Bagian 4

125 10 0
                                    


"Meski tidak dihargai namun tetap menanti. Dan bodohnya aku menanti yang bahkan tidak pasti."

"Siapkan kertas selembar, kita akan tes hari ini." Kata pak. Andri begitu masuk kelas. Semua murid langsung mendengus pasrah.

Pak. Andri mulai membagikan soal. Anak anak lain sudah berkutat dengan soalnya masing - masing. Berbeda dengan aqeela, perempuan itu sedang menatap keluar jendela. Memperhatikan tetes demi tetes air yang turun.

Kertas ulangannya masih kosong, hingga pelajaran selesai. Pikirannya masih sibuk berkelanan. Memikirkan pertanyaan yang selama ini ia simpan selama bertahun tahun.

"Aqeela?!" Aqeela langsung berjengit terkejut. Pak. Andri sudah berdiri dihadapannya dengan tangan terlipat.

"I -iya pak." Jawab aqeela gugup. Kepalanya masih menunduk. Kini semua perhatian tertuju padanya. Bahkan saski- teman sebangkunya tidak bisa berbuat apa apa.

"Ikut saya ke kantor!"

Aqeela mengangguk patuh dan berjalan mengikuti pak. Andri menuju Ruangannya.

Aqeela tidak pernah menyangka bahwa ada seseorang yang telah menunggu di Ruang pak. Andri. Apalagi saat melihat orang itu adalah Orang yang sama saat di perpustakaan tadi.

"Kamu tau apa kesalahan kamu aqeela?" Tanya pak. Andri dengan tatapan menyelidik. Aqeela mengangguk. Ia tahu apa kesalahannya.

Sebagai hukuman, kamu harus mengajari orang di samping mu selama 1 bulan, jika dia berhasil mendapat nilai yang bagus, bapak akan kasih kamu nilai plus nanti."

Aqeela menoleh kesamping dan kembali menatap pak. Andri. "Memangnya saya harus mengajari apa?"

"Dia murid baru, kamu harus mengajari dia materi yang belum ia ketahui. Apa kamu siap aqeela."

Aqeela terdiam, tentu saja ia tergiur dengan penawaran pak. Andri tadi. Mendapat nilai plus dalam pelajaran pak. Andri itu adalah hal yang langka. Pak, Andri tidak pernah memberi nilai plus kepada siapapun. Dan mungkin kali ini aqeela beruntung.

Besok paginya, aqeelaa datang terlambat ke sekolah karena terlambat bangun. Gerbang sekolah sudah di tutup sejak 15 menit yang lalu. Aqeela mendengus, terus meminta pada pak Kusdi satpam sekolah.

"Pak, tolong bukain gerbangnya!" Aqerla berteriak memohon. Tidak peduli dengan teriakannya yang sangat menulikan telinga. Pak Kusdi saja sampai menutup telinganya. Aqeela tidak peduli.

Yang penting, aqeela harus masuk bagaimanapun caranya. Kaki aqeela bergerak gelisah. Ia harus berpikir cepat.

"Bukain aja pak." Suara berat seseorang

membuat aqeela bersorak. Tapi ia langsung meringis saat orang itu adalah pak Adam-guru kesiswaan yang bertugas untuk menghukum siswa yang terlambat atau bolos.

Ini sih namanya keluar kandang buaya masuk kandang singa.

"Kenapa kamu terlambat?" Tanya pak Adam dengan tatapan menyelidik. Aqeela menundukkan kepalanya tak mau menjawab.

Melihat murid didepannya itu hanya diam, membuat pak Adam geram sendiri. Sudah terlambat, ditanya malah diam. Pak Adam menghela nafasnya kasar.

"Jawab aqeela." Kata pak Edam dengan tatapan menghunus. Aqeela yakin jika hanya dengan tatapan bisa membunuh orang, mungkin ia sudah menjadi hancur terbelah - belah. Aqeela bergedik ngeri. Memikirkannya saja sudah membuat aqeela menjadi mual

Sekarang, kamu lari keliling lapangan 15 putaran." Ucap pak Adam final. Aqeela meneguk ludahnya. Bagaimana bisa berlari mengelilingin lapangan yang segede bejibun begini? Apalagi tadi katanya?15 putaran. Yang benar saja. Bisa - bisa kakinya patah lama-lama.










Next or stopp??

MENYERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang