Bagian 8

107 10 0
                                    

"Untuk saat ini, kakakmu akan kami bawa ke Rumah sakit Harapan."

Mata aqeela berubah tajam. Apa tadi katanya? Rumah sakit Harapan?

"Dok kk saya gak gila!" Aqeela bangkit dari duduknya. Wajahnya yang selalu Ramah berubah menjadi dingin dan ketus. Tidak terima dengan penuturan dokter yang menyebut kakaknya tidak waras. Ia tahu rumah sakit harapan itu tempat Orang Orang yang mempunyai penyakit batin. Atau secara kasarnya rumah sakit jiwa.

"Tapi aqeela, jika terus seperti ini. Kondisinya akan memburuk." Kata dokter nopi mencoba bersabar. Mengerti dengan keadaan aqeela.

Saya butuh waktu dok." Kata aqeela sebelum beranjak pergi.

Air matanya yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga. Menimbulkan sebuah isakan pilu. Ia jatuh terduduk, kakinya tidak kuat menahan beban tubuhnya, memeluk lututnya kuat kuat. - Menumpahkan rasa sakitnya saat itu juga.

"Aqeela?"

Aqeela mendongak, menatap ke asal suara. Didepannya Rassya, menatap aqeela khawatir.

"Lo kenapa?"

Aqeela tidak menjawab, langsung berhambur memeluk Rassya tanpa pikir apapun. Untuk saat ini, ia butuh sandaran,mungkin rassya adalah orang nyaa.

[Cerita Rassya bisa ada dirumah sakit]

Hari ini Rassya datang ke rumah sakit karena mendapat kebar Gema- temannya masuk rumah sakit karena kecelakaan kecil. Tapi Rassya tidak pernah menyangka akan bertemu aqeela disana.

Apalagi saat melihat keadaan gadis itu, duduk di depan pintu kamar inap sambil menunduk.

Awalnya Rassya kira itu bukan aqeela tapi saat melihat Rambut orang itu berwarna hitam pekat dan baju yang dikenakannya terasa familiar, Rassya yakin itu aqeela.

Saat gadis itu memeluknya sambil menangis, Rassya tahu satu hal. Gadis itu sedang tidak baik - baik saja.

Aqeela? Lo kenapa?" Tanya Rassya pelan sambil mengusap usap punggung aqeela. Aqeela masih diam di pelukan Rassya.

"Aqeela?" Rassya mencoba melepas pelukannya tidak enak dengan orang Orang yang - menatapnya. Tapi aqeela masih diam. Isakannya sudah tidak terdengar.

"Aqeela!" Rassya langsung membopong tubuh aqeela saat melihat gadis itu tak sadarkan diri di pelukannya.

Aqeela beranjak dari tidurnya ketika matanya terbuka sempurna. Ia memegang kepalanya sambil meringis. Kepalanya terasa sangat pusing.

Menatap sekitar, lalu mengernyit bingung. Mencoba mengingat - ngingat apa yang telah terjadi.

"Ternyata lo udah sadar." Ucap seseorang. Aqeela langsung menoleh ke asal suara. Alisnya bertaut bertanya tanya, kenapa Rassya bisa - disini.

"Lo tadi pingsan, ingat?" Kata Rassya seolah membaca pikiran aqeela. Pikiran aqeela langsung terjatuh pada kejadian tadi.

Keadaan kakaknya yang sangat buruk dan ia menangis di pelukan Rassya hingga jatuh pingsan.

Tentu saja yang terakhir itu, membuat wajahnya merah padam karena malu.

Rassya yang menyadari wajah gadis di depannya memerah sontak langsung tertawa.

"Lo lucu deh kalau mukanya merah gitu." Ujarnya sambil mencubit pipi aqeela gemas. Aqeela mengaduh. " Duh jangan cubit, sakit tau!"

"SORRY deh, btw, gue bawa bubur buat lo." Rassya mengeluarkan satu porsi dari kantong plastik yang ia bawa.

"Nih."

Aqeela menerima bubur itu dengan senang hati. Lagipula perutnya sudah keroncongan minta isi.

"Duh, Ribet banget sih." Gerutu aqeela saat berusaha menyingkirkan selang infus yang menganggu aktivitas makannya. Ia langsung mencabut infus itu tanpa pikir panjang. Lagipula ia tidak sakit parah sehingga harus diberi infus.

" Eh aqeela tangan lo berdarah." Seru Rassya panik. Aqeela mendelik ke arah Rassya. Memangnya kata siapa ini sirup? Melihat darah saja sangat histeris.

"Kenapa pake di cabut sih." Kata Rassya sambil mengobati lukanya. Aqeela hanya diam menatap Rassya yang sedang serius.

'Lagipula kenapa gue harus pake infus segala,

cuman pingsan doang."

"Tapi lo udah pingsan 2 hari aqeela." Jawab Rassya membuat aqeela tersedak. Apa tadi katanya? 2 hari? Yang benar saja!

"Lo pasti bohong kan?" Aqeela tertawa garing. Wajah Rassya berubah serius membuat aqeela mau tak mau berhenti tertawa.

"Gue gak bohong aqeela."

Aqeela langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari kamar Rawat inapnya. Ada satu hal yang ia lupakan dan itu sangat penting baginya.

MENYERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang