9 │ Aurora

128 15 10
                                    

│Aurora

The breeze at dawn has secrets to tell.

Cecil sejak tadi tak berhenti tersenyum, sejak bangun pagi hingga saat ini gadis itu sudah duduk dikantin dengan Jinan yang berada di sampingnya, menatap gadis itu ngeri karena terus menerus tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cecil sejak tadi tak berhenti tersenyum, sejak bangun pagi hingga saat ini gadis itu sudah duduk dikantin dengan Jinan yang berada di sampingnya, menatap gadis itu ngeri karena terus menerus tersenyum. Keduanya baru selesai kuliah dan sedang menunggu jam kuliah yang selanjutnya. Kebetulan mereka berada di satu kelas yang sama hari ini.

Sementara itu Cetta hari ini tak ada jadwal kuliah dan menghabiskan waktu di perusahaan sembari menunggu Cecil menyelesaikan kuliahnya.

Entah kenapa hari ini Cecil merasa sangat senang. Membuat Jinan yang berada di sampingnya terus-terusan melirik ke arah gadis itu.

"Apa kau habis terbentur sesuatu saat di rumah tadi?" – Jinan bertanya hati-hati

Cecil yang sedang bersenandung kecil menoleh. "Hah? Tidak. Memangnya kenapa?"

"..atau kepala mu tak sengaja di pukul oleh Yuna?" – Jinan kembali bertanya

"Tidak" – Cecil menggeleng. "Memangnya kenapa sih?"

Jinan menggeleng pelan. "Sejak tadi kau terus tersenyum, aku jadi takut."

Cecil mengulum bibir mendengar itu. "Aku sedang senang."

Jinan mengerutkan dahi. "Perihal?"

"Setelah kelas ini aku akan pergi dengan Cetta." – jawab Cecil dengan ceria kembali membuat Jinan mengerutkan dahi.

"Bukankah memang setiap selesai kelas kalian selalu pergi berdua? Lalu kenapa hari ini kau terlihat berbeda?" – Jinan

Cecil mengedikkan bahu. "Entahlah, hanya merasa senang saja. Apa kau bertemu Cetta tadi pagi?"

Jinan mengangguk menjawab itu. "Iya, aku dan yang lain kan menginap di rumahnya."

"Apa dia sarapan tadi pagi?" – Cecil bertanya setelah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, Jinan kembali mengangguk menjawab itu

"Sarapan, Kak Javiar yang memasak." – Jinan

"Nan.." – Cecil

"Apa?" – Jinan menjawab tanpa menoleh karena ia sedang sibuk dengan makanannya, terlalu lapar karena tenaganya habis dipakai memikir di dalam kelas tadi

"Ceritakan, bagaimana bisa kau menjadi sahabat Cetta?" – Cecil

"Bukankah kau sudah mendengar ceritanya dari Cetta?" – Jinan

"Aku ingin mendengar dari sisi mu, ayo ceritakan. Kita masih punya waktu kurang lebih dua jam untuk bercerita." – Cecil

Jinan menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulutnya lalu meneguk air dan berdehem pelan. Lelaki itu menegakkan tubuhnya untuk mulai bercerita, membuat Cecil antusias akan itu.

FELICITY │Zhong Chenle✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang