1. Mark

68 7 2
                                    

Mark

"AAAA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"AAAA!"

Suara Mark berhenti ketika menyadari bahwa angin kencang sudah tidak ada di sekelilingnya. Mark tetap panik karena ke-enam teman nya tidak ada di sisinya. Ia kini berada di tempat aneh. Sebuah rumah dengan lampu redup.

"Di..dimana aku?!" Ucapnya sambil memegang seluruh badannya. Ia memastikan badannya dalam kondisi baik-baik saja.

Ia berjalan mengelilingi rumah sambil memanggil satu per-satu nama teman-temannya.

"Omo! Kaget!" Seru Mark yang menatap sosok pria tinggi berbaju hitam. "Si...sapa kau.."

Mark berjalan mundur kala sang pria berjalan mendekat. Ia melihat tangan pria itu memegang amplop berisi kertas dengan jumlah banyak, mirip dengan amplop yang tadi ia temukan di bawah pohon.

"Hya!" Seru pria itu. "Aigoo..." ia lalu menyentuh bagian belakang lehernya. Pria itu tampak marah. "Kau ini! 'Kan sudah ada tulisan 'jangan sentuh'! Kenapa malah dibuka?!" Ucapnya sambil mengangkat amplop kertas itu.

"Ma..mafkan sa..saya.."

"Hhhh.... Kau menambah kerjaanku saja," Gumamnya. "Aku Josung Saja,"

"Mwo?! Jo...sung Saja?! A..aku akan mati?!"

Sang Josung Saja kemudian menghela nafas beratnya dan duduk di kursi kayu di dalam rumah. "Hya, dengar. Kau kini masuk ke dalam cerita ini," ucap Josung Saja sambil mengambil kertas di dalam amplop. "Mmm...coba kulihat..."

"A.."

"Ssst. Ssst! Kau diam dulu," sela Josung Saja. "Aigoo, bahkan sekarang pekerjaanku bukan mengambil nyawa orang saja.." Gumamnya. "Karena kau ada dirumah ini... kau jadi.. mantan 'prajurit yang pergi dari istana'. Mwoya.. ini cerita tentang apa sih?" Josung Saja membalik-balik naskahnya.

Josung Saja pun terdiam dan membaca lembar synopsis naskah itu. "Ah, jadi..." ia menatap Mark yang masih berdiri dengan memasang wajah bingung. "Negeri ini sedang diserang oleh penyihir dan naga-naganya. Istana sekarang telah diambil alih oleh penyihir dan naga. Nanti kau harus membunuh penyihir agar cerita ini tamat," ucapnya santai. "Seperti itulah,"

"Ne? Penyihir? Naga?"

KRIEEEKKK...

Pintu rumah Mark tiba-tiba dibuka. Seorang anak kecil masuk dan tersenyum pada Mark.

"Siapa anak ini?" Ucap Mark dan Josung Saja bersamaan.

Josung Saja seketika membaca naskah itu. Mark menyapa gadis kecil itu dengan senyuman hangat. Sang gadis kecil yang berumur sekitar 5 tahun itu pun berlari dan memeluk kaki Mark.

"Dia... entahlah.." Mata Josung Saja masih fokus menatap tulisan di naskah itu. "Oh, dia adalah anak yang kau rawat,"

"Ne? Sudah? Itu saja keterangannya?" Mark membulatkan matanya. "Namanya? Orang tuanya?"

"Lin-lin," Anak itu bersuara pelan. Ia menarik-narik celana Mark. "Lin-Lin,"

"Sepertinya itu namanya," tebak Josung Saja. "Hya, pokoknya, kau harus melawan raja. Di naskah ini, kau kemudian akan ke rumah seorang pembuat pedang dan membeli pedang disana. Lalu.."

"Tunggu-tunggu..." Sela Mark. "Saya masih tidak mengerti. Saya masuk ke dalam cerita, lalu saya berperang sendirian, lalu saya harus melaw..."

"Tidak sendirian," kini giliran sang pencabut nyawa yang menyela. "Bukankah kau tadi membuka naskah ini bersama teman-temanmu?"

"Jadi teman-temanku ikut masuk ke dalam cerita ini? Dimana mereka?"

"Mana aku tahu. Setelah ini aku akan menemui mereka satu per-satu. Aigoo merepotkan..."

"Tu...tunggu, saya masih punya pertanyaan lagi. Eummmm..."

"Hya, kau tidak dengar? Aku akan menemui temanmu yang lain lagi. Sudah ya, semoga kau menang,"

Mark hanya membuka mulutnya dan terpatung melihat sosok di depannya yang tiba-tiba menghilang. Ia menggaruk kepalanya bingung.

"Lin-lin?" Si Lin-lin besuara sambil menatap Mark yang tampak lebih tinggi darinya.

"Ha..hai Lin-lin.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] The Story Untold: READY OR NOT [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang