9. Para Tawanan di Penjara Istana

46 7 0
                                    

"So what~! We hot, we young~!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"So what~! We hot, we young~!"

"Berisik!!"

"Aduh kaget!"

Seorang titan memukul keras sel Jaemin sambil berteriak. Jaemin yang sedang menarikan salah satu lagunya berhenti bergerak dan berjalan mendekat kepada titan yang lewat di depannya.

"Hyaa," panggil Jaemin.

Titan itu menoleh. Sungguh besar dan menakutkan, membuat kaki Jaemin sedikit lemas.

"A..aku hanya bosan. Aku seorang penyanyi, tahu! Kau tidak tahu lagu tadi?"

Titan itu hanya memasang wajah marah dan melewati sel tahanan Jaemin. Jaemin dengan jelas mendengar suara gembok besi dibuka dengan kekuatan besar. Jaemin berusaha melihat apa yang terjadi di sel yang berada tak jauh dari lokasinya.

Dua titan pun melewati sel Jaemin sambil membawa makhluk yang baru ia keluarkan dari sel. Itu adalah seorang manusia yang lemas. Manusia itu bahkan tidak berjalan, ia diseret oleh kedua titan di sisi kanan dan kirinya.

"Omo omo!" Seru Jaemin. "Akan kalian apakan pria malang itu?"

Seorang titan menatap Jaemin. Wajah mengerikannya semakin terlihat jelas. "Makan malam," Ucapnya.

 "Makan malam," Ucapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mwo?!!"

Kemudian titan yang berdiri di sisi kiri pria itu ikut menatap Jaemin. "Kalau kau tidak diam, kau yang akan menjadi santapan kami berikutnya," ucapnya sambil berlalu.

"Hy.. hya! Aku seorang penyihir, tahu!" Teriak Jaemin. "Sebelum kalian memakanku, akan ku sihir kalian!"

Jaemin mengatur nafasnya saat selesai berteriak keras, berharap titan akan sedikit goyah dengan ancamannya. Tak lama kemudian, muncul dua prajurit istana. Jaemin melihat  jelas Haechan ada di salah satunya.

"Aigoo..." Jaemin mengeraskan suaranya mencari perhatian. "terus saja pura-pura tidak kenal..."

Aksi Jaemin berhasil menarik perhatian prajurit yang tidak meneruskan perjalanannya. Mereka berdua berhenti di depan sel Jaemin.

"Kau berbicara dengan siapa?!" Seru sang prajurit galak.

Haechan mundur perlahan dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia berharap Jaemin tidak merusak cerita dengan membocorkan bahwa mereka berdua adalah sahabat baik.

"Ani," Jaemin menggeleng sambil memajukan bibirnya. "Sepertinya terlalu lama berada di dalam sel membuatku berhalusinasi, hahaha" Jaemin tertawa garing sambil sedikit melirik Haechan.

"Diam kau," ucap singkat prajurit istana yang berbadan jauh lebih tinggi dari Haechan.

Jaemin menutup mulutnya dengan jari-jarinya dan mulai berbicara lagi, "Omong-omong, kapan kalian akan memberiku makan? Mengapa setiap hari hanya memberiku jus saja?"

"Jus? Jus apa?"

Jaemin lalu mengambil pitcher air yang tergeletak di dekatnya. Sudah tidak ada cairan dalam pitcher itu, Jaemin dengan lahap telah mengosongkannya.

Jaemin lalu mengangkat pitcher air itu. "Ini. Jus ini enak sih, tapi aku ingin makaaan.." Ucap Jaemin sambil menggoyangkan nada belakang kalimatnya yang ia pikir itu imut.

"Haha!" Prajurit itu tertawa. Namun bukan karena tingkah Jaemin. "Itu 'jus' katamu? Haha. Itu adalah darah naga,"

"Mwo!" Jaemin kaget. Haechan ikut kaget namun tak bersuara. Ia hanya membulatkan matanya dan menutup mulutnya.

"Haha, baru tahu?"

"Huekk!!!" Jaemin mendramatisir reaksinya. Ia menjulurkan lidah dan menggoyang-goyangkan tubuhnya jijik. "Kenapa baru bilang sekarang?!"

"Mwoya? Kenapa kau jijik? Bukankah itu sudah biasa bagimu?"

"Ne?" Jaemin berhenti bereaksi. Ia mulai berpikir untuk hati-hati dalam bertingkah sebelum prajurit dihadapannya ini berfikir ada yang 'aneh' dengan sosok penyihir Jaemin.

"Kau 'kan keturunan penyihir makhluk mitologi. Bukankah kalian meminum darah naga agar mereka bisa tunduk padamu?" Prajurit itu mulai terlihat heran.

"Mwo? Jadi aku bukan penyihir yang dapat mengeluarkan sihir dari tongkat kayu? Aku tidak mengeluarkan mantra?" Jaemin mengeluarkan sederet pertanyaan aneh. "Yah, padahal aku pikir aku akan se-keren Harry Potter!!"

Prajurit itu menghela nafas dalam. "Kau benar-benar sudah gila,"

-------------++++++++----------
Haechan berjalan pelan menyusuri kegelapan di dalam menara. Ia menggerak-gerakkan obornya agar pandangannya semakin jelas. Ia pun tiba di sel Jaemin. Jaemin adalah satu-satunya manusia di dalam menara –walau ia penyihir. Menara itu kini dihuni oleh para titan buas dan beberapa naga yang masih liar yang dibawa oleh para penyihir untuk menyerang istana saat pertama kali datang.

Haechan duduk di depan sel Jaemin. Ia melihat Jaemin sedang melamun menatap dinding kosong dihadapannya. "Sst!"

"Hhh!" Jaemin terkejut dan tidak berani membuka suara.

"Hanya ada aku disini," Haechan bersuara pelan. "Tapi dibawah ada sel naga, jangan berisik,"

Jaemin merangkak cepat menghampiri Haechan. Haechan kemudian merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa potong roti.

"Mwoya? Mana dagingnya?"

"Hya, kau ini. Sudah untung aku bawakan roti!" Haechan memasukkan tangannya ke celah-celah sel dan menepuk kepala Jaemin. "Mereka bilang kau tidak boleh makan daging,"

"Mereka siapa?"

"Para prajurit istana, lah" Haechan sedikit memutar bola matanya. "Jaemin ah, kau ini sedang dipersiapkan untuk menjinakkan naga. Hanya kau. Kau satu-satunya keturunan 'penyihir makhluk mitologi' yang dibawa ke istana ini,"

"Mwo?" Serunya bingung dengan mulut penuh roti. "Ha..hanya aku? A..aku tidak mengerti," Jaemin menggeleng cepat. "Haechan ah, katakan apa yang terjadi. Berada di dalam sel terus bisa membuatku gila!"

Haechan menarik nafas dalam-dalam dan bersiap menjelaskan pada temannya yang tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini. "Kau tahu 'kan kita masuk dalam sebuah cerita yang ditulis..."

"Ey kalau itu aku sudah tahu.." Jaemin mengangkat telapak tangannya menghadap Haechan.

"Oke, oke. Jadi. Aku berperan sebagai prajurit istana. Istana ini sepertinya dulu dipimpin oleh manusia, lalu kehidupan damai mereka dirusak oleh kedatangan para penyihir. Mereka membawa naga dan para titan untuk membantu mereka menguasai tahta,"

"Mwo, parah sekali..." Komentar Jaemin. "Lalu sang Raja kemana?"

"Entahlah," Haechan mengangkat kedua bahunya. "Seluruh pegawai istana berada dalam pengaruh hipnotis para penyihir. Mereka sekarang bekerja untuk penyihir, yah kecuali aku. Aku adalah tokoh yang tidak terkena hipnotis,"

Jaemin mengangguk sambil mendengarkan dengan seksama. "Lalu, teman-teman kita yang lain ada dimana?"

"Itu yang aku bingung," Haechan menggaruk keras kepalanya. "Aku sudah mencari ke seluruh istana, aku bahkan menyusuri menara ini, namun aku tidak dapat menemukan mereka,"

Jaemin tampak berfikir sambil mengelus dagunya. "Tidak mungkin hanya kita yang ada di cerita ini, 'kan?"

"Tidak mungkin," Haechan mengibaskan telapak tangannya. "Josung Saja bilang kita ber-tujuh masuk ke dalam cerita. Mungkin saja mereka sekarang ada di luar istana dan menuju kemari,"

[END] The Story Untold: READY OR NOT [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang