6. Foto ciuman

26 5 1
                                    

Jangan lupa klik bintang!

.

"Bagus!"

Tubuh Laura mematung saat Andra bertepuk tangan dan menatapnya sinis. Emangnya ia melakukan kesalahan lagi? Tentu saja tidak, lalu kenapa dengan Andra? Laura menunduk saat sang papa tepat di hadapannya.

Andra mengangkat dagu Laura. "Ini yang paling saya suka, deketin anak itu, kalo bisa ajak dia hubungan ranjang sama kamu, itu bisa untung besar buat perusahaan saya!" cetus Andra.

Mata Laura membulat, ia menepis kasar tangan Andra yang berada di pipinya. "AKU BUKAN JALANG, PA!" bentak Laura.

"Berani kamu lawan saya?!"

Laura membuang muka.

"Deketin anak itu. Itu juga ada untungnya buat kamu, dia anak orang kaya, sahabat karib saya juga orang tuanya, jadi saya harap kamu gak akan lepasin kesempatan itu atau saya akan pakai cara jadul buat kamu bersatu sama dia," sambung Andra serius. Laura langsung menoleh pada sang papa dengan raut tertarik.

"Perjodohan, tinggal ngomong, beres!"

Cih.

Udah tua ikut campur urusan anak muda, walau Laura sendiri tergiur dengan perjodohan bersama Angkasa. Ia yakin Angkasa takkan menolaknya karena ini keputusan dari kedua belah pihak. Laura pergi meninggalkan Andra yang kembali bergabung dengan para kolega bisnisnya.

Sungguh ia merasa muak berada di tempat ini, terlebih tak ada teman sebayanya yang bisa ia ajak bicara, hanya Angkasa, tetapi entah kemana cowok itu pergi. Laura berjalan ke pintu utama, lebih baik ia pulang dari pada harus tersiksa di tempat mewah tetapi Laura merasa kesepian.

"Stupid sama mereka."

Laura membual heels yang ia pakai. Benar-benar tak nyaman saat memakainya. Laura menempelkan ponsel di daun telinganya, berusaha menghubungi Angkasa agar bisa menghantarkannya, ia sendiri lupa dengan alamat rumah terlebih sudah lima tahun kurang ia tak pulang dan hanya tinggal di penjara.

Mengenaskan.

"Angkat dong, ih Angkasa!"

Laura mendesah kecewa. Laura mendongak, rintik hujan mulai membasahi tanah. Buru-buru Laura berlari mencari tempat teduh, tak ada, semuanya penuh oleh orang-orang yang sama sepertinya, kecuali Halte bus.

Sekarang bukan rintik lagi, melainkan hujan deras disertai angin kencang dan gemuruh. Laura menutup matanya, sungguh ia sangat membenci situasi sekarang, terjebak di dalam hujan deras disertai gemuruh itu adalah hal yang sangat Laura benci dari dulu.

DAR

Reflek Laura menutup kedua telinganya, ketakutan itu masih saja ada di dalam dirinya, Laura meringis merasakan dingin yang teramat dalam. Detak jantung Laura berdetak lebih kencang saat jaket menutupi kepalanya. Laura mendongak menatap retina mata biru yang menatap mata Laura dengan sorot yang entahlah Laura sendiri tidak tahu. Mata Laura dan matanya sama-sama terkunci satu sama lain.

Laura membuang muka.

"Katanya suruh jangan ganggu!" cetus Laura.

Angkasa hanya diam sama sekali bahkan tidak ada pergerakan, hanya berdiri seraya menyampirkan jaket pada Laura. Dengan gerakan satu tangan, Angkasa menarik tubuh Laura untuk merapat padanya.

Nyaman? Sangat-sangat melebihi apapun. Diam-diam Laura tersenyum tipis, dari dulu perlakuan manis Angkasa selalu saja seperti Bunglon, gampang berubah, tetapi Laura selalu suka, aneh memang tapi ini nyata.

"Jangan ganggu Rara!"

Tiga kalimat itu membuat Laura tersenyum miris. "Emang kenapa kalo gue ganggu Rara? Dia juga bikin lo jauh sama gue ya fine-fine aja kalo gue ganggu dia," cetus Laura.

MEET YOU AGAIN? (FANTASI-ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang