Seorang pria terlihat sedang berduduk santai di teras rumahnya sambil melihat seorang putri kecilnya yang asik bermain bersama istrinya.
Pria yang tak lain adalah Marvel itu langsung berdiri dan berjalan ke arah keduanya saat melihat Misha terjatuh.
"Hati-hati, sayang," ucapnya sambil membantu Misha untuk berdiri.
Ketiga orang itu menoleh saat mendengar seseorang membuka pagar rumah mereka. Marvel menggendong Zefa—yang tak lain adalah anaknya. Mereka berjalan ke arah pintu pagar untuk melihat siapa yang masuk ke dalam rumahnya.
"Gue kira siapa, Rak. Masuk-masuk," ajak Marvel.
Misha yang tengah membereskan mainan Zefa menatap ke arah Marvel dengan mengernyitkan alisnya. Ia melihat seorang pria yang lebih tua darinya berjalan di belakang Marvel ditemani dengan kedua anak dan istrinya.
Misha langsung berlari ke arah Raka dan memeluk tubuh Raka erat.
"Ih, kok ayah aku dipeluk-peluk si, tante gak sopan banget," ucap seorang anak laki-laki yang sedang digendong oleh Kiya.
Mendengar hal itu Misha langsung melepas pelukannya dan mencubit pipi anak itu pelan, tapi membuat pemiliknya berteriak seolah sangat sakit.
"Mama, tantenya jahat, aku mau pulang!" teriak anak itu sambil menangis di bahu Kiya.
¤¤"Ki, kok lo mau dijodohin sama orang kayak Raka," tanya Marvel.
Raka yang mendengar hal itu langsung menatap Marvel sinis, sedangkan Kiya hanya terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.
"Anak kalian sifatnya mirip banget sama Marvel." Misha duduk di samping suaminya itu setelah selesai mengantar ketiga anak kecil tadi ke dalam kamar Zefa.
"Gak tau tuh, aku juga bingung padahal aku sama Raka beda banget sama Rasya," ucap Kiya.
Rasya adalah anak laki-laki Kiya dan Raka, anak kedua setelah Marsya. Marsya dan Rasya hanya berbeda dua tahun, tapi sifat keduanya sangat berbeda, Marsya lebih pendiam dan bijak dalam memilih sesuatu, sedangkan Rasya lebih banyak omong dan suka mengganggu orang-orang disekitarnya.
Rasya memang tidak mengenali Misha, karena ia lahir saat Kiya dan Raka berada di Jepang, dan hari ini keduanya baru saja kembali setelah dua tahun berada di negeri bunga sakura itu. Berbeda dengan Marsya, ia sudah mengenal Misha, bahkan cukup dekat.
Seorang anak berumur dua tahun berlari ke arah mereka berempat, namun beberapa saat kemudian anak kecil itu terjatuh dan menangis keras.
Raka yang melihat itu langsung menghampiri anaknya dan menggendongnya ke arah Kiya.
"Makanya gak usah sok-sokan lari," ejek Marvel.
Tangisan Rasya semakin keras saat mendengar ucapan Marvel, hal itu langsung membuat Marvel mendapat tatapan sinis dari ayahnya Rasya.
"Om jahat!" seru Rasya dengan wajah kesal bercampur sedih.
Misha berjalan menuju kulkas untuk mengambil beberapa batang coklat yang ada.
"Rasya, nih tante punya coklat, mau gak?"
Bocah kecil itu langsung mengerjapkan matanya dan mengambil semua coklat yang ada di tangan Misha.
"Kok dikasih dia, itu kan coklat aku," protes Marvel.
Misha menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Marvel, pria itu memang sangat susah untuk mengalah bahkan dengan anak kecil sekalipun.
Sedangkan Rasya menatap Marvel sambil mengeluarkan lidahnya dan memamerkan coklat yang ada digenggamannya.
"Oh iya, aku suka banget tau sama novel yang kamu tulis. Gak nyangka penulis kesukaan aku jadi adik ipar aku," ucap Kiya.
Misha tersenyum senang, tidak menyangka bahwa impiannya kini sudah terwujud, ia sangat senang, tapi ia lebih senang bahwa kini ia dapat menjadi apa yang ia mau tanpa adanya rasa takut akan ancaman.
¤¤"Gue balik dulu, kalo mau mampir rumah gue masih yang lama," ucap Raka.
Raka dan keluarga kecilnya memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan Rasya sudah menangis sejak tadi karena ingin segera kembali ke rumahnya.
Setelah Raka kembali ke rumahnya, Marvel segera menutup pintu pagar rumah itu dan masuk ke dalam. Namun, saat berjalan masuk ke arah rumah, bel rumah berbunyi, menandakan ada seseorang yang baru saja datang ke rumahnya itu.
Ia kembali berjalan ke luar untuk melihat siapa yang datang.
"Ngapain lo di sini?" tanya Marvel saat melihat sosok laki-laki yang berdiri tepat di depan rumahnya.
"Gue ... mau ngomong sama lo, sama Misha juga," ucap pria itu.
Marvel mengizinkan pria itu untuk masuk dan berbicara dengannya dan istrinya.
"Arsen?" Senyum yang ada di bibir Misha perlahan pudar melihat pria yang baru memasuki rumahnya adalah Arsen.
Namun ia sebisa mungkin untuk menyambut kedatangan Arsen dengan baik, karena bagaimana pun Arsen tetap lah teman lamanya yang sudah membantunya untuk beberapa hal.
"Gue minta maaf, karena beberapa tahun lalu gue pergi gak pamit, dan gue mau minta maaf karena dulu pernah bikin lo sakit hati sama perkataan gue, Sha."
Marvel dan Misha saling menatap, kemudian Marvel langsung berjalan ke samping Misha dan merangkul bahu istrinya itu.
"Misha udah lupain hal itu dan sekarang dia udah bahagia sama gue, gue harap lo gak hancurin kebahagiaan dia sekarang," ucap Marvel.
Arsen menganggukkan kepalanya paham.
Zefa berlari dari kamarnya menuju pangkuan ibunya. Arsen tersenyum saat melihat anak kecil yang memiliki mata yang mirip dengan Misha.
"Zefa, ini om Arsen, teman Bunda dulu."
Arsen tersenyum dan berkata, "halo Zefa, kamu cantik banget, mirip bunda kamu."
Marvel menatap tak suka ke arah Arsen karena merasa cemburu pria itu memuji Misha di depan dirinya secara langsung.
"Om juga ganteng, gak kayak ayah aku jelek," balas Zefa.
"Zefa kok ngomongnya gitu," tegur Marvel.
Ia semakin tak suka dengan kehadiran Arsen saat ini karena dirinya merasa tersingkirkan.
"Oh iya, kemarin siang Nesha meninggal, gue minta do'a nya biar dia tenang di sana," ucap Arsen.
Misha yang sedang mengelus rambut putrinya itu langsung menatap Arsen dengan tidak percaya.
"Beberapa waktu lalu, dia sempat cerita, dia sering diejek teman kampusnya, dia selalu kepikiran omongan teman-temannya itu. Akhirnya, kemarin siang Nesha ditemukan udah gak bernyawa di kamarnya karena overdosis obat-obatan," jelas Arsen.
"Lo yang sabar ya. Terus lo sekarang kesibukannya apa?"
"Gue baru buka beberapa usaha baru, lo jangan lupa mampir ya, nanti malam gue mau adain grand opening kafe dekat sini."
Misha dan Marvel mengangguk.
"Ajak abang lo juga, Sha, kalau bisa," lanjutnya.
¤¤Gysa dan Kaiden kini sudah menginjak kepala lima, kini keduanya mulai mencoba untuk saling membuka hati, walaupun mungkin kata sebagian orang itu sudah terlambat, tapi bagi mereka tidak ada kata terlambat untuk cinta.
Mereka kini menjadi salah satu pasangan yang dikagumi semua orang, berbeda dengan dulu, dulu mereka dikagumi karena sandiwara mereka, tapi kini mereka dikagumi karena hal yang benar-benar nyata.
¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
W A D [END]
Teen FictionSeorang gadis cantik yang harus mengorbankan impiannya demi kedua orang tuanya. Hal itu membuatnya selalu mengganggu orang yang lebih baik darinya. Ia tidak ingin ada yang lebih darinya dalam bidang akademik, karena orang tuanya meminta gadis itu un...