Bagian 9

202 9 0
                                    

Aqeela duduk di bangku taman Rumah sakit sambil mengepalkan tangannya. Air matanya sudah mengering sejak tadi, yang ada dalam hatinya hanya Rasa benci yang semakin hari semakin bertambah.

Ucapan dokter nopi terus terngiang-ngiang di kepala aqeela, membuat emosinya terus memuncak. Demi apapun ia sangat membenci Orgtuanya yg telah meninggalkan nya dan kknya.

"Dimana kak aliif?" Tanya aqeela sambil terengah-engah karena capek berlari.

"Dia sudah dimasukkan ke rumah sakit Harapan

kemarin." Jawab dokter nopi sedikit bingung.

"Siapa yang menyuruh Anda ,dokter ?" Kata aqeela dingin.

"Pak Dimas dan Bu indri"

Aqeela menghembuskan nafasnya beberapa kali. Ia sangat benci dalam situasi ini. Hatinya telah hancur berkeping - keping. Sepintar apapun ia menyimpan lukanya, itu tidak berarti karena semakin hari luka itu terus terbuka.

Sebuah pelukan hangat dari samping

menyambutnya. Aqeela menoleh mendapati Rassya

yang memeluknya.

"Gue tahu, gue Orang baru di hidup lo. Tapi setiap ketemu Lo disaat - saat kayak gini, itu buat gue penasaran." Ujar Rassya.

"Izinin gue untuk masuk ke dalam kehidupan lo, aqeela." Rassya berkata dengan sungguh-sungguh. Aqeela dapat merasakannya.

Tapi ia takut. Takut Rassya menjadi korban karena kehidupannya. Kehidupannya yang sungguh Rumit. Seperti sepotong puzzle yang sedang mencari potongan puzzle lainnya.

Aqeela bergeming di tempatnya. Lalu mengangguk. Sedikit ragu.

Semoga saja dengan kehadiran Rassya di kehidupannya. Hatinya akan kembali sembuh seiring berjalannya waktu. Atau mungkin bertambah besar..

Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu. Aqeela dan Rassya sudah stay di perpustakaan sejak tadi. Tidak lupa dengan buku-buku yang akan dipelajari.

Suasana perpustakaan kali ini sepi. Tidak ada pengunjung, karena siswa lain memilih untuk pergi ke kantin membeli makanan.

Aqeela dan Rassya duduk berhadapan. Hari ini mereka akan melanjutkan materi kemarin yang sempat tertunda karena berakhir dengan minum jus.

"Masih banyak gak materinya?" Tanya Rassya sambil membolak-balikan buku paket di depannya. Aqeela menggeleng. "Dikit lagi."

Rassya mengangguk sebagai jawaban. Lalu fokus

pada penjelasan aqeela.

Tak terasa, waktu istirahat telah habis. Mau tak mau mereka harus kembali ke kelas masing masing sebelum guru datang. -

"Nanti lo pulang sama gue." Ujar Rassya.

Aqeela menggeleng "Gak usah, gue bisa sendiri."

"Gak lo bareng gue."

"Gak usah Rassya."

Aqeela menghembuskan nafasnya. Jika begini terus, tidak akan selesai selesai. Akhirnya ia - mengangguk saja. Lebih baik mengalah.

"Nice girl." Rassya mengacak rambutnya membuat aqeela cemberut.

"Rambut gue berantakan Rassya."

Bukannya meminta maaf, Rassya malah tertawa lebar lalu masuk ke dalam kelasnya sebelum aqeela mengamuk.

Diposisinya, diam diam aqeela tersenyum kecil. - Sangat kecil sehingga tidak akan ada orang yang akan menyadarinya bahwa ia tersenyum.

Bel pulang sekolah berbunyi. Anak anak di kelas

aqeela langsung bersorak gembira karena akhirnya

terbebas dari guru matematika -bu irna.

Bagi mereka, matematika adalah pelajaran yang paling Rumit dan susah di mengerti. Berbeda dengan aqeela, ia sangat menyukai pelajaran matematika.

Yah! mungkin Orang - Orang berpikir aqeela menyukai semua jenis pelajaran karena otaknya yang kelewat encer. Tapi mereka tidak tahu saja, bahwa aqeela tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan juga olahraga.

Karena ada satu alasan.

Aqeela memasukkan barang-barangnya ke dalam tas lalu berjalan keluar kelas, bersamaan dengan saski.

"Udah sedekat apa lo sama Rassya, qeel?" Tanya saski. Perempuan itu sibuk menggeser layar ponselnya dari atas ke bawah memeriksa timeline. Siapa tahu ada berita terupdate.

"Kita cuman temen, sas. Jangan pikir aneh aneh." Aqeela menjawab sambil tertawa. Padahal tidak ada nada lucu dari pertanyaan saski barusan. -

"Hei. Memang siapa yang mikir aneh-aneh sih qeel." Saski memutar bola matanya. Membuat aqeela gegalapan.

"Udah ah gak usah bahas dia."

"Gak usah bahas, tapi dia nyamperin lo tuh." Saaki menunjuk Rassya yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Qeel, jadi kan?" Rassya langsung bertanya begitu ada di hadapan aqeela dan saski. Aqeela mengangguk lalu menatap saskia yang sedang melihat mereka berdua bergantian.

"Memang kalian mau kemana?"

"Jalan." Jawab Rassya enteng. Mata saski dan aqeela sukses melotot. "Wih qeel ,lo gak bilang ke gue kalau kalian mau jalan."

Aqeela berdecak"Rassya lo percaya Bel."

Saski ter keh sampingnya. udah, gue duluan. Kiesha udah nungguin gue tuh. Bye."

Aqeela melambaikan tangannya. Lalu mereka berdua berjalan menuju parkiran dimana motor rassya berada

MENYERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang