahi Sahna, "Pagi juga cantiknya Umi ... Bangun gih, udah mau solat subuh ni."

Sahna mengangguk antusias, "Abi sama Abang udah ke masjid ya, Mi?"

Umi Lea mengangguk, "Udah, sekarang cepetan sekarang siap-siap, kita ke masjid keburu adzan entar." ucap Umi Lea di angguki Sahna. Kemudian berlalu keluar kamar meninggalkan Sahna yang sedang bersiap.

Umi Lea mendudukkan bokongnya di ruang tamu lalu melantunkan sholawat seraya menunggu Sahna bersiap.

"Ayok, Mi!" antusias Sahna lalu menggandeng Umi Lea menuju masjid yang tak jauh dari Ndalem.

***

Pukul 10 pagi Sahna berjalan menuruni tangga menuju ruang tengah karena mendengar suara gelak tawa Abang pertamanya yang bernama Sakra, akrab di sapa Gus Sakra.

"Bang Sakra!" pekik Sahna setibanya di ruang tengah lalu menghambur ke pelukan sang Abang.

Umi Lea dan Ning Hanum selaku istri Gus Sakra terkekeh melihat tingkah Sahna. Sedangkan Alif selaku putra Gus Sakra dan Ning Hanum hanya menatap datar Auntynya.

"Bang Sakra kapan sampe?" tanya Sahna melonggarkan pekukan.

Gus Sakra tersenyum lembut seraya mengusap puncak kepala Sahna, "Udah dari dua jam yang lalu sih. Karena Sahna lagi tidur, jadi Abang nggak tega bangunin kamu." lalu menjawil hidung Sahna.

Ning Hanum mendekati Sahna, "Gimana keadaan kamu, Dek? Udah mendingan?" tanya Ning Hanum seraya mengarahkan punggung tangannya ke dahi Sahna untuk mengecek suhu tubuh Sahna.

"Sahna udah nggak papa kok, Kak. Cuma agak lemes dan pusing dikit," sahut Sahna nyengir ke arah Ning Hanum lalu menyalimi punggung tangan Ning Hanum dan Gus Sakra.

"Sebaiknya, Adek istirahat aja ya? Kan besok lusa udah balik ke rumah Opa." celetuk Umi Lea.

Sahna menggeleng pelan, "Mau sama Abang aja ... " ucap Sahna pelan menatap sedih Umi Lea.

Umi Lea tersenyum lembut. Alif yang melihat tingkah Auntynya mendengus kesal, "Karena Aunty lagi sakit, jadi istirahat gih!" seraya mendorong pelan bahu Sahna.

Sahna yang masih sedikit pusing dan lemas hampir saja terhuyung ke belakang jika tidak di tahan Gus Sakra, walau dorongan yang di berikan Alif pelan tetap saja ia masi belum mampu menahan bobot tubuhnya.

"Alif ... " peringat Sakra menatap tajam sang putra.

"Maap, Abi." lirih Alif lalu menatap Sahna yang sedang memijit pelipisnya karena pusingnya yang bertambah.

"Alif nggak boleh kayak gitu, Nak. Ayo, minta maap sama Aunty sayang?" lembut Ning Hanum.

Alif mengangguk, "Aunty ... Maapain Alif ya? Alif nggak niat dorong Aunty tadi."

Sahna hanya mengangguk lalu berjalan pelan kearah tangga hendak ke kamar. Namun, saat kakinya hendak menginjak tangga ke tiga tubuhnya tiba-tiba saja limbung dan terjatuh hingga keningnya mengenai tangga.

"Astaghfirullah! Sahna!" pekik ketiganya lalu menghampiri Sahna yang tak sadarkan diri.

Dengan segera Gus Sakra membopong tubuh Sahna menuju kamar. Tak lama kemudian Ning Hanum membawa segelas air hangat untuk Sahna.

"Aunty pingsan pasti gara-gara, Alif ... Cobak aja kalo Alif nggak dorong Aunty pasti nggak akan kaya gini ... " lirih Alif seraya menunduk.

Umi Lea mengusap puncak kepala Alif, "Enggak kok. Ini bukan salah Alif, Aunty memang lagi kurang enak badan kok. Mending doain Aunty biar cepat sembuh benar bukan?"

Alif mendongak menatap sang nenek lalu mengangguk antusias, "Iya, Nek!"

***

"Euugh ... " lenguh Sahna dan perlahan matanya mulai terbuka sempurna.

"Kasi minum dulu, Mas?" titah Ning Hanum memberikan Gus Sakra segelas air putih hangat untuk di minum Sahna.

Gus Sakra mengangguk lalu membantu Sahna untuk minum, "Udah enakan?" tanya Gus Sakra seraya membantu membenarkan letak bantal Sahna. Sahna hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aunty ... " lirih Alif menaiki ranjang lalu duduk di sambing Sahna yang terbaring.

Sahna menaikkan sebelah alis matanya menatap Alif, "Why?"

"Alif ... Alif minta maap karena udah dorong Aunty."

Sahna hanya mengangguk sebagai jawaban. "Alif?" panggil Umi Lea.

"Iya, Nek?"

"Alif mau bantu Nenek nggak metik sayuran di belakang?"

Alif mengangguk antusias, "Mau, Nek! Ayo!" semangatnya.

Umi Lea tersenyum, "Yaudah yuk!"

"Umi? Hanum ikut juga ya, Mi?" celetuk Ning Hanum.

"Yuk!" ucap Umi Lea lalu ke tiganya berlalu dari kamar Sahna dan tinggallah Gus Sakra dan Sahna.

"Bang?" panggil Sahna.

"Iya? Adek mau apa hem?" lembut Gus Sakra mengusap puncak kepala Sahna.

"Abi mana?"

"Abi lagi ngajar, Dek. Mau apa hem?"

Sahna memejamkan matanya, "Pengen di peluk Abi ... "

Gus Sakra membuang napas perlahan, "Bentar lagi Abi pulang kok. Sekarang Adek tidur ya? Jangan bangun dulu kepalanya masih sakit kan?" seraya mengusap pelan puncak kepala Sahna.

Sahna mengangguk pelan. "Yaudah, Abang keluar dulu." pamit Gus Sakra lalu mengecup singkat kening Sahna.

***

Secret Imam (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang