Bagian 6

124 7 0
                                    

minta pengen diisi." Ajak saski. Aqeela mengedarkan pandangannya lalu mengangguk. Lagipula hanya tersisa beberapa murid yang sedang membaca buku, sisanya sudah pergi keluar kelas entah kemana.

Sampai di kantin, aqeela dan saski mendapat bangku di pojok kantin. Setidaknya ia mendapatkan bangku yang kosong. Pikir aqeela.

"Lo tunggu sini, biar gue yang pesen." Ucap saski, lalu pergi memesan makanan. Aqeela sendiri memilih memainkan ponselnya melihat sosmed yang sudah lama tidak ia buka.

"Gue ikut duduk disini oke." Ucap seseorang yang membuat perhatian aqeela teralih. Alis aqeela bertaut satu.

"Ngapain lo disini?"

Itu pertanyaan yang sangat aneh. Tentunya menurut Rassya.

"Kan tadi gue bilang mau duduk." Ucap Rassya sambil menghela nafas. Sepertinya berbicara dengan aqeela membutuhkan kesabaran yang ekstra.

"Maksud gue, kenapa lo duduk disini?" Kata aqeela sambil memperhatikan sekitar. Bukan apa apa, - aqeela hanya merasa risih di perhatikan oleh murid murid lain. Apalagi dengan tatapan yang seolah olah ingin menerkamnya. -

"Ya mau makan lah." Balas Rassya sewot. Aqeela menepuk jidatr

"Kenapa gak di meja lain gitu."

"Penuh." Jawab Rassya singkat. Tangannya masih berkutat dengan makanannya menghirukan aqeela.

Aqeela mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, memang benar. Suasana kantin saat ini sangat ramai. Meja kantin sudah penuh semua. Setidaknya tadi ia beruntung mendapat meja.

"Qeel ini pes-" Ucapan saskia terpotong begitu melihat Rassya duduk di depan aqeelaa. Wajahnya benar-benar terkejut seperti melihat sesuatu yang menyeramkan.

"Sas lo kenapa?" Ucap aqeela heran. Buru- buRu Saskia tersadar dari lamunannya dan duduk di sebelah aqeela dengan mata yang masih tertuju pada Rassya.

"Gue duluan." Kata Rassya sambil melengos pergi.

Setelah laki-laki itu benar benar pergi, aqeela

menatap Saskia heran. "Lo kenapa deh, kayak abis liat titisan dewa."

Saski mengangguk cepat. "Iya gue baru liat titisan dewa qeel! Ganteng banget."

"Whatever." Jawab aqeela pendek lalu pergi kembali ke kelasnya

"Qeel lo ditungguin Rassya di parkiran." Teriak jefan dari depan pintu kelas. Tentu saja hal itu tidak luput dari perhatian teman sekelasnya. Keadaan menjadi Ricuh. Sibuk bertanya-tanya ada hubungan apa antara ia dan Rassya.

"Lo ada hubungan apa sama Rassya?" Tanya saski heran. Aqeela menghela nafasnya, lalu melihat arlojinya sebentar.

"Nanti gue jelasin oke." Balas aqeela. Dengan cekatan, aqeela langsung berlari keluar kelas dengan buru - buru.

Sampai diparkiran, aqeela melihat Rassya sedang berdiri diatas motornya sambil sesekali berdecak.

"SORRY, gue telat." Ujar aqeela sambil mengatur

nafasnya karena tadi sehabis berlari. Rassya

berdecak malas.

Telat telat, gue nunggu disini hampir satu jam asal lo tau!" Ujar Rassya sedikit meninggi. Aqeela menghela nafasnya kasar. Tidak mau terpancing emosinya.

"Oke oke, gue minta maaf. Tadi gue ada kelas tambahan dan gak tau mau ngabarin lo lewat ара."

"Ya udah cepet naik." Balas Rassya sedikit jutek " karena masih kesal. Tanpa aba aba, aqeela - langsung naik di belakang Rassya.

"Pegangan ntar jatuh."
-Rassya

"Bawel lo."
-Aqeela

Motor Rassya sampai di depan rumah aqeela. Aqeela membuka helmnya lalu membukakan pagar agar motor Rassya bisa masuk di pekarangan Rumahnya.

"Lo tunggu disini oke."

Rassya hanya mengangguk sebagai jawaban. Saat ia sedang asyik bermain games di hpnya. Terdengar suara pecahan kaca dari dalam rumah aqeela. Rassya langsung bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Baru saja kakinya akan menyentuh lantai Rumah aqeela, aqeela sudah keluar dengan wajah muram. Lalu menatap Rassya memohon. " Kita belajarnya di Rumah lo aja gak papa kan?"

Rassya tidak tahu harus berbuat apa. Jadinya ia hanya mengangguk saja menuruti permintaan aqeela. Tidak bertanya apapun walaupun rasa penasaran itu ada. Toh, itu bukan urusannya.

Di balik kesempurnaan seseorang pasti ada yang namanya kekurangan bukan? Rassya yang di sebagai perempuan sempurna nyatanya tidak begitu. Contohnya seperti ini. cap

Aqeela tidak pernah selupa begini. Lupa adalah hal yang wajar bagi setiap manusia. Tapi bagi aqeela itu berbeda. Ia akui, ia sering merasa lupa seperti makan misalnya atau tidak menyisir rambut.

Tapi kali ini karena lupa, semua Rahasianya hampir terbongkar. Dan aqeela juga lupa kenyataan bahwa keadaan keluarganya tidak baik - baik saja.

Setiap kali, ia ingin mengadu pada Yang Maha Esa tentang rasa sakit hatinya. Tapi ia punya alasan untuk tidak melakukannya. Ia selalu menutupi Rasa sakit itu sendiri walaupun ia tahu luka itu tidak akan pernah sembuh.

Raut wajahnya yang selalu baik - baik saja membuat orang-orang berpikir bagaimana hidupnya yang sempurna. Mungkin ia bisa mendapat ajang awards dengan kategori aktris terbaik tahun ini.

"Rassya..." Tanpa sadar aqeela berucap. Rassya yang sedang menulis langsung mendongak menatap aqeela heran. Tidak biasanya sikap aqeela yang lebih kalem dari biasanya.

Apa?"

"Ng- gak sih cuman.." aqeela berkata kikuk. Bingung pada dirinya sendiri.

Rassya menghembuskan nafasnya, tahu bahwa aqeela sedang tidak baik-baik saja. Menutup bukunya lalu menarik tangan aqeela keluar rumah.

MENYERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang