[02]

18.7K 147 2
                                    

"Munduran." titah Lim.

Alina menurut, dengan susah payah ia menggeser tubuhnya sedikit ke belakang dengan satu tangan menggenggam sepotong pizza dan satunya menutup payudara telanjangnya.

"Masukin sekarang ya?" tanya Lim dengan raut wajah gembira.

Alina menggeleng, "Aku ga akan bisa ngunyah, ntar keselek."

"Mainnya pelan."

Alina menatap mata Lim penuh rasa curiga.

"Janji."

"Oke." Alina mau tak mau melepaskan satu tangannya dan membiarkan payudaranya terpampang di depan Lim. Karena ia harus menopang tubuhnya sendiri, hampir berbaring. Dan mulai memposisikan kedua kakinya senyaman mungkin, menekuk sedikit.

Sementara Lim mulai membuka kaitan celananya, mengeluarkan miliknya dari dalam sana. Terlihat kemerahan, seperti akan meledak.

Lim mengurut pelan kejantanannya, naik turun. Mencoba merangsang hingga terlihat tegak sempurna sebelum ia masukkan ke dalam milik Alina.

Mata Alina tanpa sadar terpaku dengan aktivitas yang dilakukan Lim. Ia menelan salivanya kemudian menggigit sepotong pizza dari genggamannya.

"Ready?" tanya Lim, menaikkan sebelah alisnya.

Alina terbatuk, "Pelan." ucapnya.

Lim mengangguk lalu terkekeh, "Iya habis itu cepet." ia kemudian menepis celana dalam dengan hiasan bulu-bulu putih milik Alina yang masih tertempel disana. Ia menjilat dua jarinya, lalu membasahi lipatan vagina Alina dengan salivanya.

"Mhh" sedikit sentuhan Lim cukup membuat Alina mendesah, terasa hangat.

Lim terkekeh. Ia mengarahkan miliknya untuk segera masuk perlahan, bersamaan dengan lenguhan tertahan dari bibir Alina.

Lim memegang bahu Alina dengan kedua tangannya setelah dirasa ia kesusahan menopang tubuhnya sendiri apalagi sembari makan.

"Akhh" suara serak itu akhirnya keluar.

Alina menatap wajah Lim yang terlihat sangat seksi baginya. Bagaimana tidak, gerakan maju mundur perlahan seperti itu malah menambah kesan erotis. Ditambah dengan manik-manik keringat di dada bidang Lim dan suara seraknya semakin membuat Alina terfokuskan pada Lim. Ia menyingkirkan pinggiran roti pizza di tangannya. Cukup sulit membuka kedua mulutnya di waktu bersamaan.

"Mhh" desah Alina sambil mengangguk-angguk memberi isyarat bahwa ia menikmatinya.

Lim bergerak perlahan, tapi ia mulai berpikir nakal. Miliknya ia dorong hingga tenggelam sempurna di dalam sana. Tubuh Alina pun melengkung sedikit kedepan. Payudaranya mengenai dada bidang Lim, lalu merangkul lehernya. Ada perasaan geli, sedikit perih, namun ia menginginkannya lagi dan lagi.

"Hmm mhh more." bisik Alina.

"With a little harder?" goda Lim.

Alina mengangguk, ia tidak bisa berbohong bahwa milik Lim terasa penuh dan nikmat.

Satu tangan Lim menopang diatas meja dan satunya merapikan anak rambut Alina, "As you wish, sayang." kemudian melumat bibir Alina dalam, saling memburu nafas satu sama lain.

Lim memajukan bokongnya, menusuk vagina Alina dengan lembut dan dalam. Alina mengeratkan pelukannya, "Ahh"

Lim mulai menggerakan mliknya maju mundur, pelan dan terasa sekali mengoyak intinya. Alina mencoba mengikuti iramanya namun vaginanya terasa terlalu geli. Ia membiarkan Lim yang menuntunnya malam ini, mendominasi segala pergerakan.

"Ahh ah sayanghh"

Alina mulai meracau. Jarang sekali kata itu terucap dari bibirnya. Menurutnya kata 'sayang' terlalu menggelikan untuk diucapkan, ia terbiasa memanggil Lim karena usia mereka yang tidak terpaut jauh.

Lim menghentikan pergerakannya tiba-tiba, membuat Alina kebingungan dan sedikit kesal. Ia mencabut kejantanannya dan merebahkan tubuh Alina diatas meja. Satu tangannya berusaha melepaskan celana dalam tipis itu agar ia bisa lebih leluasa bermain.

Lim kembali memasukkan miliknya yang masih haus akan pelepasan. Tubuhnya menunduk sedikit, kedua tangannya berusaha meraih tangan Alina dan menahannya di kedua sisi telinga Alina, menekan. Sebelum ia memompanya kuat.

Alina pasrah menantikan gejolak selanjutnya yang akan ia rasakan.

Tanpa aba-aba, Lim langsung menggerakan bokongnya cepat. Berhasil membuat Alina tersentak dan kedua payudaranya bergoyang kesana kemari. Lim tersenyum senang.

"Arghh" Lim menghujam Alina tanpa ampun. Miliknya terasa hangat dan ingin mengeluarkan sesuatu.

"Nghh ah ah sa sa-kithh"

Lim mengabaikannya walau ia sedikit khawatir jika milik Alina akan lecet nantinya. Ia melepaskan kedua tangan Alina dan berpindah pada kakinya, menekuk keatas agar miliknya dapat menghujam lubang hangat Alina lebih dalam.

"Ah ahh Limhh" tangannya berusaha menggapai lengan kekar Lim.

Kini Lim menyentak-nyentakan miliknya dengan kuat, menurut Alina ini lebih menyiksa dan memberi sensasi yang aneh. Walau  ia menikmatinya.

Tangan Lim beralih pada payudara Alina, ia meremasnya kuat lalu menamparnya tidak terlalu keras, "Merry christmas, Alina."

Sentakan terakhir itu berhasil membuat Lim ingin menyemburkan cairannya sesegera mungkin. Ia mencabut miliknya dan mengeluarkan cairan kental itu di atas perut Alina.

"Arghh" desahan Lim menutup kegiatan panas mereka malam ini.

Alina gemetar, tubuhnya melengkung ke depan. Kedua tangannya memegang erat jari jemari Lim, menatap langit-langit dengan dahi penuh keringat. Alina juga berhasil melakukan pelepasan. Kemudian Lim membawa tubuh Alina dalam dekapannya.

leave your trace to appriciate!

IMAGINE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang