7. Hukuman

16 3 0
                                    

Harap vote sebelum membaca!

.

Hawa panas menyeruak di ruangan ruang guru yang terasa panas bagi Laura. Laura menatap jengkel pada Pak Susanto yang terus-menerus menyerocos tanpa henti-henti bahkan hampir tiga puluh menit dia terus bicara dengan nada yang aahhh--- gitu lah.

"Kamu dengar ucapan saya?!"

"Hm."

Laura berdiri. "Saya udah capek, Pak."

"Eh, belum selesai kamu!" Pak Susanto menatap jengkel pada Laura yang selalu saja berbuat seenaknya. Laura tersenyum manis. "Yaudah, hukumannya apa? Biar Bapak Susanto yang terhormat gak nyerocos terus sama saya, bapak kira saya tidak capek denger bapak ngomong terus," cetus Laura tengil.

Pak Susanto menarik nafasnya lalu menghembuskan, berusaha sabar dengan kelakuan Laura yang tak pernah berubah.

"Bersihkan toilet semua kelas, plus skor selama dua minggu!" tutur Pak Susanto tegas.

Tanpa berkata lagi, Laura keluar membuat Pak Susanto kembali melongo dengan tingkah Laura yang tidak benar itu.

"Anak zaman sekarang, gak ada sopan-sopannya sama orang tua," gumam Pak Susanto geleng-geleng.

Laura menyumpal kedua telinganya dengan earphone, entahlah mood- nya hari ini tidak baik-baik saja, bahkan jauh dari kata baik. Masih terbayang di benak Laura kala Angkasa menatap Rara dengan tatapan penuh khawatiran, bahkan Angkasa sendiri tidak main-main mengancamnya untuk tidak mengganggu Rara lagi. Laura terkekeh, dari dulu memang hobinya Laura untuk merundung Rara, dan sekarang, Laura rasanya enggan untuk meminta maaf walau di masa lalu ia masih berkaitan dengan Rara.

Di pikir-pikir, Rara tak secantik kata kebanyakan orang-orang, bahkan mereka dengan jelas memuji kecantikan Rara yang katanya alami, padahal menurut Laura, jauh dari kata alami.

Mereka cuma hanya ingin mendapat tatapan baik dari seorang Angkasa Elgantara.

Tubuh Laura tertarik terdorong ke arah gudang. Bahkan Laura seperti tertarik tanpa tahu siapa yang menariknya. Tubuh Laura terbentur dinding membuat Laura harus merasakan sakit.

"Lo lupa?"

Mata Laura terbuka, darah berdesir dengan hebat kala melihat Angkasa berada di depan mata dengan mata nyalang Angkasa yang menyala-nyala. Laura menunduk saat jari-jari kekar itu menelusuri lehernya dan memainkannya secara perlahan.

"KENAPA LO GANGGU DIA, BANGSAT?!"

Laura meringis, Angkasa mengampit bibir Laura. Matanya jelas-jelas memancarkan kemarahan. Laura tahu, sejak Angkasa kenal dengan Rara, Angkasa menjadi pribadi yang kasar, gampang emosi, bahkan susah untuk di atur, bukan Angkasa yang dulu, selalu bisa mengatur emosi, bahkan selalu tersenyum pada orang banyak.

Angkasa benar-benar jauh berubah.

"Terus aja lo belain jalang itu! Semua yang gue perbuat itu gara-gara lo, Sa. Semua yang menurut lo buruk, itu semua gara-gara lo!" sentak Laura menggebu-gebu. "Apa perlu gue bunuh sekalian si Rara itu? Biar lo kembali sama gue?!" teriak Laura.

"Sentuh dia, lo habis di tangan gue."

Laura menyentuh rahang Angkasa yang mengeras akibat kemarahan Angkasa sendiri. Sebegitu cintanya Angkasa pada Rara, wanita itu memang berhasil merebut Angkasa sepenuhnya.

"Gue lebih dari dia. Kenapa lo malah sama dia?!"

Angkasa terdiam membiarkan Laura menyentuh bibir Angkasa yang menggertak. "Bibir lo manis, Sa. Tapi sayang, Rara malah rebut bibir lo dari gue," ujar Laura pelan. Laura mendorong tubuh Angkasa lalu memeluknya sigap tanpa perlawanan sama sekali.

MEET YOU AGAIN? (FANTASI-ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang