[03] Seah x Sian

15.7K 94 0
                                        

"Sayang udah bangun?" Sian mengecupi pundak Seah.

Mereka akhirnya bisa menikmati waktu berdua di hari libur ini. Sengaja bangun siang dan membiarkan kedua tubuh mereka tertutupi selimut, menghangatkan badan padahal matahari sudah diatas kepala.

Seah mengangguk, walau matanya masih terpejam. Tadi malam tidak terjadi apapun diantara pasangan ini, mereka berdua baru kembali dari rumah sepupu perempuan Sian yang sedang mengadakan pesta pra-nikah. Seah turut menyibukkan diri disana hingga tengah malam. Badannya terasa pegal dan lelah sepulang dari sana, rasanya malas sekali untuk segera meninggalkan tempat tidur.

Sian mengacak-acak rambut Seah, mendapati istrinya masih memejamkan mata. Ia tersenyum, "Dasar putri tidur. Aku tinggal ke dapur ya, laper. Sekalian bikin sarapan."

"Hmm" Seah tersenyum, mengibas-ngibaskan tangannya. Ia melanjutkan untuk tidur setelah Sian pergi.

Seah ingat akan sesuatu, ia pun memaksakan dirinya untuk bangun dan langsung mengambil laptop dari nakas di sampingnya. Kemudian ia nyalakan dan pergi ke kemar mandi.

Sian mengintip kamar tidur mereka yang bisa terlihat dari dapur ketika mendengar suara keran air, "Cepet banget bangunnya kalau denger makanan." Sian terkekeh, lanjut membuat sandwich.

Seah kembali setelah membasuh mukanya dan menggosok gigi, ia naik keatas kasur. Seah memposisikan tubunya tengkurap tepat dihadapan laptop. Jari-jemarinya sibuk mengetikkan sesuatu, mencari film apa yang akan ia tonton untuk menemani hari liburnya.

Seah memilih sangat lama, hingga Sian kembali membawa nampan berisi dua potong sandwich dengan segelas susu untuk Seah dan dan segelas kopi untuk dirinya. Ia menaruh nampannya diatas meja kemudian menepuk pantat Seah, memintanya untuk bangun, "Sarapan dulu."

"Bentarr." jawab Seah.

Setelah menunggu beberapa lama, Seah tak kunjung bangun. Sian berusaha merayunya,"Yaudah aku habisin semua."

Seah tidak mengalihkan pandangan dari layar laptopnya, ia hanya membuka mulutnya meminta Sian untuk menyuapinya, "Iya mana aaa"

"Bangun. Sambil duduk sayang." Sian duduk di sebelah Seah yang masih tengkurap.

"Emang kamu bikin apa?" tanya Seah.

Sian kembali menepuk pantat Seah, "Bangun makanya, liat sendiri."

Seah akhirnya menurut, ia mengambil segelas susu untuk membasahi tenggorokannya sebelum menggigit sepotong sandwich. Matanya sibuk menyaksikan film yang ia putar.

"Kamu nonton terus" Sian merajuk. Ia memasukkan sisa sandwich di genggaman tangan ke mulutnya. Selesai dengan sarapannya, ia memeluk tubuh Seah dari belakang. Mengecupi pundaknya lalu berpindah ke leher.

"Yangg, sayang." panggil Sian.

Seah hanya berdeham menanggapi.

Sian menempelkan kepalanya di pundak Seah, mendengus kasar, "Ayo main."

"Main kemana? Aku lagi nonton. Watch list sebulan lalu tau." Seah mengacak rambut Sian pelan.

Ia ingin waktu bersama Seah setelah 6 hari sibuk bekerja. Tapi istrinya malah asyik sendiri, membiarkannya, "Sayangg. Yang, liat aku coba."

"Kenapa sih emang?" tanya Seah yang mulai kesal diganggu oleh ocehan Sian. Ia akhirnya menurut, menoleh ke kanan mendapati wajah Sian yang hanya berjarak 5 cm.

Satu kecupan mendarat di bibirnya. Sian ingin melumat bibir merah muda Seah walau sebentar, namun Seah sudah lebih dulu buru-buru melepaskan dan kembali menatap layar laptopnya.

"Pelit." ucap Sian.

Seah terkekeh, "Jangan sekarang, nanti malem juga bisa kan. Aku mau nonton dulu."

"Oke. Sekarang aku main sendiri aja, tapi kamu ga boleh marah. Oke deal." ia memutuskan tanpa menunggu jawaban Seah.

Kedua tangannya mulai bergerak ke atas dada Seah, ia memutarkan tangannya di payudara Seah.

"Bulet banget." ucap Sian.

"Ishh kamu." Seah berusaha melepaskan tangan Sian sebelum hal-hal yang lebih jaih terjadi.

"Kan tadi udah deal, ga boleh marah." Sian kembali memegang dua gundukan yang masih tertutupi tank top yang bahkan tidak dapat menutupi seluruh badan Seah. Sian meremas pelan sambil mengamati payudara Seah di genggamannya. Ia takjub dengan hasil karya tangannya sendiri sehingga payudara Seah menjadi bulat dan kencang.

Seah berusaha tetap konsentrasi dengan filmnya, ia mencoba mengabaikan aksi Sian di tubuhnya dengan tidak bereaksi apapun.

Telunjuk Sian bergerak menuju puting Seah yang terasa menonjol. Ia menggerakkan jarinya memutar, membuat tubuh Seah sedikit terkejut. Ia tersenyum senang, kemudian menekan-nekan putingnya dalam. Yang pada akhirnya Seah hilang konsentrasi dibuatnya.

"Yanghh ish aku lagi nonton." rengek Seah.

"Tinggal nonton." jawab Sian.

Ia kembali menjilati leher jenjang Seah, mengatkan pelukannya dan memberi tanda kemerahan disana. Kedua tangannya masih bermain dengan payudara Seah. Kini jari tangannya memilin kedua puting Seah. Ia sedikit menarik-nariknya keatas. Tubuh Seah merespon dengan sedikit gemetar.

Seah mengernyit, "Yanghh ntar malem janji."

"Aku udah puasa seminggu, masa disuruh nunggu lagi?" jawab Sian.

"Habis aku nonton deh ya? Beneran." Seah berusaha melepaskan tangan Sian di payudaranya kembali. Namun nihil.

"Yaudah sambil nonton aja." Sian sengaja menggodanya.

"Ish kamu tuh ya. Ngga bisaaa." Seah hampir ingin menangis berdebat dengan Sian.

Sian memilin puting Seah kuat, "Nih bisa."

"Ahh sakit Siannn."

Sian terkekeh, "Nah gitu, panggil nama aku kalo enak."

"Sakit bukan enak!" Seah menarik rambut Sian hingga terjatuh. Ia pun ikut terjatuh akibat pinggangnya ditarik oleh Sian. Membuatnya semakin kesal.

Sian mengapit tubuh Seah dengan kakinya agar ia tidak bisa pergi kemana-mana. Ia berhasil bangkit dan memegangi tubuh Seah yang terlentang dihadapannya.

"Enjoy, Seahh." Sian menyunggingkan bibirnya.

Tangannya bergelirya di dada Seah, meremas satu payudaranya dengan gemas. Satu tangannya lagi mengelus milik Seah dari luar celana tipisnya.

"Shh you actually a sin not Sian."

IMAGINE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang