9. Rumah Arsen

21 11 0
                                    

Hampir semua murid di kelas Misha keluar sambil mengeluh. Mereka baru saja menyelesaikan ulangan Matematika, bahkan Misha sendiri merasa pusing dengan pelajaran itu, tapi berbeda dengan Arsen, ia saat ini sedang duduk di depan kelas sambil menggambar tanpa beban.

"Lo ... gak kesusahan pas ngerjain ulangan tadi?" tanya Misha yang menghampiri Arsen dengan sedikit ragu.

"Biasa aja, kenapa emang?"

Misha hanya menggelengkan kepalanya singkat, ia menatap gambar yang dibuat oleh Arsen.

"Rere itu kakak lo?"

Arsen tertawa pelan, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Misha. "Bukan, dia itu teman kecil gue, tapi gue udah anggap dia kayak kakak sendiri."

"Lo punya saudara kandung?"

"Punya, mau kenalan?" tanya Arsen.

Misha hanya mengangkat bahunya tak acuh, lalu ia kembali ke kelas untuk mempelajari materi ulangan berikutnya.
¤¤

Seorang gadis berjalan seorang diri di koridor yang cukup sepi. Saat bel pulang sekolah berbunyi, Misha tidak langsung kembali ke rumah, ia pergi ke perpustakaan untuk mencari beberapa buku yang akan ia pelajari.

"Sha, ayo belajar bareng, olimpiadenya tinggal dua minggu lagi," ucap Arsen yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

Misha menghentikan langkahnya. "Lo bisa gak, gak usah bikin kaget orang?"

Pria itu meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Biasanya lo gak pernah jawab kalo dipanggil, ya gue langsung ngomong aja jadinya."

"Dimana? Berapa lama?" tanya Misha.

"Di rumah gue, gimana? Tenang, ada keluarga gue. Berapa lamanya gue gak tau, gak sampe malam kok," jelas Arsen.

Misha mengangguk. Mereka berjalan menuju parkiran.

"Bang, gue mau belajar bareng di rumah Arsen, lo balik aja, nanti kalau gue udah selesai gue telpon," ucap Misha kepada kakak laki-lakinya yang sudah menunggu di parkiran sekolah.

Pagi tadi, Misha memang berangkat bersama Raka, dan sekarang Raka datang untuk menjemputnya.

Raka menatap Arsen dengan tatapan serius, hal itu membuat Arsen sedikit gugup dan menundukkan kepalanya.

"Ayo, Ar, nanti keburu sore," ajak Misha.

Arsen menoleh dan tersenyum tipis. Pandangannya beralih pada Raka yang masih menatapnya, ia berdehem pelan. "Gue duluan, kalau lo mau ikut ke rumah gue juga boleh."

Raka menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, ia berjalan kembali ke arah pintu mobil, tapi sebelum ia menepuk pundak Arsen dan membisikkan sesuatu.

"Jagain adek gue, kalau dia sampai kenapa-kenapa, lo orang yang bakal gue cari."
¤¤

"Assalamualaikum, aku pulang," ucap Arsen ketika kakinya menginjak ruang tamu rumahnya.

Misha hanya berdiri di belakang Arsen tanpa mengucap sepatah kata pun. Tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri keduanya.

"Kok tumben baru pulang, mas? Itu siapa di belakang kamu?" sambut wanita paruh baya tadi yang tak lain ibu Arsen.

Arsen tersenyum, ia menyentuh tangan Misha untuk memberikan kode untuk bersalaman pada ibunya.

Misha berdehem pelan, ia tersenyum canggung dan bersalaman pada ibu Arsen.

"Cantik banget. Ini Misha teman sebangkumu yang pernah diceritain ke ibu kan?" tanya ibu Arsen.

Arsen menatap kesal ke arah sang ibu.

W A D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang