part 19

102 0 0
                                    

"Apa?"
sentak suara seorang perempuan separuh abad disebuah rumah sederhana. Suara itu terkesan menahan marah dan rasa kaget.
" maafkan Anggara bu,tapi mungkin Sasha memang sudah jodoh yang ditakdirkan Tuhan bu."
Perempuan setengah baya itu adalah ibu dari Anggara
"Tapi nak,apa kamu sudah berfikir matang matang?menikah itu tidaklah gampang nak,mau kamu kasih makan apa Sasha nantinya?"
"Papa Sasha menjanjikan pekerjaan untukku bu. dan aku tidak akan melupakan tanggung jawab pada adik adik bu."
" Tapi bukankah sasha masih ingin sekolah?"
"ehm..anu.."
perkataan itu terputus begitu saja karena Anggara tidak tahu apa yang harus dia katakan pada ibunya.
"kenapa Anggara? Ada apa nak?"
"mmm... anu eh ... sa..."
"Sasha kenapa nak?jangan bilang Sasha hamil."
"i..iya bu."
"astaghfirullah Anggara,kamu bikin ibu malu . kenapa kamu setega ini nak?"
"ma..maaf bu..maaf,Anggara khilaf bu,dan Anggara harus menikahi Sasha bu..mohon restui kami bu."
"Ntahlah nak,ibu malu sama kamu,ibu benar benar kecewa dengan sikap kamu yang kalah karena hawa nafsu."
Dan tak ada yang dapat dilakukan Anggara melihat sang ibu hanya menangis sejadinya.

Anggara Version
Pagi di minggu ini aku merasa ingin mengatakan sesuatu pada ibu,setelah tiga hari berfikir tentang Sasha akupun mengambil keputusan dan harus menyampaikannya pada ibu. karena bagaimanapun restu orangtua dalam pernikahan adalah hal yang paling penting.

"Bu,ada yang ingin Anggara sampaikan bu."
"mmm...apa itu nak?"
aku diam sejenak memikirkan apa yang ingin kusampaikan duluan karena ku takut darah tinggi ibu kumat karena apa yang ingin kusampaikan.
"Bu,Anggara merasa Anggara htelah tiba saatnya untuk menikah. Anggara mohon doa restu ibu untuk menikahi Sasha bu."
"apa?"
tiba tiba ibu yang sebelumnya tenang membentakku dengan menahan amarahnya.
Ibu pun marah dan bertanya apa alasanku ingin menikah cepat.
dan dengan terpaksa aku harus mengatakan Sasha hamil karena ulah ku.
Sedih dan aungguh aku merasa bersalah karena aku harus mengatakan bahwa akulah ayah dari anak Sasha.
Karena aku yakin,jika ku katakan itu bukan anakku, ibu tidak akan mengizinkan ku menikah dan disatu sisi aku harus menyelamatkan hidup Sasha.
"baiklah nak,walaupun ibu kecewa,tapi ibu bersyukur kamu masih mau bertanggung jawab atas perbuatan kamu."
Mendengarnya serasa aku tak percaya dan langsung ku peluk ibu.
"terimakasih bu,terimakasih atas restunya."
"tapi sebelum ibu lamarkan sasha untukmu ibu ingin bertemu dulu dengannya. bisa kamu bawa sasha kesini?"
"bisa bu, bisa secepatnya akan Anggara bawa Sasha kesini bu."

Malamnya akupun pamit pada ibu ingin menemui dan memberitahu sasha dulu bahwa aku akan menikahinya.

"silakan masuk nak."
sambutan yang terasa sangat hangat dari ayah nya sasha.
"terimakasih om."
"jangan panggil om lagi Ngga,belajarlah untuk memanggil Papa. karena esok kamu akan menjadi anak didalam rumah ini."
"uhm..baik om.eh.. pa"
"masuklah,temui Sasha dikamarnya."
"baik pa."

tok..tok..tok...
tok...tok..tok..
masih belum ada terdengar gerakan yang akan membuka pintu.
"sha,,buka pintunya dulu. ini aku Anggara,ada yang ingin kusampaikan Sha."
Diam,,
lima menit kemudian barulah pintu kamar Sasha terbuka. Nampaklah wajah sasha yang semrawut dengan rambut kusut yang tak pernah disisir. Betapa buruk keadaannya saat ini.
Namun semua itu tak menghalangi atau mengurangi rasa sayangku padany. Dan aku benar benar ingin menyelamatkannya dari keterpurukan.
Dia pun nerbalik dan ku dengan sigap mengikutinya dari belakang. Dia pun duduk dipinggir tempat tidurnya dan aku pun menurut mengikutinya.

"Sha.."
sapaku setelah diam ntah berapa lama
"Sha lihat aku sha."
dan dia pun menatapku dalam diam.
"Sha,sayang,dengar ya,aku ingin besok kamu dandan secantik mungkin,karena aku akan mebawa mu menemui mama."
"buat apa?" ucapnya lirih mungkin hampir tak terdengar.
"Mama ingin menemuimu sebelum kita menikah."
"menikah?"
"iya sayang,menikah.aku akan menikahi mu Sha,biarkan aku yang bertanggung jawab menggantikan bajingan itu. aku mencintaimu,dan tak ingin kamu kembali dalam pelukan bajingan itu,apa lagi menikah dengannya."
Ntah kenapa tak ada jawaban dari sasha yang ada wakah lesu itu hanya menitikkan airmatanya.
"eh jangan menangis,kamu jangan nangis lagi karena kita akan menjaga anak ini dan aku akan bahagiakanmu Sha. Janjiku atas nama Tuhan, dan insya Allah akam kutepati."
Sasha pun memelukku dan menangis sejadinya hingga ia terlelap dan aku hanya mampu memandangi wakah lelah itu.


#gimana gyus?apakah orang itu akan menikah?bisa jadi,tapi mungkin juga tidak. dont leave the story karena cerita ini masih akan menjadi pertanyaan akhirnya.uummuach salam sayang mutiara untuk MFiY lovers. Love u all...

MY FIRST LOVE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang